Sabtu, 29 Oktober 2022

Tumpek Landep

Memaknai Tumpek Landep
(Penyucian dan Pasupati Keris yang ada dalam Tubuh atau Tubuh sebagai warangka keris) 

Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S., M.Pd
Tumpek landep berasal dari kata tumpek dan landep. Tumpek berarti tampek atau dekat dan landep yang berarti tajam .

Atau

Tumpek = Kata Tumpek sendiri berasal dari “Metu” yang artinya bertemu, dan “Mpek” yang artinya akhir, jadi Tumpek merupakan hari pertemuan wewaran Panca Wara dan Sapta Wara, dimana Panca Wara diakhiri oleh Kliwon dan Sapta Wara diakhiri oleh Saniscara (hari Sabtu).

Landep = tajam/runcing = identik dengan keris, bahwa keris adalah :
#Simbol dari ketajaman pikiran yang biasanya disucikan kesakralannya pada saat tumpek landep setiap enam bulan sekali.

#Keris dianggap sakral yang banyak memiliki lekukan di sisi pinggirnya itu dipandang sebagai benda pusaka dan senjata pamungkas di wilayah peperangan. 

#Keris sebagai manifestasi dari Tri Murti dan roh para leluhur yang berfungsi :
- Untuk perlawanan terhadap roh jahat melalui perlindungan dewa-dewa.
- Dalam upacara keagamaan untuk melakukan upacara Panca Yadnya (Dewa Yadnya, Pitra Yadnya, Rsi Yadnya, Manusa Yadnya, dan Bhuta Yadnya), keris juga sebagai pelengkap tari-tarian.

#Keris pusaka bertatahkan gambar seekor naga (Naga Pasa), dengan pesan bahwa keris ini dapat mempersatukan pikiran Raja Majapahit & Raja Bali.

Tubuh kita bagaikan warangka dari sebuah keris, yang mana keris itu sendiri di dalam tubuh kita bagaikan tulang belakang (wilah dan luk keris), tulang dada sebagai ganja keris, tulang hyoid sebagai panggeh keris dan tulang tengkorak sebagai hulu/patinya.

Maka dari itu penggunaan keris di belakang yang bermakna bahwa orang Bali bisa mengendalikan ketajaman atau kekuatan yang dia miliki. Dalam arti lain, pantang bagi orang Bali untuk menunjukkan kesaktiannya di depan orang lain. Mereka bisa mengendalikan hawa nafsu, bukan justru dikendalikan oleh hawa nafsu tersebut.

Dikatakan dalam lontar Sundarigama tertulis :  “Kunang ring wara landep, saniscara kliwon pujawalin bhatara Siwa, miwah yoganira Sang Hyang Pasupati kalingganya rikang wang apasupati landep ing idep, samangkana lekasakna sarwa mantra wisesa danurdhara, uncarakna ring bhusananing paperangan kunang, nunas kasidhiang ing sanghyang pasupati”.

Secara etimologi dalam sloka tersebut menjelaskan pada hari Tumpek Landep yang jatuh pada Saniscara Kliwon merupakan hari istimewa. Di mana di hari tersebut Sang Hyang Siwa bersama Sang Hyang Pasupati turun ke dunia memberikan berkat kepada seluruh isi alam. Dan, di saat itu pula Sang Hyang Pasupati memberikan anugerah keberhasilan kepada umat manusia lewat senjata perang berupa keris, pedang, golok, melalui mantra Pasupati dan ketajaman pemikiran.

The secret of life is the mind,
make that thought as the attraction of something we think, so that it becomes a coincidence that is not a coincidence, but it is all the power of our mind.

Artinya:
Rahasia hidup adalah pikiran, 
jadikanlah pikiran itu sebagai daya tarik sesuatu yang kita pikirkan, sehingga menjadi suatu kebetulan yang bukan kebetulan, melainkan itu semua adalah kekuatan pikiran kita. 

Tumpek Landep adalah sebuah hari pemujaan yang penting. Tumpek Landep dimulai cikal-bakalnya pada Hari Raya Saraswati, yaitu hari turunnya ilmu pengetahuan. Dewi Saraswati dipuja di sini karena Beliau yang menurunkan ilmu pengetahuan. Esoknya, orang-orang mulai melakukan pembersihan diri agar ilmu pengetahuan itu bisa masuk kedalam jiwa dengan tanpa hambatan. Orang kotor – baik kotor rohani maupun kotor phisik—akan sulit menimba ilmu pengetahuan, apalagi pengetahuan suci. Demikian seterusnya sampai suatu saat orang yang ingin mendapatkan ilmu suci itu wajib melakukan peneguhan diri, memagar dirinya dari niat dan prilaku jahat, agar ilmu pengetahuan itu menjadi lebih mantap. Pagerwesi, adalah simbul dari pagar yang maha kuat untuk peneguhan diri itu. Setelah ilmu pengetahuan suci diperoleh dan jiwa bersih plus ada rambu-rambu pagar dari wesi (simbol logam berat) silakan ilmu itu dipelajari.

Sepuluh hari setelah itu adalah simbol untuk pemantapan, dan itulah hari yang disebut Tumpek Landep. Pengetahuan atau ilmu suci itu harus dikukuhkan, dipasupati, diwinten, agar ilmu itu terus bermanfaat dan terus runcing sehingga bisa dimanfaatkan untuk membedah segala masalah yang ada di dunia ini. Runcingkan (landep) ilmu itu dengan memberkahi semua peralatan yang dipakai untuk menimba ilmu itu agar tetap memiliki kekuatan tak ternilai (taksu).

Jadi, pada Tumpek Landep ada dua hal penting: pertama pasupati, peralatan dipasupati agar terus memberikan khasiat. Kedua pewintenan, penyucian diri. Itu sebabnya banyak Sulinggih yang melakukan acara pewintenan pada saat Tumpek Landep, semua ini dilakukan agar peralatan dan diri kita tetap punya “taksu”.

Lalu apa yang dipasupati? Pisau, karena ini peralatan penting. Setiap menyelenggarakan ritual upacara, pisau pasti alat yang paling berguna. “Ilmu mejejahitan” tak lepas dari pisau. Tombak, keris, dan sebagainya juga patut dipasupati kembali. Peralatan upacara juga, misalnya sangku, bajra dan sebagainya. Jika sudah berstatus Sulinggih, tentu semua siwakrana sang Sulinggih dipasupati pula pada hari itu.

Jadi kalau pada Hari Saraswati kita memuja turunnya ilmu pengetahuan, Pager Wesi membentengi diri dari pengaruh negatif agar ilmu itu bermanfaat, Tumpek Landep kita mulai jadikan ilmu itu sebagai senjata untuk memperbaiki kwalitas diri maupun pengamalan diri.

Apa saja banten Tumpek Landep? Banten adalah simbol, tentu sangat terkait juga pada dresta (kebiasaan) setempat. Orang Bali umumnya membuat dengan rangkain (sorohan) seperti ini: Sesayut Jayeng Perang, Sesayut Kesuma Yudha, Sesayut Pasupati, Segehan (Agung) Pasupati, Sesayut Guru selain banten dasar untuk pembersihan (mereresik) seperti byakawon, prayascita dan sebagainya, termasuk ayaban dan suci yang disesuaikan dengan peralatan yang diupacarai. 


Namun, karena inti Tumpek Landep adalah mepasupati peralatan dan mewinten, dikutip dua mantra. Tentang Pasupati banyak ada jenis mantranya, di sini dikutip yang paling mudah dihafal, karena hanya “ngider bhuana” saja, yang penting kita hafal letak senjata dan nama arah anginnya.

PANCA-PASUPATI-STAWA

Om, Pasupati wajra-yudhaya, Agni raksa rupaya, Purwa-desa mukha-sthanaya, Om, Pasupataye, Hung-Phat.

Om, Pasupati Dandha yudhaya, Agni raksa
rupaya, Daksina-desa mukha-sthanaya,Om, Pasupataye, Hung-Phat.

Om, Pasupati Pasa-yudhaya, Agni raksa
rupaya, Pascima-desa mukha-sthanaya, Om, Pasupataye, Hung-Phat.

Om, Pasupati Cakra-yudhaya, Agni raksa rupaya, Uttara-desa mukha-sthanaya, Om, P asupataye, Hung-Phat.

Om, Pasupati Padma-yudhaya, Agni raksa rupaya, Madhya-desa mukha sthanaya, Om, Pasupataye, Hung-Phat.

