Sabtu, 29 Maret 2025

Bumi Beristirahat

Hanya di Bali, Bumi Bisa Beristirahat Selama 24 Jam
Oleh : I Gede Sugata Yadnya Manuaba

Bali adalah satu-satunya tempat di dunia yang memiliki tradisi unik di mana seluruh aktivitas manusia dihentikan selama 24 jam. Hari Raya Nyepi, perayaan tahun baru Saka, menjadi momen di mana seluruh pulau memasuki keheningan total. Tidak ada kendaraan yang melintas, tidak ada lampu yang menyala, dan tidak ada kebisingan yang mengganggu. Bahkan, bandara internasional Bali, satu-satunya di dunia, tutup selama satu hari penuh.

Nyepi bukan sekadar tradisi, melainkan bentuk nyata dari harmonisasi antara manusia dan alam. Dalam 24 jam ini, bumi seolah mendapatkan kesempatan untuk beristirahat, menghirup udara segar tanpa polusi, dan menyembuhkan dirinya dari hiruk-pikuk aktivitas manusia. Tidak ada asap kendaraan, tidak ada limbah industri, dan tidak ada gangguan yang mengusik keseimbangan ekosistem.

Makna filosofis Nyepi juga sangat mendalam. Catur Brata Penyepian—Amati Geni (tidak menyalakan api), Amati Karya (tidak bekerja), Amati Lelungan (tidak bepergian), dan Amati Lelanguan (tidak bersenang-senang)—mengajarkan manusia untuk merenungi kehidupan, menjernihkan pikiran, dan memperkuat hubungan spiritual dengan Sang Hyang Widhi Wasa.

Sloka Sansekerta

सर्वलोके विरामाय क्षणं च विश्रान्तता धरा।
प्रकृतेः परिशुद्धिः स्यात् मानवस्य च चित्ततः॥
नीरवता हि मोक्षाय ध्यानं च सुदुर्लभम्।
प्रयच्छतिः स्वभावाय संधिं च प्रकृतेर्यदा॥
संयमः च निवृत्तिः च कर्मणां मार्गदर्शनम्।
न्येपी पर्व दिनं सत्यम् जगतः हितकारकम्॥

Transliterasi

Sarvaloke virāmāya kṣaṇaṁ ca viśrāntatā dharā। Prakṛteḥ pariśuddhiḥ syāt mānavasya ca cittataḥ॥ Nīravatā hi mokṣāya dhyānaṁ ca sudurlabham।Prayacchatiḥ svabhāvāya saṁdhiṁ ca prakṛteryadā॥ Saṁyamaḥ ca nivṛttiḥ ca karmaṇāṁ mārgadarśanam। Nyepī parva dinaṁ satyam jagataḥ hitakārakam॥

Makna
"Di seluruh dunia, Bumi beristirahat sejenak dalam ketenangan. Alam menjadi murni kembali, begitu pula pikiran manusia. Keheningan membawa kebebasan dan meditasi yang langka. Ketika manusia selaras dengan alam, kedamaian tercipta. Pengendalian diri dan penghentian aktivitas adalah petunjuk jalan hidup. Hari Raya Nyepi sungguh nyata, membawa kebaikan bagi dunia."

Nyepi bukan hanya milik umat Hindu di Bali, tetapi juga memberikan Pelajaran bagi dunia tentang pentingnya refleksi diri dan penghormatan terhadap alam. Bali telah membuktikan bahwa istirahat sejenak bagi bumi dapat menciptakan keseimbangan yang lebih baik bagi kehidupan.


Teologi Tumpek Nyepi

Makna Teologi Tumpek Nyepi Pertama Kali Dalam Sejarah: Anugerah Melimpah Hari Raya Nyepi Bertepatan dengan Tumpek Wariga

Oleh : I Gede Sugata Yadnya Manuaba

Hari Raya Nyepi merupakan perayaan pergantian tahun baru Saka yang mengandung makna penyucian diri dan alam semesta melalui Catur Brata Penyepian. Perayaan ini menjadi momentum bagi umat Hindu untuk melakukan introspeksi diri, menyelaraskan hubungan dengan Sang Hyang Widhi, sesama manusia, dan alam semesta. Pada tahun 2025, Hari Raya Nyepi bertepatan dengan Tumpek Wariga, juga dikenal sebagai Tumpek Pengatag atau Tumpek Bubuh, yang merupakan hari pemujaan kepada Sang Hyang Sangkara, manifestasi Tuhan sebagai Dewa tumbuh-tumbuhan.