Om, Sri-Pasupati Aksobya ya namah swaha.
Om, Sri-Pasupati Ratnasambhawa ya namah swaha.
Om, Sri-Pasupati Amitabha ya namah swaha.
Om, Sri-Pasupati Amogha siddhi ya namah swaha.
Om, Sri-Pasupati Wairocana ya namah swaha.

Untuk Pewintenan, bisa dipakai Ghana Pati Stawa berikut:

Om, Ghana-pati-rsi-putram, Bhuktyantu weda-tarpanam, Bhuktyantu Jagat-tri-lokam, Suddha-purna-śariranam.

Om, Sarwa-wiśa-winasanm, Kala-Durga-durgi-pati, Marana-mala murcyate, Tri-Wristi pangupa jihwa,

Om, Gangga-Uma stawa-siddhi, Dewa-Ghana guru-putram, Sakti-wiryam loka-śriyam, jayati labhãnugrahakam.

Om, Astu-astu ya namah swaha.

Mantra Tirtha Pasupati

Mantra Tirtha Pasupati untuk mempasupati air menjadi tirtha pasupati secara individu dapat dilakukan dengan sikap Deva Pratista atau Amusti Karana sambil memegang dupa dan bunga.

Mantra Tirtha Pasupati diucapkan sebagai berikut :
Om Sanghyang Pasupati Ang-Ung Mang ya namah svaha
Om Brahma astra pasupati, Visnu astra pasupati, Siva astra pasupati, Om ya namah svaha
Om Sanghyang Surya Chandra tumurun maring Sanghyang Aji Sarasvati-tumurun maring Sanghyang Gana, angawe pasupati maha sakti, angawe pasupati maha siddhi, angawe pasupati maha suci, angawe pangurip maha sakti, angawe pangurip maha siddhi, angawe pangurip maha suci, angurip sahananing saraja karya teka urip, teka urip, teka urip.

Om Sanghyang Akasa Pertivi pasupati, angurip……..
Om eka vastu avighnam svaha
Om Sang-Bang-Tang-Ang-Ing-Nang-Mang-Sing-Wang-Yang-Ang-Ung-Mang
Om Brahma pasupati
Om Visnu Pasupati
Om Siva sampurna ya namah svaha

Kemudian masukkan bunga ke dalam air yang telah disiapkan. 


Banten Pasupati dan Mantra Pasupati di Tumpek Landep

Pasupati (Pāśupatāstra) dalam kisah Mahabharata adalah panah sakti yang oleh Batara Guru dianugerahkan kepada Arjuna setelah berhasil dalam laku tapanya di Indrakila yang terjadi saat Pandawa menjalani hukuman buang selama dua belas tahun dalam hutan. Panah yang berujung bulan sabit ini pernah digunakan oleh Batara Guru saat menghancurkan Tripura, tiga kota kaum Asura yang selalu mengancam para dewa. Dengan panah ini pula Arjuna membinasakan Prabu Niwatakawaca. Dalam perang Bharatayuddha, Arjuna menggunakan panah ini untuk mengalahkan musuh-musuhnya, antara lain Jayadrata dan Karna yang dipenggal nya dengan panah ini.

Makna Pasupati
Upacara Pasupati bermakna pemujaan memohon berkah kepada Hyang Widhi (Sang Hyang Pasupati) untuk dapat menghidupkan dan memberikan kekuatan magis terhadap benda-benda tertentu yang akan dikeramatkan. Dalam kepercayaan umat Hindu (ajaran Sanatana Dharma) di Bali, upacara Pasupati merupakan bagian dan upacara Dewa Yadnya. Proses pasupati bisa dengan hanya mengisi energi atau kekuatan tuhan atau menstanakan sumber kekuatan tertentu di dalam benda tersebut. Tergantung kemampuan orang yang melakukan upacara pasupati tersebut. dalam Bhagavadgita IV.33, disebutkan bahwa:
srayan dravyamayad yajnaj
jnanayajnah paramtapa
sarvam karma 'khilam partha
jnane perimsamapyate

artinya:
Persembahan berupa ilmu pengetahuan, Parantapa lebih bermutu daripada persembahan materi dalam keseluruhannya semua kerja iniberpusat pada ilmu-pengetahuan, Oh Parta…



Salah satu hari suci agama Hindu yang cukup istimewa adalah Tumpek Landep yang jatuh setiap 210 hari sekali tepatnya pada setiap hari Saniscara Kliwon wuku Landep.

Secara umum untuk merayakannya, masyarakat Hindu menggelar kegiatan ritual yangkhusus dipersembahkan untuk benda-benda dan teknologi, yang berkat jasanya telah mampu memberikan kemudahan bagi umat dalam mencapai tujuan hidup. Utamanya adalah benda-benda pusaka, semisal keris, tombak, sampai kepada kendaraan bermotor, komputer, dan sebagainya.

Disamping hal tersebut, sesungguhnya hari suci Tumpek Landep merupakan hari Rerahinan gumi dimana umat Hindu bersyukur kepada Ida Sang Hyang Widhi yang telah memberikan kecerdasan, pikiran tajam serta kemampuan yang tinggi kepada umat manusia (Viveka dan Vinaya), sehingga mampu menciptakan berbagai benda yang dapat memudahkan hidup termasuk teknologi. Mesti disadari, dalam konteks itu umat bukanlah memuja benda-benda tersebut, tetapi memuja kebesaran Tuhan.

Upacara pasupati merupakan bagian dan upacara Dewa Yadnya, upacara ini ditata dalam suatu keyakinan yang terkait dengan Tri Rna. Upacara pasupati yang diyakini oleh manusia sejak dulu kala sampai kini hidup dalam proses budaya dan budaya tradisi kecil ke tradisi besar dan hidup sampai tradisi modern. Upacara ini bertujuan untuk menghidupkan serta memohon kekuatan magis terhadap benda-benda tertentu yang akan dikeramatkan. Menurut keyakinan Hindu khususnya di Bali segala sesuatu yang diciptakan oleh Ida Hyang Widhi mempunyai jiwa, termasuk yang diciptakan oleh manusia mempunyai jiwa/kekuatan magis dengan cara memohon kehadapan Sang Pencipta menggunakan upacara Pasupati. Seperti contohnya yaitu benda yang disakralkan berupa Pratima, keris, barong, rangda, dan lain-lain. Hal itu dapat dibuktikan dalam beberapa sloka dalam kitab suci agama Hindu yang berbunyi, sebagai berikut:
Bhurita Indra Wiryam tawa smaya 
Sya stoturma dhawan kamana prna
Anu tedyavabhahah wiryani nama
Iyam ca te prthiwi nama ojase
Artinya:
Keselamatan-Mu sungguh hebat, Dewa Indra. Kami adalah milik-Mu, kabulkanlah Madhawan. Permohonan pemuja-Mu, langit yang megah seperti engkau. Kepada-Mu dan untuk kesaktian-Mu bumi mengabdi (Reg Weda).

Pemikiran di atas mengandung makna, penggambaran hubungan manusia dengan Tuhannya dapat melalui permohonan doa, kesucian pikiran ada kekuatan magic yang diyakini berkah Ida Hyang Widhi Wasa yang dilimpahkan pada umatnya. Secara simbolik upacara Pasupati berarti memberkahi jiwa (kekuatan magic) pada benda-benda budaya yang mempunyai nilai luhur dan memberikan kesejahteraan pada umatnya.

Dalam rangka sakralisasi maupun penyucian suatu benda seperti keris, barong, arca, pratime, pis bolong dan lain-lain harus melalui upacara prayascita dulu yang bermakna menghilangkan noda/kotoran yang melekat karena proses pembuatan benda tersebut. Secara niskala selanjutnya diadakan proses upacara “Dewa Prayascita”. Ada juga menyebut dibuat upacara Pasupati yang bermakna memberkahi kekuatan sinar suci Ida Hyang Widhi Wasa pada benda-benda tersebut. Ada pula mengatakan bahwa khusus upacara Pasupati bagi arca, Dewa-Dewa dilengkapi penulisan huruf magic. Mengacu pada pemikiran diatas upacara Pasupati di Bali masih ditradisikan di Bali, dimana benda seperti arca, barong, keris, Pis Bolong dan lain-lain setelah dipasupati, amat diyakini oleh masyarakat, bahwa benda tersebut memiliki roh atau jiwatman dan terkandung kekuatan suci Ida Hyang Widhi/Ida Hyang Pasupati dan juga menjadi sungsungan masyarakat.

Keyakinan Upacara diatas juga dibenarkan pula oleh pendapat tokoh antropologi yang mengatakan bahwa sistem kepercayaan masyarakat mengandung keyakinan dengan dunia gaib. Dewa - dewa, mahiuk halus, kekuatan sakti serta kehidupan yang akan datang pada wujud dunia dan alam semesta. Pemikiran diatas dikaitkan dengan upacara Pasupati membenarkan bahwa keyakinan yang tebal pada masyarakat setelah benda tersebut diupacarai pasupati akan diberkahi kekuatan sakti para dewa sebagai manifestasi Ida Hyang Widhi Wasa. Penulis juga pernah membaca pada lontar Tutur pasupati yang menggambarkan bahwa dengan memohon para dewa untuk memusnahkan segala kotoran untuk menemukan kesucian pada bhuwana alit dan bhuwana agung dengan berbagai mantra dan upakara, maka dari itu upacara pasupati tergolong upacara dewa yadnya. Upacara pasupati sebagai media sakralisasi, seperti telah dijelaskan di atas pelaksanaan upacara pasupati bervariasi menurut desa, kala dan patra masing-masing desa di Bali.

Sarana Upacara Banten Pasupati
Dalam setiap upacara; maka keberadaan upakara tentu tidak dapat dikesampingkan, demikian pula halnya ketika umat Hindu melaksanakan upacara Tumpek Landep ini.

Adapun sarana/upakara yang dibutuhkan dalam Tumpek Landep, yang paling sederhana adalah canang sari, Dupa Pasupati dan tirtha pasupati. Yang lebih besar dapat menggunakan upakara Banten Peras, Daksina atau Pejati. Dan yang lebih besar biasanya dapat dilengkapi dengan jenis upakara yang tergolong sesayut, yaitu Sesayut Pasupati dengan kelengkapan banten prayascita, sorohan alit, banten durmanggala dan pejati.

Cara penyusunannya, dari bawah ke atas
Tebasan pasupati

Kulit sayut
Tumpeng barak
Raka – raka dan jaja
Kojong balung/prangkatan (5 kojong jadi 1) yang berisi kacang, saur, Gerang, telur dan tuung (terong)
Sampian nagasari, penyeneng, sampian kembang (terbuat dari don andong)
Pejati dan peras dengan sampian dari don andong, canangnya menggunakan bunga merah
Lis/buu alit (dari don andong)
dupa 9 batang
ayam biying mepanggang
segehan bang

banten prayascita untuk Pasupati

tumpeng mepekir, 5 buah
tulung, 5 buah
siwer 1, dengan tanceb cerawis
tipat pendawa
kwangen dan don dadap 5, masing 2 ditancapkan di tumpeng
raka-raka dan kacang saur
sampian nagasari

dapetan tumpeng 7, alas ngiu (ngiru)
taledan 2 – masing -masing di isi : taledan pertama: tumpeng 2, raka-raka kacang saur dan sampian nagasari. taledan ke dua: tumpeng 3, tulung, bantal, tipat penyeneng, raka2 kacang saur dan sampian pusung
sayut 2 – masing -masing di isi : sayut pertama; gibungan lempeh 1, raka2 kacang saur dan sampian nagasari dan sayut berikutnya; gibungan lanying 4, raka2 kacang saur dan sampian nagasari
di tengah2 isi cawan, isi base tampin, beras, benang tebus, pis bolong 3, penyenyeng

sorohan alit untuk Pasupati

taledan mesibeh/mesrebeng
kulit sayut 2 , di sampingnya
kulit peras di tengah2 antara sayut
ujung peras isi katak-kituk, sesisir pisang, sedikit jajan, nasi dan saur, isi plaus kecil, smua dsb nasi sasah, sidampingnya isi pisang tebu raka-raka
belakang nasi sasah isi tumpeng, 11 buah
kulit sayut isi nasi pulungan 4
kulit sayut lagi satu, sisi gibungan alit 1
di kulit peras isi tulung, 3 buah
isi kacang saur raka-raka
sampian pusung 2, di taruh bagian depan
di atas sayut sampian naga sari, 2 buah
atas kulit sayut sampian nagasari 1
penyeneng, tatakan celemih, isi base tampin, beras, benang tebus
lis / buu alit
banten bersihan

banten durmanggala dengan klungah nyuh mulung (gadang)
Banten Pejati untuk melengkapi Banten Pasupati sebagai hulu upacara pasupati tersebut.

Dari berbagai jenis upakara tersebut yang terpenting barangkali adalah Tirtha Pasupati; karena umat Hindu masih meyakini betapa pentingnya keberadaan tirtha ini. Tirtha Pasupati biasanya didapat melalui Pandita atau Pinandita melalui tatacara pemujaan tertentu. Tapi bagaimana halnya dengan individu-individu umat Hindu, apa yang mesti dilakukan jika ingin mendapatkan Tirtha Pasupati? Bisakah memohonnya seorang diri tanpa perantara Pinandita dan atau Pandita? Jawabannya tentu saja boleh...!

Cukup menyiapkan sarana seperti di atas (seuaikan dengan desa-kala-patra). Misalnya dengan sarana canang sari, dupa dan air (toya anyar), setelah melakukan pembersihan badan (mandi dsb). Letakkan sarana/ upakara tersebut di pelinggih/ altar/ pelangkiran. Kemudian melaksanakan asuci laksana (asana, pranayama, karasudhana) dan matur piuning (permakluman) sedapatnya baik kepada leluhur, para dewa dan Hyang Widhi, ucapkan mantra berikut ini dengan sikap Deva Pratista atau Amusti Karana sambil memegang dupa dan bunga.

Sebenarnya siapapun dapat “menghidupkan / me-pasupati” Rerajahan / barang setelah melalui beberapa ritual tertentu, seperti membacakan “mantra pangurip”. Namun hendaknya sebelum mantra ini diucapkan sebaiknya pahami benar maksud gambar Rerajahan yang akan di “pasupati” agar tidak menjadi bumerang dikemudian hari.

Pedanda (karena Brahmana adalah sebutan untuk klan/keluarga pendeta Hindu, namun tidak selalu menjadi atau memiliki kemampuan menjadi pedanda) dan Pemangku juga Balian (paranormal) adalah praktisi-praktisi yang mendalami pembuatan Rerajahan, tentu saja mereka mampu menginisiasi rerajahan.

Mantra Pasupati:
Om Sanghyang Pasupati Ang-Ung Mang ya namah svaha
Om Brahma astra pasupati, Visnu astra pasupati,
Siva astra pasupati, Om ya namah svaha
Om Sanghyang Surya Chandra tumurun maring Sanghyang Aji Sarasvati-tumurun maring Sanghyang Gana, angawe pasupati maha sakti, angawe pasupati maha siddhi, angawe pasupati maha suci, angawe pangurip maha sakti, angawe pangurip maha siddhi, angawe pangurip maha suci, angurip sahananing raja karya teka urip, teka urip, teka urip. 
Om Sanghyang Akasa Pertivi pasupati, angurip........
Om eka vastu avighnam svaha
Om Sang-Bang-Tang-Ang-Ing-Nang-Mang-Sing-Wang-Yang
Ang-Ung-Mang,
Om Brahma pasupati,
Om Visnu Pasupati,
Om Siva sampurna ya namah svaha

Kemudian masukkan bunga ke dalam air yang telah disiapkan
Dengan demikian maka air tadi sudah menjadi Tirtha Pasupati, dan siap digunakan untuk mempasupati diri sendiri dan benda-benda lainnya.

Catatan:
……………………….Titik-titik pada mantra di atas adalah sesuatu yang mau dipasupati)-dalam hal ini adalah air untuk tirtha pasupati. Dalam hal tertentu dapat dipakai mempasupati yang lainnya..tergantung kebutuhan (tapi tetap saya sarankan hanya untuk Dharma, karena jika akan dipakai untuk hal-hal negatif maka mantra tersebut tidak akan berguna bahkan akan mencederai yang mengucapkannya)!!
Mantra di atas bersumber dari lontar Sulayang Gni Pura Luhur Lempuyang, koleksi pribadi.