Dalam perspektif teologi Hindu, bersamaan jatuhnya Hari Raya Nyepi dengan Tumpek Wariga membawa makna anugerah melimpah dari Tuhan. Tumpek Wariga mengajarkan penghormatan kepada alam sebagai sumber kehidupan, sementara Nyepi menekankan penghentian segala aktivitas duniawi untuk mencapai keseimbangan spiritual dan ekologis. Keduanya mengingatkan manusia untuk tidak hanya berfokus pada keduniawian tetapi juga menjaga keselarasan dengan alam agar anugerah Tuhan tetap mengalir melimpah.

Anugerah melimpah dalam konteks ini bukan hanya berupa materi atau hasil panen yang baik, tetapi juga berupa kesejahteraan lahir batin, ketenangan, serta keharmonisan hidup. Dengan berpuasa dari aktivitas fisik dan pikiran negatif selama Nyepi, manusia membersihkan dirinya dari kekotoran batin. Sementara itu, melalui penghormatan kepada tumbuhan dan ekosistem pada Tumpek Wariga, manusia berkontribusi dalam keberlangsungan kehidupan.

Keseimbangan antara manusia dan alam adalah bentuk dharma (kewajiban suci) yang harus dijaga. Kesadaran akan keterkaitan antara Nyepi dan Tumpek Wariga memperkuat spiritualitas dan rasa syukur umat Hindu kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Oleh karena itu, perayaan ini menjadi wujud nyata dari konsep Tri Hita Karana, yaitu hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam.

Sloka Sansekerta dan Maknanya

Sloka:

सर्वभूताय द्वाराह प्रसाद्यनिवारिताः
पृथवी तु मुक्तिरार्पणम्।
मातरम् स्यातिति पावन्यम्।
प्रकृतिर्यम् जीवनां प्रसादनम्।
वानस्य सावभूतायं ज्ञानम्।

Transliterasi:

Sarvabhūtāya dvarāha prasādya nivāritāḥ
Prithvī tu muktirārpaṇam।
Mātaram syātiti pāvanyam।
Prakṛtiryaṁ jīvanāṁ prasādanam।
Vānasya sāva bhūtāyaṁ jñānam।

Makna:

"Semua makhluk hidup mendapatkan berkah dan keselamatan, Bumi memberikan kebebasan sebagai persembahan suci, Sebagaimana ibu yang menyucikan kehidupan, Alam menjadi sumber keberlanjutan kehidupan, Dan hutan menjadi pengetahuan bagi semua makhluk."

Sloka ini mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam perayaan Nyepi dan Tumpek Wariga, yaitu penghormatan kepada alam dan penerimaan anugerah suci dari Tuhan. Dengan menjalankan ajaran ini, manusia dapat mencapai kesejahteraan lahir dan batin serta menjaga keharmonisan dengan seluruh ciptaan-Nya.

Artikel ini menguraikan makna teologi dari perayaan Nyepi yang bertepatan dengan Tumpek Wariga serta sloka dalam bahasa Sanskerta yang mencerminkan nilai-nilai spiritualnya. 

Menyeimbangkan Kecerdasan: Kunci Kesuksesan dan Kebahagiaan

Menyeimbangkan Kecerdasan sebagai Kunci Kesuksesan dan Kebahagiaan di Ngembak Geni Tahun Baru Saka
Oleh : I Gede Sugata Yadnya Manuaba

Perayaan Nyepi bukan sekadar tradisi tahunan bagi umat Hindu di Bali, tetapi juga momen refleksi diri yang mendalam. Setelah menjalani Catur Brata Penyepian, hari Ngembak Geni menjadi kesempatan untuk memulai lembaran baru dengan hati yang bersih dan penuh kedamaian. Dalam konteks ini, keseimbangan antara kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ) menjadi semakin relevan sebagai kunci utama menuju kesuksesan dan kebahagiaan sejati.

Makna Ngembak Geni dalam Kehidupan

Ngembak Geni yang jatuh sehari setelah Nyepi menandai berakhirnya periode kontemplasi dan kembalinya manusia dalam interaksi sosial. Ini adalah saat yang tepat untuk mempererat hubungan dengan keluarga, sahabat, dan masyarakat. Dalam suasana yang harmonis ini, kecerdasan emosional (EQ) berperan penting dalam membangun hubungan yang sehat, memperkuat empati, dan menciptakan lingkungan yang lebih baik.

Keseimbangan Kecerdasan dalam Menjalani Hidup

Kesuksesan dalam hidup tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual (IQ), tetapi juga oleh kemampuan seseorang dalam mengelola emosi (EQ) serta menemukan makna hidup yang lebih dalam melalui kecerdasan spiritual (SQ). Daniel Goleman dalam penelitiannya menunjukkan bahwa EQ dan SQ berkontribusi lebih besar terhadap kesuksesan seseorang dibandingkan dengan IQ saja. Oleh karena itu, momen Ngembak Geni dapat menjadi titik awal untuk menyeimbangkan ketiga kecerdasan ini:

1. IQ (Kecerdasan Intelektual) – Penting dalam analisis, logika, dan pemecahan masalah.


2. EQ (Kecerdasan Emosional) – Membantu dalam memahami, mengelola, dan mengekspresikan emosi dengan sehat.


3. SQ (Kecerdasan Spiritual) – Memberikan kedalaman makna dalam kehidupan dan membimbing individu menuju ketenangan batin.



Refleksi Diri dan Awal Baru

Seiring dengan semangat Tahun Baru Saka, Ngembak Geni menjadi waktu yang ideal untuk mempraktikkan keseimbangan kecerdasan ini. Dengan merenungkan perjalanan hidup, memperbaiki hubungan sosial, dan memperkuat nilai-nilai spiritual, seseorang dapat mencapai kesuksesan yang lebih bermakna dan kebahagiaan yang lebih mendalam.

Dengan demikian, melalui perayaan Ngembak Geni, kita diajak untuk tidak hanya merayakan awal tahun baru, tetapi juga memanfaatkan momentum ini untuk menata kembali kehidupan dengan lebih bijaksana. Keseimbangan antara IQ, EQ, dan SQ akan membawa kita menuju kehidupan yang lebih harmonis, sukses, dan penuh kebahagiaan.

Sloka:
विद्या बुद्धिश्च संतोषः, सुखस्यानन्दकारणम्।
धर्मः कर्म च सत्यं च, जीवनस्य शुभं पदम्॥

Transliterasi:
Vidyā buddhiśca santoṣaḥ, sukhasyānandakāraṇam। Dharmaḥ karma ca satyaṁ ca, jīvanasya śubhaṁ padam॥

Makna:
Pengetahuan, kebijaksanaan, dan kepuasan adalah sumber kebahagiaan sejati. Dharma, perbuatan baik, dan kebenaran adalah jalan menuju kehidupan yang mulia.

Sloka Ini mencerminkan pentingnya keseimbangan antara kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ), selaras dengan refleksi di Ngembak Geni pada Tahun Baru Saka. Jika ada penyesuaian yang diinginkan, silakan beri tahu!


Ucapan Selamat

Ucapan Selamat

"Swasti Rahina Ngembak Geni, dumogi Ida Sang Hyang Widhi Wasa mapaica kerahayuan miwah kerahajengan ring Iraga sareng sami. Rahayu shanti, nemu waranugraha kasobhagian."

Sloka Sanskerta:
सर्वेषां मङ्गलं भूयात्, सर्वेषां शुभमस्तु च।
सर्वेषां शान्तिरभ्यस्तु, सर्वेषां पूर्णमस्तु च॥
धर्मो जयतु सर्वत्र, सत्यं वदतु मानवः।
करुणा च सदा अस्तु, जीवनं सुखसंपदा॥

Transliterasi:
Sarveṣāṁ maṅgalaṁ bhūyāt, sarveṣāṁ śubhamastu ca।
Sarveṣāṁ śāntirabhyastu, sarveṣāṁ pūrṇamastu ca॥
Dharmo jayatu sarvatra, satyaṁ vadatu mānavaḥ।
Karuṇā ca sadā astu, jīvanaṁ sukhasaṁpadā॥

Makna:
"Semoga keberkahan menyertai semua, semoga kebajikan selalu hadir.
Semoga kedamaian senantiasa ada, semoga kesempurnaan menyertai kita.
Semoga dharma berjaya di mana-mana, manusia selalu berkata benar.
Semoga kasih sayang senantiasa ada, dan kehidupan penuh dengan kebahagiaan."