Mantra Pasupati berikut juga bias digunakan, yang di Kontribusi dari Jro Mangku Wayan Natia, Pinandita Loka Palaya Seraya di Kecamatan Banjit, Way Kanan-Lampung.
Om ang ung pasupati badjra yuda agni raksa rupaya purwa muka desa tanaya pasupatnya ong pat
Om ang ung pasupati pasa yuda agni raksa rupaya pascine muka desa tanaya pasupatnya ong pat
Om ang ung pasupati cakra yuda agni raksa rupaya utara muka desa tanaya pasupatnya ong pat
Om ang ung pasupati padma yuda agni raksa rupaya madya muka desa tanaya pasupatnya ong pat
Om ang ung pasupati para mantra pasupatnya ong pat
Om ang brahma urip
Om ung wisnu urip
Om mang iswara urip
Urip (3x) Tang rerajahan
Om dewa urip, manusia urip, sing teka pada urip
Om kedep sidhi mandi mantra sakti

Atau dapat juga menggunakan mantra Pasupati berikut, yang dikontribusikan oleh jro manggih, salah satu orang yang disegani di daerah sebatu, gianyar..
Ong ang ung,
teka ater (3x)
ang ah, teka mandi (3x) ang.
(jeda sesaat)

Ong betare indra turun saking suargan,
angater puja mantranku,
mantranku sakti,
sing pasanganku teka pangan,
rumasuk ring jadma menusa,
jeneng betara pasupati.
Ong ater pujanku, kedep sidi mandi mantranku, pome.
(jeda sesaat)

Om bayu sabda idep, urip bayu, urip sabda, urip sarana, uriping urip, ya nama swaha. Om aku sakti, urip hyang tunggal, lamun urip sang hyang tunggal, urip sang hyang wisesa, teka urip 3x

Atau menggunakan mantra Pasupati berikut
MENYUCIKAN BAHAN
ong sameton tasira matemahan ongkara
Malecat ring angkasa tumiba ring pertiwi
Matemahan sarwe maletik
Mabayu, masabda, maidep
Bayunta pinake sabdan I ngulun
Pejah kita ring brahma
Urip kita ring wisnu
Begawan ciwakrama mengawas-ngawasi sarwa waletik

MANTRA NGERAJAH
ong saraswati sudha sudha ya namah swaha

PENGURIP RERAJAHAN
ong ang ung mang
Ang betara brahma pangurip bayu
Ung betara wisnu pangurip sabda
Mang betara iswara pangurip idep
Ong sanghyang wisesa pengurip saluiring rerajahan
Teke urip (3x) ang ung mang ong

PENGURIP SERANA
ong urip bayu sabda idep
Bayu teke bayu urip
Sabda teke sabda urip
Idep teke idep urip
Uriping urip teke urip (3x)

  


Jumat, 28 Oktober 2022

PUNARBHAWA

1. Apa pengertian dari Punarbhawa?
Punarbhawa tersebut berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Punar artinya “lagi”, sedangkan Bhawa artinya “menjelma”. Maka dengan demikian Punarbhawa memiliki arti kelahiran kembali yang berulang-ulang atau Reinkarnasi, penitisan kembali disebut juga Samsara.


2. Apa yang menyebabkan adanya Punarbhawa? 
1. Ingin memperbaiki diri menuju kesempurnaan agar roh dapat mencapai Moksa
2. Sebab umat Hindu meyakini adanya hukum karmaphala karena karma phala diyakini sebagai hukum sebab akibat oleh umat beragama Hindu. Seluruh phala (hasil) dari perbuatan manusia merupakan buah dari karma yang telah dibuat. Melakukan karma yang baik akan menghasilkan phala yang baik.
3. Dalam filsafat agama Hindu, reinkarnasi terjadi karena jiwa harus menanggung hasil perbuatan pada kehidupannya yang terdahulu. Pada saat manusia hidup, mereka banyak melakukan perbuatan dan selalu membuahkan hasil yang setimpal.


3. Apa tujuan Punarbhawa atau kelahiran berulang ulang ke dunia bagi umat Hindu?
KELAHIRAN DALAM MEMPERBAIKI KARMA. 

Manusia selalu berharap dan sangat ingin mencapai moksha dan bebas dari
reinkarnasi serta mencapai kebahagiaan yang tertinggi, yaitu kebahagiaan yang
tidak ada lagi disusul kedukaan.
Sebagaimana tujuan agama Hindu yang tersurat di dalam Weda, yakni “Moksartham jagadhitaya ca iti dharma (kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat) ”.



Maka Moksa merupakan tujuan yang tertinggi. Moksa adalah kebebasan dari keterikatan benda-benda yang bersifat duniawi dan terlepasnya Atman dari pengaruh maya serta bersatu kembali dengan sumber-Nya, yaitu
Brahman dan mencapai kebenaran tertinggi, mengalami kesadaran dan kebahagiaan yang kekal abadi yang disebut Sat Cit Ananda.
PUNARBHAWA SEBAGAI WAHANA MEMPERBAIKI KUALITAS DIRI


4. Apa kaitannya Punarbhawa dengan karma phala?
Jadi dalam hukum karma sangat berkaitan dengan Samsara atau yang disebut juga Punarbhawa yang artinya lahir kembali ke dunia secara berulang – ulang. Kelahiran kembali ini terjadi karena adanya atma masih diliputi oleh keinginan dan kemauan yang berhubungan dengan keduniawian.

Kelahiran dan hidup ini sesungguhnya adalah sengsara, sebagai hukuman yang diakibatkan oleh perbuatan atau karma di masa kelahiran yang lampau. Jangka pembebasan diri dari samsara, tergantung pada perbuatan baik kita yang lampau ( atita ) yang akan datang ( nagata ) dan sekarang ( wartamana ).

Pembebasan dari samsara berarti mencapai penyempurnaan atma dan mencapai moksa yang dapat dicapai di dunia ini juga. Pengalaman kehidupan samsara ini dialami oleh Dewi Amba dalam cerita Mahabharata yang lahir menjadi Sri Kandi.


5.  Apa manfaat dan nilai yang akan di peroleh dari penghayatan terhadap hukum karma pada ajaran Punarbhawa
1. melahirkan kesabaran, ketenangan, dan ketabahan; 
2. keyakinan diri terhadap setiap perbuatan; 
3. pengendalian diri yang ketat; dan 
4. selalu bersyukur.
Hakikat hukum karma dengan Punarbhawa sangat erat sebab Punarbhawa menjadi jalan untuk memperbaiki karma disebabkan atma seseorang yang masih saja diliputi kemauan juga keinginan duniawi. Maka ia pun terlahir kembali secara berulang untuk menjalani karma yang ia peroleh dari kehidupannya yang lampau.

Sesungguhnya apa yang berasal dari kita akan kembali ke kita begitulah hukum karma, jadi dalam menghadapi kehidupan ini hendaknya kita tetap berpikir, berbuat dan berucap yang baik tanpa memperhitungkan hasilnya / atau balasannya karena semua hukumnya sudah pasti akan kembali ke diri kita entah itu kapan waktunya sesuai dengan karma masing – masing.

Berhenti memperhitungkan apapun yang sudah menjadi siklus karma itu, bijaksana melangkah dalam menjalani kehidupan hingga menjadi pribadi Dewasa dalam memperbaiki diri dalam karma.


Rabu, 26 Oktober 2022

NYAMBUTIN

Nyambutin

Nyambutin atau Nelu Bulanin atau "Tutug Sambutan" adalah upacara tiga bulanan (105 hari), penekanannya agar jiwatman sang bayi yang lahir tersebut benar-benar berada pada raganya. Upacara nyambutin ini juga sebagaimana disebutkan termasuk dalam upacara manusia yadnya sebagai permohonan keselamatan dalam upaya peningkatan kehidupan spiritual menuju kebahagiaan di dunia ini.

Sebagai upacara suci yang tujuannya untuk penyucian Jiwatman dan penyucian badan si bayi seperti yang dialami pada waktu acara Tutug Kambuhan.
Pada upacara ini nama si bayi disyahkan disertai dengan pemberian perhiasan terutama gelang, kalung/badong dan giwang/subeng, melobangi telinga.
Dan adapun pelaksanaan upacara Nyambutin dalam adat dan kebudayaan, upacara nyambutin ini dipimpin oleh seorang Pemangku, upacara ini dilakukan di halaman rumah (ngatah), antara dapur dan rumah tengah dimana plasenta (ari-ari) si bayi di kubur, untuk sesajen (babaten) diletakan disebuah meja kecil. Sebelum upacara berlangsung, bayi dan orang yang mengikuti kegiatan upacara duduk dibelakang pimpinan upacara, lalu disiapkan daun dadap, benang dan kapas putih.