Sloka ini mencerminkan doa dan harapan pada hari Ngembak Geni agar kehidupan dipenuhi dengan keberkahan, kedamaian, dan kebahagiaan bagi semua makhluk.


Tahun Baru Saka dirayakan dengan Nyepi

Mengapa Orang Bali Merayakan Tahun Baru Saka dengan Nyepi?

Tahun Baru Saka merupakan salah satu hari suci yang dirayakan oleh umat Hindu, terutama di Bali, dengan ritual yang unik dan mendalam, yaitu Hari Raya Nyepi. Berbeda dengan perayaan tahun baru pada umumnya yang diwarnai dengan pesta dan keramaian, Tahun Baru Saka di Bali justru diisi dengan hening dan introspeksi diri.

Asal-Usul dan Makna Tahun Baru Saka

Tahun Baru Saka berasal dari perhitungan kalender Saka yang diperkenalkan oleh Raja Kaniska I dari India pada abad ke-1 Masehi. Kalender ini kemudian diadopsi dalam budaya Hindu-Bali dan menjadi bagian dari sistem penanggalan tradisional. Perayaan Tahun Baru Saka di Bali dilaksanakan dengan cara yang khas, yaitu melalui Hari Raya Nyepi yang mengandung makna spiritual yang mendalam.

Nyepi berasal dari kata "sepi" yang berarti sunyi atau hening. Tujuan utama dari Nyepi adalah membersihkan dan menyucikan diri, baik secara lahir maupun batin, serta menjaga keseimbangan alam. Nyepi juga merupakan saat untuk merenungkan kehidupan, mengendalikan hawa nafsu, dan memperkuat hubungan dengan Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa).

Rangkaian Perayaan Nyepi

Perayaan Tahun Baru Saka dengan Nyepi dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu:

1. Melasti – Ritual penyucian diri dan sarana upacara ke laut atau sumber air suci.


2. Tawur Kesanga – Upacara penyucian alam dengan persembahan untuk mengharmoniskan kehidupan.


3. Hari Nyepi – Hari hening yang melibatkan Catur Brata Penyepian:

Amati Geni (tidak menyalakan api atau cahaya)

Amati Karya (tidak bekerja)

Amati Lelungan (tidak bepergian)

Amati Lelanguan (tidak bersenang-senang)



4. Ngembak Geni – Hari setelah Nyepi yang menandai dimulainya kehidupan baru dengan hati yang lebih suci.



Sloka tentang Kesucian dan Keseimbangan

Sanskerta:

शान्तिः पृथिव्या शान्तिरापः शान्तिरन्तरिक्षगः।
शान्तिः सर्वेषु भूतानां शान्तिरात्मनि च स्थिता॥
धर्मेण शान्तिः जायते, सत्येन लोकः प्रकाशते।
शिवं सदा स्मरन् जनः, तस्मिन शान्तिः प्रतिष्ठिता॥
जीवनं सततं पुण्यं, कर्मणा लोकसंग्रहम्।
सर्वेषां मंगलं भूयात्, शान्तिः शाश्वती भवेत्॥

Transliterasi:

Śāntiḥ pṛthivyā śāntirāpaḥ śāntirantarikṣagaḥ।
Śāntiḥ sarveṣu bhūtānāṁ śāntirātmani ca sthitā॥
Dharmeṇa śāntiḥ jāyate, satyena lokaḥ prakāśate।
Śivaṁ sadā smaran janaḥ, tasmin śāntiḥ pratiṣṭhitā॥
Jīvanaṁ satataṁ puṇyaṁ, karmaṇā lokasaṅgraham।
Sarveṣāṁ maṅgalaṁ bhūyāt, śāntiḥ śāśvatī bhavet॥

Makna:

"Kedamaian ada di bumi, kedamaian ada di air, kedamaian ada di langit.
Kedamaian ada di semua makhluk, kedamaian bersemayam dalam diri.
Kedamaian lahir dari dharma, kebenaran menerangi dunia.
Orang yang selalu mengingat Śiva, dalam dirinya kedamaian bersemayam.
Hidup selalu menjadi berkah, melalui perbuatan yang mulia bagi dunia.
Semoga semua makhluk mendapatkan keberkahan, semoga kedamaian abadi selalu ada."