Urutan upacara dan symbol (niyasa) pada sebuah tentang : upacara tiga bulan dan otonan dalam babd bali dijelaskan sebagai berikut :
1. Ayah dan ibu bayi mebeakala dengan tujuan menghilangkan cuntaka karena melahirkan.
2. Nyama bajang dan kandapat "diundang" untuk dihaturi sesajen sebagai ucapan terima kasih karena telah merawat bayi sejak dalam kandungan sampai lahir dengan selamat. Tattwa yang sebenarnya adalah syukuran kehadapan Hyang Widhi atas kelahiran bayi.
Pada saat mecolongan, si Bayi natab banten bajang colong artinya menerima lungsuran (prasadam) dari "kakaknya" yaitu kandapat (plasenta: ari-ari, getih, lamas, yeh-nyom)
Si Bayi "mepetik" (potong rambut, terus digundul, menghilangkan rambut "kotor" yang dibawa sejak lahir).
3. Si Bayi "mapag rare" (disambut kelahirannya) di Sanggah pamerajan, memberi nama (yang sesuai dengan nama khas nak Bali), dan menginjakkan kaki pertama kali di tanah didepan Kemulan.
4. Si Bayi menerima lungsuran (prasadam) Hyang Kumara yaitu manifestasi Hyang Widhi yang menjaga bayi.
5. Si Bayi "mejaya-jaya" dari Sulinggih, yaitu disucikan oleh Pendeta.

Symbol (niyasa) yang digunakan dalam upacara Tiga Bulanan:
a. Regek yaitu anyaman 108 helai daun kelapa gading berbentuk manusia, sebagai symbol Nyama Bajang;
b. Papah yaitu pangkal batang daun kelapa gading sebagai symbol ari-ari,
c. Pusuh yaitu jantung pisang sebagai symbol getih,
c. Batu sebagai symbol yeh-nyom,
d. Blego sebagai symbol lamas,
e. Ayam sebagai symbol atma,
f. Sebuah periuk tanah yang pecah sebagai symbol kandungan yang sudah melahirkan bayi,
g. Lesung batu sebagai symbol kekuatan Wisnu,
h. Pane symbol Windu (Hyang Widhi),
i. Air dalam pane symbol akasa,
j. Tangga dari tebu kuning sepanjang satu hasta diberi palit (anak tangga) tiga buah dari kayu dapdap symbol Smara-Ratih (Hyang Widhi yang memberi panugrahan kepada suami-istri).

Upacara otonan tiga bulanan ini juga disebutkan bertujuan untuk mengucapkan syukur kepada Hyang Widhi atas karunia berupa panjang umur, serta mohon keselamatan dan kesejahteraan.

Banten nyambutin
Isi pengakulan

3 bulanan tp 11
Dibale ayaban tumpeng 11
Jerimpen pejati jerimpen (ulu)
Pengambean gebogan peras soda (leher) 
Penyeneng pengiring pengapit teterag
Sesayut tebasan 
Jejanganan, Banten ayunan 
Pengresikan 

Di surya pejati
Beten segehan putih kuning 

Di meja atau beten 
Pengakulan, tumpeng 5 : 
Pejati, peras sodan, pengakulan
Pengambean, sayut
Jejanganan, suci 

Di lesung 
Daksina 
Tamas : takir tipat nasi mesibak, takir boreh, takir loloh, biu mepelut mekeet, miik miikan, 

Di tanah 
Segehan 2

Tetandingan nyane : 

Pengakulan 
Tempeh 
Don nangka dijahit seperti tampak diisi bubuh ketan putih kuning 11 tanding
Celemik dr ron diisi nasi rasmen 11 tanding

Dudonan Pacaruan

CARU MANCA SATA

A. Setelah persiapan upacara selesai, lalu manggala upacara mulai mengambil / mengatur sikap dengan cara sebagai berikut:
1. Cuci tangan
Mantra : Om Hrah phat astra ya namah
2. Berkumur
Mantra : Om Ung phat astra ya namah
3. Asana (sikap bersila)
Mantra : Om prasada sthiti sarira ciwa suci nirmala ya namah
4. Pranayama (mengatur pernafasan)
a. Puraka : Om Ang namah
b. Kumbaka : Om Ung namah
c. Recaka : Om Mang namah
5. Karasodana
Tangan kanan diatas menengadah : Om sudhamam swaha
Tangan kiri diatas : Om Ati sudhamam swaha
Mencucikan mulut : Om waktra sudhamam swaha
6. Membakar dupa
Mantra : Om Ang dhupa dipa astra ya namah
7. Menghirup asap dupa dengan cara tangan diasapi lalu dihirup berulang-ulang tiga kali
Mantra : 
Om Ang Brahmamrtha dipa ya namah
Om Ung Wisnumrtha dipa ya namah
Om Mang Iswaramrtha dipa ya namah
8. Mensucikan bija :
Mantra : 
Om Puspa danta ya namah
Om Kum kumara vija ya namah
Om Sri gandaswari amrtha bhyo ya namah swaha
9. Menuntun Atma dengan sikap tangan mudra didepan dada
Mantra : 
Om Ang hrdhaya ya namah
Om Rah phat astra ya namah
Om Hrang Hring sah parama siwamrtha ya namah

10. Mohon Panugrahan Ciwa - Budha
Mantra : 
Om nama Siwa ya, namo Budha ya,
nugrahi mami nirmala, sarwa sastra suksma sidhi,
Om Saraswati prama siddhi ya namah,
sarwa karya sudha nirmala,ya namah swaha
Om siwa sadha siwa parama siwa budha
Dharma sanggya ghana dipatya ya nama swaha

11. Dilanjutkan dengan mengambil kembang terlebih dahulu diasapi dengan dupa
Mantra : 
Om puspa dantha ya namah swaha

(Dilanjutkan dengan ASTRA MANTRA)
Om Ung hrah phat astra ya namah
Om Atma tatwatma sudhamam swaha
Om Om ksama sampurna ya namah
Om Sri pasupati ung phat
Om Sriambawantu ya namah
Om Sukhambawantu ya namah
Om Purnam bhawantu ya namah swaha

(Bunga dimasukkan dalam Sangku)

B. PENGAKSAMA :
1. Selanjutnya kita dahului dengan memohon maaf kehadapan Sang Hyang Widhi beserta manifestasinya.
Mantra : 
--Om Ksama swamam Maha Dewa
Sarwa prani hitan karah
Mam mocca sarwa papebhyah
Palayaswa sada siwa
--Om Papoham papa karmaham
Papatma papa sambawah
Trahinam sarwa papebpyah
Kanacinmam ca raksantu
--Om Ksantawyah kayika dosah
Ksantawya wacika mama
Ksantawyah manasa dosah
Tat prasiddha ksamaswa mam

C.Mohon Tirtha
1. Tirta pebersihan
a. Om hrang hring sah prama siva gangga amertha ya namah swaha
Om siva amertha
Om sada siwa amrtha
Om parama siva amrtha ya namah swaha

b. Apsu Dewa
--Om Apsu dewa pavitrani
Gangga devi namo stute
Sarwa kleca vinasanam
Toyana Pari Chudhyate
--Om sarwa papa vinacini
Sarwa roga vimocane
Sarva kleca vinacanam
Sarva bhogam avap nuyat

c. Pancaksara
--Om pancaksaram maha tirtam
Pavitra papa nacanam
Papo koti sahas ranam
Agadam bhavet sagaram
--Om pranayama baskara devam
Sarva klesa winasanam
Pranamia ditya siwartam
Bukti mukti warapradam
---Om gangga Saraswathi Sindhu
Vipaca kociki nadhi
Yamuna mahati crsthah
Sarayucca maha nadi

2. Mohon tirta untuk diri sendiri dengan sikap amustikarane
Om idhep bhatara panca tatagata, mwang bhatara ratna traya
umandali bhajradaka ya namah swaha.
Om Gangga sindhu Saraswati
Wipase kosiki nadi
Yamuna mahati trostah
Serayunca mahanadi
Om bhur bwah swah tirta maha pawitra yanamah swaha
(Perciki Tirta untuk Penganteb saja)

D. Ambil gentanya perciki dengan tirta, asapi dengan dupa
Dan Mantram : 
Om ang dupa dipa astra ya namah swaha
Diperciki dengan Astra Mantra :
1. Om Ung hrah phat astra ya namah
Om Atma tatwatma sudhamam swaha
Om Om ksama sampurna ya namah
Om Sri pasupati ung phat
Om Sriambawantu ya namah
Om Sukhambawantu ya namah
Om Purnam bhawantu ya namah swaha

2. -Om kara sadhasiwa stham
Jagatnatha hitangkarah
Abiwada wada niyam
Genta sabda prakasiate
-Om ganta sabda maha sretam
Ongkarem parikirtitam
Chandra nada windu nadakam
Spulingga siwa tatwamca
-Om gantayur pujyate Dewa
Abawa-bawa karmesu
Warada labde sandeyah
Waram siddhi nirsangsayam

3. Sesudah ngastawa genta pentil palit genta sebanyak tiga kali kearah depan mantra :
Om – Om – Om
Kemudian genta itu di taruh
Mantra : Om ang kang kasolkaya yanamah
(Gunakan petanganan astra mantra)

E.1.. Memohon tirta pengelukatan
Mantra : 
--Om Sang Bang Tang Ang Ing
Nang Mang Sing Wang Yang
Om Hrang Hring Sah parama Siwa
Gangga amerta yanamah swaha
--Om sarwa belikam prthiwi
Brahma Wisnu Maheswara
Anaking Dewa Putra Sarada
Sarvanastu ya namah swaha
--Om Sam Prajanam sarveda suddhamala
Suddharogah suddhadanda patakah
Suddhavignam suddha sakala
Dasa mala suddhadanda upata
--Om vasuputra tubyam namah swaha
Om siddhi guru srong sarasat sarva wighnam ya namah
Sarva klesa sarva roga sarva satru
Sarva papa vinasaya namah svaha


--Om Gangga sindhu Saraswati
Suyumuna gudawari narmada
Kaweri sarayu mahendra tanaya
Carmanwathi winukam
Bhadra netravati maha suranadi
Khyantan ca ya gandaki
Punya purna jalah samudra
Sahitah kurvantu te manggalam

c. Pancaksara
--Om pancaksaram maha tirtam
Pavitra papa nacanam
Papo koti sahas ranam
Agadam bhavet sagaram
--Om pranayama baskara devam
Sarva klesa winasanam
Pranamia ditya siwartam
Bukti mukti warapradam
---Om gangga Saraswathi Sindhu
Vipaca kociki nadhi
Yamuna mahati crsthah
Sarayucca maha nadi

F. Nunas Tirta Pangelukatan
1. --Om gangga muncar saking wetan, tinghalin telaga hojanira, jambanganira selaka, tinanceban tunjung putih, padyusan Bhatara Iswara,
--Om gangga muncar saking kidul tinghalin telaga hojanira, jambangannira tembaga, tinanceban tunjung bang, padyusan Bhatara Brahma,
--Om gangga muncar saking kulon, tingalin telaga hojanira, jambanganira mas, tinanceban tunjung kuning, padyusan Bhatara mahadewa,
--Om gangga muncar saking lor , tinghalin telaga hojanira, jambangan wesi, tinanceban tunjung hireng, padyusanira Bhatara Wisnu,
--Om gangga muncar saking tengah , tinghalin telaga mumbul, ring sapta petala, muncar ring luhur, tinghalin telaga hojanira, jambangan nira amanca warna, tinanceban tunjung amanca warna , padyusanira Bhatara Siwa,

2. Ginawe panglukatan bebanten, wenang Bhatara Siwa anglukat, anglebur dasa mala, hinambelan dening wong campur, kaletehan dening hodak, keraraban dening roma kahiberan dening ayam, kelangkahan dening sona, menawita keraraban, katuku ring pasar, keprayascitha denira Sang Hyang Tigamurti Hyang, Sang Hyang Eka Jnyanasurya, Sang Hyang suci nirmala,menadyang luwiring bebanten, Om sri ya we ya namah.

G. Menghaturkan banten Pesucian (buhu-buhu, tepung tawar, tetebus, kekosok) sekaligus di anteb karena tergabung di pesucian.
1. Buhu-buhu
Mantra : 
--Om sweta tirtanca nityam, pawitram papa Nasanam,
Sarwa rogasca nagasca, sarwa kali kalasu wina sanam
--Om Rakta tirtanca, Om kresna tirtanca, Om sarwa tirtanca yawe namo namah swaha

2. Tepung tawar , segau
Mantra : 
Om Sanjna asta sastra empu sarining wisesa
Tepung tawar amunahaken, segau angeluaraken
Sakuehing sebel kandel lara roga baktanmu

3. Kekosok
Mantra : 
Om Tresna taru lata kebaretan kalinusan dening angin angampuhang mala wigna
Om Sidhirastu ya namah swaha

4. Tetebus
Mantra : 
Om raga wetan angapusaken balung pila pilu
Angapusaken otot pilu, den kadi langenging Sang Hyang Surya mangkana langgenging angapusaken kang tinebus-tebas, Om Sampurna ya namah

5 .Byakala, , Durmanggala, Prayascitha
a. Byakala
Mantra : 
Om kaki bhuta panampik mala
Kaki bhuta panampik lara
Kaki bhuta panampik klesa
Undurakena bhaya kalaning
Manusaning hulun
--Om ksama sampurnaya namah

b. Isuh-isuh
Mantra : 
Om Sang Hyang taya tan panetra, tan pa cangkem, tanpa karna, sang hyang taya jati sukla nirmala, sira mangisuh-isuhing sarwa dewata, angilangaken sarwa bhuta dengen kala ring pada bhatara kabeh, Syah ta kita saking kulit ring balung ring sumsum, Mantuk ta kita maring jipang sabrang melayu
Om mam nama siwa ya swaha

6. Durmanggala (ada di semua caru):
Mantra : 
Om sang kala purwa sang kala sakti, sang kala braja, sang kala ngulalang, sang kala petre, sang kala suksma. Aja sira pati papanjingan pati paperet ngi, iki tadah sajinira, penek lawan trasi bang, bawang, jahe, anadaha sira tur lunga. Manawi kirang tadahan iki jinah satak sulawe, lawe satukel, maraha sira ring pasar agung nggena tuku ring pasar agung wehan sanak rabinira sowang-sowang ajasira mawali muwah pada ewahana, pada sidhi swaha

Om mrtyunjaya rakta saraya sarwa rega upadrawa, papa mretyu sangkara, sarwa kali kalika syah wigraha ngawi pada, susupena durmanggala, papa krada winasaya, sarwa wighnaya namah swaha

7. Pyayascitha +ngadegang list (lis gadang)
Mantra : 
--Om Sang Janur kuning pangadegan ira turun Bhatara Ciwa kabaktaning janma manusa kabeh , muang kalabetaning dewata kabeh.
--Om ksama sampurna ya namah

Om janur kuning , puput ngelisin, puput nyupat, om sidhirastu tat astu swaha

Lalu diperciki tirtha dengan mantra (ngosokang lis gede):
Mantra:
Om jreng jreng sabuh angadeng nagilang akna sarwa
kalan ira sang linislisan
Om sabur sweta, sabur rakta, sabur pitha
sabur krsna, sabur manca warna sarwa karya prayascita
ya suci nirmala ya namo namah swaha

8. Prayascita
Mantra : 
--Om prayascita kare yegi
Catur warna wicintayet
Catur wawtranca puspadyam
Ang greng reng bya stawa samam
--Om agni rahasia mukam mungguh bungkahing hati angeseng saluwiring dasa mala, teka geseng, geseng, geseng
-Om prayascita subagiyamastu

(Ibu-ibu keliling menyucikan bangunan semua)
PRA CARU :
I.1. Catatan :
a. Siapkan gelas sukla 5 buah untuk tempat tirta (dengan 5 macam warna bunga , yaitu : warna putih ditimur, warna merah di selatan, warna kuning di barat, warna hitam di utara, warna brumbun di tengah) , sesuai dengan warna caru.
b.Setelah dipuja , ditaruh pada caru
c. Sebelum muktiang , caru itu semuanya disimbuh dengan suna, jangu dan disirat tirta caru masing-masing pakai bebuhu (lis)

2. Semua sesaji yang dipersembahkan diperciki dengan tirtha penglukatan (dari tempat duduk)
Mantra : 
Om om sampurna ya namah
Om sudha, sudha, sudha, sudha, parisudha ya namah
Om sudha akasa, sudha bumi, sudha wighna, sudha mala , sudha papa klesa , Kasudha dening Sang Hyang Trilokanatha .
Om sidhirastu tat astu svaha
Om pretama sudha , dwitya sudha, tritya sudha, caturty sudha. Sudha sudham wariastu

3. Surya stawa (Pesaksi)
Mantra : 
Om Surya seloka nata sya, warada sya swarcanam
Sarwantah tasya sidantam, suda naya santyasam.
Om asita mandala mertyu, sitala satru nasanam,
kawi wisya rakta teja, sarwa bawa bawet bawat

4. Pertiwi stawa :
Mantram : 
Om pertiwi sariram dewi, catur dewa mahadewi,
catur asrama batari, siwa bumi mahasidhi
Om ring purwa ksiti Basundari, siwa patni putra yoni,
Uma durga gangga dewi, brahma betari wisnawi
Om mahe swari hyang kumari, gayatri berawi gauri,
Arsa sidhi maha, Indra Nicambuni dewi
Om akasa siwa tattwa ya namah swaha
Om pertiwi dewi tattwa ya namah swaha