Kesimpulan

Perayaan Tahun Baru Saka dengan Nyepi merupakan wujud kearifan lokal masyarakat Bali dalam menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan. Dengan menjalankan Catur Brata Penyepian, umat Hindu Bali diajak untuk kembali pada kesucian dan kedamaian, baik secara lahir maupun batin. Sloka di atas mengajarkan bahwa kedamaian sejati berasal dari dharma dan kesadaran akan Tuhan, yang membawa kehidupan menuju kebajikan dan keharmonisan. Semoga Nyepi senantiasa membawa kedamaian bagi seluruh alam.

Artikel ini menjelaskan secara rinci mengapa Tahun Baru Saka dirayakan dengan Nyepi serta menyertakan sloka dalam bahasa Sanskerta beserta maknanya. 


Jumat, 28 Maret 2025

Bukan soal siapa yang kita pilih, tetapi bagaimana kita memperjuangkan kebahagiaan bersama dalam segala suka dan duka.

Pernikahan: Antara Harapan dan Realita

Oleh : I Gede Sugata Yadnya Manuaba

Sloka (Sanskerta):
विवाहः सन्ततं यात्रा, न सदा स्वप्नकल्पितः, सुखदुःखयुतो नित्यं, सत्यं चेत् प्रेम निश्चलम्॥ पूर्वे च गर्विता जनाः, जीवनसखिना सह।
कालान्ते तु विज्ञायते, भेदाः सन्ति विचित्रताः॥

Transliterasi:
Vivāhaḥ santataṁ yātrā, na sadā svapnakalpitaḥ। Sukhaduḥkhayuto nityaṁ, satyaṁ cet prema niścalam. Pūrve ca garvitā janāḥ, jīvanasakhinā saha। Kālānte tu vijñāyate, bhedāḥ santi vicitratāḥ॥

Maknanya:
Pernikahan adalah perjalanan panjang, bukan hanya impian belaka. Ia penuh suka dan duka, namun akan abadi jika cinta tetap teguh. Di awal, setiap orang bangga pada pilihan pendamping hidupnya. Namun seiring waktu berjalan, perbedaan mulai tampak dan diuji.

Sloka ini menggambarkan bahwa pernikahan tidak selalu seperti yang dibayangkan, tetapi dengan keteguhan dan kesabaran, ia tetap bisa menjadi perjalanan yang bermakna.

Pernikahan adalah sebuah perjalanan panjang yang penuh warna. Tidak seindah yang kita bayangkan, namun juga tidak seburuk yang kita pikirkan. Ia adalah perpaduan antara impian dan kenyataan, antara harapan dan usaha.

Pada awalnya, setiap orang bangga dengan pilihan pasangan hidupnya. Ada keyakinan bahwa ia adalah orang yang tepat, seseorang yang akan melengkapi dan membuat hidup lebih bahagia. Namun, seiring berjalannya waktu, perlahan kita mulai menyadari bahwa pasangan yang kita pilih tidak sepenuhnya seperti yang kita impikan. Kekurangan yang dulu terabaikan mulai terlihat, perbedaan mulai terasa, dan ekspektasi yang tinggi kadang tak sepenuhnya terpenuhi.

Namun, saat kesadaran itu datang, semua sudah terlambat. Bukan dalam arti menyesal, melainkan bahwa pernikahan bukanlah hal yang bisa diulang atau dibatalkan semudah membalikkan telapak tangan. Inilah titik di mana seseorang diuji, bukan lagi soal memilih pasangan hidup, tetapi tentang bagaimana bertahan dengan pilihan tersebut.

Kesulitan terbesar dalam kehidupan berumah tangga bukan hanya mencari pasangan yang tepat, tetapi bertahan dan berjuang bersama dalam berbagai keadaan. Pernikahan menuntut kesabaran, pengertian, dan komitmen yang kuat.

Jika hanya mencari kebahagiaan sesaat, pernikahan akan terasa berat. Namun, Jika dijalani dengan keikhlasan dan usaha untuk saling memahami, maka ia akan menjadi perjalanan yang penuh makna. Bukan soal siapa yang kita pilih, tetapi bagaimana kita memperjuangkan kebahagiaan bersama dalam segala suka dan duka.


Kalender Lunisolar

Dalam sistem penanggalan Bali yang berlandaskan Kalender Saka, perhitungan fase bulan (purnama dan tilem) tidak selalu tepat 15 hari dalam satu siklus, karena kalender Saka adalah kalender lunisolar, yang menggabungkan sistem peredaran bulan dan matahari.


Apa Itu Kalender Lunisolar?

Kalender lunisolar adalah sistem kalender yang menggabungkan siklus bulan (lunar) dan matahari (solar) untuk menentukan tanggal dan bulan dalam setahun. Kalender ini berusaha menyelaraskan fase bulan dengan pergerakan matahari agar tetap sesuai dengan musim.


Bagaimana Cara Kerjanya?

  1. Siklus Lunar (Bulan) → 29,5 Hari

    • Satu siklus bulan (dari tilem ke purnama dan kembali ke tilem) berlangsung sekitar 29,5 hari.
    • Dalam satu tahun, jika hanya berdasarkan bulan, maka 12 bulan hanya sekitar 354 hari, kurang lebih 11 hari lebih pendek dari kalender matahari.
  2. Siklus Solar (Matahari) → 365 Hari

    • Tahun matahari dihitung berdasarkan waktu yang diperlukan bumi untuk mengorbit matahari, yaitu sekitar 365,25 hari.
  3. Keseimbangan dengan Penyesuaian (Bulan Interkalasi)

    • Karena tahun lunar lebih pendek dari tahun solar, kalender lunisolar menambahkan bulan ekstra (bulan interkalasi) setiap beberapa tahun agar tetap sesuai dengan musim.
    • Contohnya dalam Kalender Saka Bali, bulan ekstra ini disebut "Mala Masa".

Contoh Kalender Lunisolar

  1. Kalender Saka (Bali & India)

    • Digunakan dalam penentuan hari raya Hindu, seperti Nyepi, Galungan, dan Kuningan.
    • Menggunakan penanggal-pangelong berdasarkan fase bulan.
    • Menyesuaikan dengan matahari agar tidak bergeser jauh dari musim.
  2. Kalender Tionghoa

    • Digunakan untuk menentukan Imlek dan berbagai festival.
    • Memiliki bulan kabisat untuk menyelaraskan dengan musim.
  3. Kalender Yahudi

    • Digunakan untuk perayaan keagamaan Yahudi.
    • Memiliki bulan tambahan setiap 2-3 tahun.

Kesimpulan

  • Kalender lunisolar = gabungan sistem bulan + matahari untuk menjaga keseimbangan antara siklus bulan dan musim.
  • Diperlukan penyesuaian (bulan tambahan) agar tahun tidak bergeser jauh dari siklus matahari.
  • Digunakan dalam berbagai budaya, termasuk Kalender Saka di Bali untuk menentukan hari raya Hindu.

Jadi, kalender ini lebih kompleks dibanding kalender murni lunar (misalnya kalender Islam) atau murni solar (seperti kalender Masehi).



Perhitungan Jarak Purnama ke Tilem

Purnama jatuh pada tanggal 14 Maret 2025 (Purnama Kesanga).

Tilem berikutnya jatuh pada tanggal 28 Maret 2025 (Tilem Caitra).
Tilem Caitra adalah tilem (bulan mati) yang jatuh pada bulan Caitra dalam Kalender Saka. Tilem merupakan fase bulan baru, di mana bulan tidak terlihat di langit malam karena sejajar dengan matahari.

Makna Tilem Caitra dalam Kalender Saka

1. Bagian dari Siklus Bulan

Dalam kalender Saka, setiap bulan terdiri dari Penanggal (saat bulan menuju purnama) dan Pangelong (saat bulan menuju tilem).

Tilem Caitra menandai akhir dari bulan Caitra dan awal bulan berikutnya dalam kalender Saka.

2. Hubungan dengan Perayaan Hindu di Bali

Tilem Caitra sering kali berdekatan dengan perayaan Hari Raya Nyepi, yang jatuh pada Tilem Sasih Kesanga (bulan kesembilan dalam kalender Saka).

Dalam tahun 2025, Tilem Caitra jatuh pada tanggal 28 Maret 2025, sehari sebelum Hari Raya Tumpek Wariga.

3. Makna Filosofis dan Spiritual

Tilem dalam ajaran Hindu Bali sering dikaitkan dengan waktu yang baik untuk melakukan brata (pengendalian diri), sembahyang, dan meditasi.