5. Mensucikan sesajen , sesudah itu sesajen disucikan dengan ,
Mantra : 
Om Sang Hyang Tiga Murti Hyang
Sang Hyang Ekajnana cuntaka
Sang Hyang Suci Nirmalajnana
Makadi bhatara malingga ring
babanten kararaban, karampwan
denamel dening wang campur
kararaban roma , Kwaltikaning Cone
kaparodan ing wak , kapryascita den ira
Sang Hyang Tiga Murti Hyang
Sang Hyang Ekajnana cuntaka
Sang Hyang Suci Nirmalajnana
--Om criyo wai ya namo namah swaha

6. Suci (untuk ke 5 caru)
Om nama siwa ya , tan kabretang tulah sarik, luputang lara wighna, aminta pamangku amuja, kurusya maka pulacek, pretenjala maka padma, Hyang Dewa maka puspa lingga padanira, sang Hyang Pulacek, Sang Hyang wisesa, Sang Hyang Warsasya sira makudi manik, kancana mas sang kasuhun, paduka Bhatara Kala sakti, pakundan Bhatara Ghana, jangan Bhatara Kwera, tasik Bhagawan anggasti, pisang Sang Hyang Kumara, kembang Sang Hyang Smara, jambe Bhatara Brahma, sirih Bhatara Hyang Wisnu, apuh Bhatara
Hyang Iswara, awus-awus Bhatara Mahadewa, pala bhatara siwa, sang hyang sambhu lenga burat wangi, Sang hyang rudra maka caru, banten sang Hyang Widhi. Suklapaksa sajenge Hyang Besawarna, ulam Bhatara Baruna, lelawuh Bhatara Mahesora, saberas maka simbuhan, sadana, pinaka natar, bhatara suci nirmala, anduse andasarin , sari suci nirmala, puja bhatara lumanglang, kang pinuja Bhatara Dharma, nguniweh jagat wisesa akasa lawan pretiwi, raditya kalawan ulan, Sang Hyang Tunggal , tunggal amuja, Hyang Pranamasari ring rat, kastuti dening sloka, sampurna Hyang nama swaha

7. Memohon Tirta Caru (gunakan gelas sukla) :
Mantra : 
Om gangga dwara parayageca, gangga sagara sanggama,
Sarwa angga ta bur labate, tribih sethanir wisesatam
Om papaham papa karmaham, papatma papa sambawah,
Trahinam pundari kaksah, sabahya byantara suci
Om sidi guru srong serapat, sarwa wigena, sarwa klesa,
Sarwa roga, sarwa satru, sarwa papa winasanam ya namah.
(Ambil tirta dari banten pesaksi di Surya, dan ketiskan ke banten caru)

8. Ngundang butha
Mantram :
Pekulun kaki batara kala, paduka batari durga, kaki batara ghana, sang Hyang panca muka, aja sira nyengkala karyanipun anu, apan sampun angantukana caru baya kalan, amukti, sira sama sukasira ring sang adruwe caru, teka waras, teka waras, teka waras.

9. Mantra Pemali sebelum muktiang Caru :
Om indah ta kita butha jigra naya merupa manca warna kita ratu ningrat, kala dengen mehanak I Pemali putun darakka undar-andir eka dasa ruang ira kita ngawe kilap cuntaka ke baya-baya ke punah den ira. Sang butha Jigra Maya
Om ang ksama sampurna ya namah
Sa Ba Ta A I nama siwaya

10. Muktiyang caru (ngayab caru ke bhuta)
Mantra : 
Om sang bang tang ang ing
nang mang sing wang yang
Om bhuktiantu durgha bucari
Om bhuktiantu durgha katara
Om bhuktiantu kala mewaca
Om bhuktiantu buta butangga
Om bhuktiantu buta butanaem
Om suasti suasti sarwa bhuta suka predana ya namah swaha
Om bhuktayantu, dhurga ketara, buktayantu kaladewasca,
bhuktayantu sarwa bhuktanam, bhuktayantu pisaca sangkyam.
Om dhurga loka boktaya swaha
Om bhuta loka boktaya swaha
Om kala loka boktaya swaha
Om pisaca loka boktaya swaha

11. Pengelukatan Butha :
Mantram :
Om lukat sira Butha dengen ,sumurup ring butha kalika
Om lukat sira Butha kalika sumurup ring batari Durga
Om lukat sira Betari Durga sumurup ring Betari Uma
Om lukat sira Betari Uma sumurup maring batari Guru
Om lukat sira Betari Guru sumurup ring Sang Hyang Tunggal
Om lukat sira Sang Hyang Tunggal sumurup ring Sangkan paran
Sira juga sangkaning sangkan paran,
Sira juga prasida anglukat mala papa petaka kabeh
Om ang kesama sampurna ya namah

12. Mantra layang-layang Caru
Mantram :
Pukulun bhatara Hyang Kala bhatara sakti, Sang kala Putih, Sang Kala Bang, Kala Pita, Kala Ireng, Kala Manca Warna, Kala Tiga Sakti, Kala Karogan, Sang Kala Kapepengan, salah agring, Sang Kala Kapati, sedahan Sang Kala, aja sira anyengkalaning, Sang Hyang esa ring Parhyangan Sakti, reh ipun sampun angaturaken tadah saji ring Bhatara Kala, punika ta kabukti denira kabeh.
Om makram swami mahadewi, sarwapranihitangkara, mamoca sarwa papebyah, manadi Hyang nama swaha.

13. Mantram ngantukang /Ngaluarang Kala
Mantra:
Pukulun angadeg Bhatara Hyang Siwa, Brahma, Wisnu, angluarakena sakwehning sengkalaning Sang Hyang Desa, ring Kahyangan Sakti, 
Om sarwa Kala sampurna ya namah swaha.

14. Mantram gelar sanga (diayab oleh sutri) :
a. Pukulun Sang Hyang Bhatara Yamaraja, iki tadah sajin nira, jangan sakawali muwah gelar sanga, sajeng sagoci, tan sinarengan tumurun Sang Hyang Yamaraja, pada suka ya namah.
b. Om indah ta kita Sang Bhuta Dengen, iringan ingon paduka bhatara-bhatari, sang Bhuta Brahma turun, Sang Bhuta Putih, Sang Bhuta Janggitan, Sang Bhuta Langkir, aranira, Sang Bhuta Kuning, Sang Bhuta Lembut Kenia aranya, Sang Bhuta Ireng, Sang Bhuta Teruna aranya, Sang Bhuta Amancawarna, Angga Sakti aranya, sira ngilangaken Bhuta Dengen, iti tadah bhuktinira sega awakul, iwak karangan lan balung gegending, sinusunan antiganing sawung anyar, sajeng saguci den pada amukti sari, sira aweng-aweng manawi wenten kirang punika, pamuputnya jinah satak lima likur, lawe satukel, sampun tan hana sredah, sira ring sang adruwe karya. 
Om ksama swamem papebyo manadi Hyang namo swaha.

J. 1. Mantram /pasupati bebuhu (gunakan untuk ngayabang caru) :
Om janur kuning puput ngelisin , puput nyupat, Om sidirastu ya namah

2. Mantram Caru Manca Sata (agar diayabang masing-masing caru oleh Sutri)
Mantra:
Om Sang Bhuta Janggitan, purwa Sang Bhuta Langkir, daksina Sang Bhuta Lembu Kaniya, pascima Sang Bhuta Teruna, utara Sang Bhuta Tiga Sakti, madia mapupul ta kita kabeh, yan uwus sira amangan anginum, pamantuka sira angaran hana urip, waras, teguh timbul, bujana kulit, akulit tembaga otot kawat, mangkana denira wahana nugraha de sang adruwe caru, Ong, Sang, Bang, Tang, Ang , Ing, Nang, Si, Wa, Ya, Ang, Ung, Mang, Ong, Ang, Kang, kasatkaya isana swasti, swasti sarwa bhuta suka, predana ya namo namah swaha. Ri wus sira pamuktya caru, pamuliha sira ri pasanetanira sowang-sowang, wehana urip waras, Dirghayusa. 
Om Sidhirastu swaha.