Tilem Caitra diyakini sebagai momen yang tepat untuk membersihkan diri secara rohani, baik melalui yadnya (persembahan) maupun puasa (upawasa).

Jadi, Tilem Caitra 2025 yang jatuh pada tanggal 28 Maret 2025 menandai akhir dari bulan Caitra dalam sistem kalender Saka dan memiliki nilai spiritual yang penting dalam kehidupan masyarakat Hindu di Bali.

Secara umum, dalam kalender Saka, jarak antara purnama ke tilem atau tilem ke purnama memang sekitar 14–15 hari, tetapi tidak selalu tepat 15 hari karena adanya perbedaan antara perhitungan astronomi dan sistem kalender.

Kenapa Pangelong 11/12 Jatuh pada 25 Maret 2025?

Dalam kalender Saka, perhitungan pangelong (fase menuju tilem) dihitung mundur dari purnama hingga tilem dengan sistem penanggal dan pangelong:

Penanggal: Hari-hari setelah tilem menuju purnama (1-15).

Pangelong: Hari-hari setelah purnama menuju tilem (1-15).


Dari tanggal 14 Maret (Purnama) hingga 28 Maret (Tilem), jumlah harinya 14 hari, sehingga perhitungannya:

Pangelong 1: 15 Maret 2025

Pangelong 2: 16 Maret 2025

Pangelong 3: 17 Maret 2025

Pangelong 4: 18 Maret 2025

Pangelong 5: 19 Maret 2025

Pangelong 6: 20 Maret 2025

Pangelong 7: 21 Maret 2025

Pangelong 8: 22 Maret 2025

Pangelong 9: 23 Maret 2025

Pangelong 10: 24 Maret 2025

Pangelong 11/12: 25 Maret 2025

Pangelong 13: 26 Maret 2025

Pangelong 14: 27 Maret 2025

Tilem: 28 Maret 2025

Ini menunjukkan bahwa sistem kalender Saka tidak selalu memiliki 15 hari penuh untuk setiap siklus purnama-tilem, melainkan terkadang hanya 14 hari, tergantung pada perhitungan astronomi bulan.

Sloka (Sanskerta):
पौर्णमासी तिलस्यैव, न सदा पञ्चदश दिनम्।
सोमसूर्यगतिं वीक्ष्य, भिन्नः कालः प्रवर्तते॥

पञ्चदशे दिने तस्मिन, सम्पूर्णं न भवेद् च।
पुनः क्रमः प्रतिस्मृत्य, चतुर्दश दिनानि स्यात्॥

सौरचन्द्रसमायुक्तं, साकं कालप्रबन्धनम्।
सकवर्षे नियोगेन, कालभेदः प्रजायते॥

Transliterasi:
Paurnamāsī tilasyaiva, na sadā pañcadaśa dinam।
Somasūryagatiṁ vīkṣya, bhinnaḥ kālaḥ pravartate॥

Pañcadaśe dine tasmin, sampūrṇaṁ na bhaved ca।
Punaḥ kramaḥ pratismṛtya, caturdaśa dināni syāt॥

Sauracandrasamāyuktaṁ, sākaṁ kālaprabandhanam।
Sakavarṣe niyogena, kālabhedaḥ prajāyate॥


Maknanya:
Purnama ke tilem tidak selalu lima belas hari,
Karena pergerakan bulan dan matahari yang berbeda, waktu pun berubah.

Pada hari ke-15 belum tentu bulan sempurna,
Perhitungan mundur bisa menghasilkan hanya empat belas hari.

Sistem ini menggabungkan perhitungan matahari dan bulan,
Dalam kalender Saka, variasi waktu pun terjadi.

Sloka ini menjelaskan bahwa jarak antara purnama dan tilem tidak selalu 15 hari karena siklus bulan yang tidak tepat 30 hari. Perbedaan jumlah hari ini mengikuti sistem kalender Saka yang berbasis lunisolar.

Kesimpulan

Jarak purnama ke tilem tidak selalu 15 hari karena pengaruh siklus lunar yang tidak persis 30 hari dalam satu bulan.

Pangelong 11/12 jatuh pada 25 Maret 2025, karena perhitungan mundur dari purnama 14 Maret hingga tilem 28 Maret hanya memiliki 14 hari.

Sistem ini mengikuti kalender Saka yang berbasis lunisolar, sehingga ada variasi dalam jumlah hari dalam satu siklus bulan.