3. Mantram Caru Ayam Putih di Timur
Om indah ta kita Sang Bhuta Petak, Bhuta Janggitan aran sira, ring purwa desanira, umanis Pancawaranira, Dewa Iswara Dewatanya, iki tadah sajinira penek putih iwak ayam petak winangun urip katekeng saruntutannya. Manawi wenten kirang luput, den agung sinampura sang adruwe caru, sira ta nugraha dirghayusa mwang dirgha ayu sang adruwe caru, apan sang adruwe caru mangke anangun karya ayu. 
Om Sang Namah Swaha

4. Mantram Caru Ayam Biing (Merah) di selatan :
Om indah ta kita Sang Bhuta Abang, Bhuta langkir aran sira, ring daksina desanira, paing Pancawaranira, Dewa Brahma Dewatanya, iki tadah sajinira penek barak iwak ayam abang winangun urip katekeng saruntutannya. Manawi wenten kirang luput, den agung sinampura sang adruwe caru, sira ta nugraha dirghayusa mwang dirgha ayu sang adruwe caru, apan sang adruwe caru mangke anangun karya ayu.
Om Bang Namah Swaha

5. Mantram Caru Ayam Putih Siungan di barat :
Om indah ta kita Sang Bhuta pitha, Bhuta lembu kanyaran sira, ring pascima desanira, pon Pancawaranira, Dewa Mahadewa Dewatanya, iki tadah sajinira penek kuning iwak ayam putih siyungan winangun urip katekeng saruntutannya. Manawi wenten kirang luput, den agung sinampura sang adruwe caru, sira ta nugraha dirghayusa mwang dirgha ayu sang adruwe caru, apan sang adruwe caru mangke anangun karya ayu. Om Tang Namah Swaha

6. Mantram Caru Ayam Hitam (selem) di Utara , ulun danu dan di Beringin :
Om indah ta kita Sang Bhuta Ireng , Bhuta Karuna aran sira, ring utara desanira, wage Pancawaranira, Dewa Wisnu Dewatanya, iki tadah sajinira penek selem iwak ayam selem winangun urip katekeng saruntutannya. Manawi wenten kirang luput, den agung sinampura sang adruwe caru, sira ta nugraha dirghayusa mwang dirgha ayu sang adruwe caru, apan sang adruwe caru mangke anangun karya ayu. 
Om Ang Namah Swaha

7. Caru Ayam Brumbun (ditengah) :
Om indah ta kita sang bhuta saksi, ring madya desanira. Kliwon panca waranya Dewa Siwa dewatanya , iki tadah sajinnira penek manca warna maiwak ayam brumbun, ingolah winangun urip, katekeng seruntutannya , ajak sawadwanira ulung siki, minawi wenten luput den agung sinampura sang adruwe caru, sira ta anugrahaken dirghayusa. 
Ong Ing Namah Swaha

8.Banten pemogpog (pejati) :
Mantram : 
--Om paramah ciwa twam gohyah
Civa tatva parayanah
Civasya pranoto nityam
Candisaya namo stute
--Om nevadam Brahma Visnucca
Bhoktra deva mahecvaram
Sarva vya din alabhati
Sarva karyanta siddhantam
--Om jayarti jayam apunyat
Ya cakti yacam apnoti
Ciddhi sakalam apunyat
Parama Ciwa labhati
--Om bhoktra laksana yanamo Namah swaha

9.Sutri ngayab ring Surya :
Mantram : 
Om Surya seloka nata sya, warada sya swarcanam
Sarwantah tasya sidantam, suda naya santyasam.
Om asita mandala mertyu, sitala satru nasanam,
kawi wisya rakta teja, sarwa bawa bawet bawat

10. Sutri ngayab ring Padma :
Mantram : 
Om Om anantasana ya namah
Om rm dharma singa rupaya svetha varna ya namah
Om rm jnana singa rupaya rakta varna ya namah
Om rm viragya singa rupaya pita varna ya namah
Om rm Iswara singa rupaya kresna varna ya namah swaha
Om Om padmasana ya namah swaha
Om I Ba Sa Ta A
Om Ya Na Ma Si Va
Om Mam Um Am namah
Om Om Dewa pratista ya namah
Om Sa Ba Ta A I
Om Na Ma Si Va Ya
Om Ang Ung Mang Namah

11. Sutri ngayab ring Pretiwi :
Mantram : 
Om pertiwi sariram dewi, catur dewa mahadewi,
catur asrama batari, siwa bumi mahasidhi
Om ring purwa ksiti Basundari, siwa patni putra yoni,
Uma durga gangga dewi, brahma betari wisnawi
Om mahe swari hyang kumari, gayatri berawi gauri,
Arsa sidhi maha, Indra Nicambuni dewi
Om akasa siwa tattwa ya namah swaha
Om pertiwi dewi tattwa ya namah swaha

12. Ngayabang banten sor (segehan)
Mantra : 
--Om Ang Kang kasolkaya isana wosat
Om Swasti swasti sarwa bhuta kala
Suka ya namah swaha

Sonteng : 
Riwus sira amuktiaken segehan
muliha sira ring pasenetan nira sowang-sowang
Haywa ngrubeda , anyengkalen bhatara dewa ring kayangan sakti

Dilanjutkan dengan metetabuhan (arak berem)
Mantra : 
Om ebek segara, ebek danu, ebek banyu pramananing hulun

9. Ngunduran sahe ngelebar caru , Serana pengunduran
a. Kulkul , sampat, tulud, tungked/papah, geni/danyuh

b. Dipasupati dengan puja Astra mantra
Mantra : 
Om Ung hrah phat astra ya namah
Om Atma tatwatma sudhamam swaha
Om Om ksama sampurna ya namah
Om Sri pasupati ung phat
Om Sriambawantu ya namah
Om Sukhambawantu ya namah
Om Purnam bhawantu ya namah swaha

c. Nyider murwa daksina (dari utara ke selatan) tiga kali

d. Suara suriak-suriak
Mantra :
Riwus sira pemuktian caru pemuliha sira ripasenetan sira soang-soang, wehana urip waras, dirgayusa. Ong sidirastu suaha

10. Pangelebaran caru :
Mantra : 
Om tang ang ing sang bang ung ca tat
Om gemung gangga dipataya
Om hrang rajastra ya namah
Om phat phat phat
Om ang sura bhalaya namah
Om ung cakra bhalaya namah
Om mang namas karaya namah
Om sang bang tang ang ing
Panca maha bhuta bhiyo namah.

11.Ayu wreddhi
Mantra: 
--Om ayu vreddhi yaca vreddhi
Vreddhi prajna sukha criyam
Dharma santana vreddhin syat
Santute sapta vreddhayah
--Om yavan meru stitho devah
Yavad gangga mahitale
Candrarko gagana yavat
Tavad va vijayi bhavet
--Om dirghayur astu tad astu-astu svaha

(Semua caru ditanam di masing-masing lokasi caru)

K. Banten Pekideh tidak ada
1. Astra mantra
Om Ung hrah phat astra ya namah
Om Atma tatwatma sudhamam swaha
Om Om ksama sampurna ya namah
Om Sri pasupati ung phat
Om Sriambawantu ya namah
Om Sukhambawantu ya namah
Om Purnam bhawantu ya namah swaha

2. Selanjutnya muktiang sesajen kepada Sang Hyang widhi, para Deva dan Bhatara (ngayabang samian)
Mantra : 
--Om deva buktam maha sukam
Bojonam parama samertam
Deva baksia maha tustam
Bokte laksana karanam
--Om bhuktiantu sarwata dewa
Bhktiantu tri lokanam
Saganah sapari warah
Sawarga sadasi dasah
--Om deva boktra laksana ya namah
Om deva trapti laksana ya namah
Om treptia parameswara ya namah swaha

3. Menghaturkan sembah kepada Sang Hyang Siwa Raditya
Mantra : 
-Om Adityasia paramjyotih
Rakta teja namustute
Sivageni teja mayance
Siva Dewa wisiantakem
-Om padma lingganca pratista
Astadewa prakirtitam
Siwagraha sangyuktam
Ganaksaram sadasiwa
-Om Sa Ba Ta A I
Na Ma Si Va Ya Ang Ung Mang. 

4. Menghaturkan asep kepada para Dewa dan Batara
Mantra : 
Om Ang Brahma sandhya namo namah
Om Ung Wisnu sandhya namo namah
Om Mang Iswara sandhya namo namah

5. Puja Jagatnata
Mantra : 
Om Ang Brahma Perajapati sretah
Suyambu weradem guru
Om brahma sekayam usiyatha
Om rang ring sah Brahma praja pati
Ya nama namah

6. Pengaksama Jagatnatha
Mantra : 
--Om ksamaswamam Jagatnatha
Sarwa papa nirantaram
Sarwa karya minda dehi
Prenamya misora isanam
--Om ksama swamam maha yasta
Yastha surya gunatmakam
Winasaya sesatem papem
Sarwa seloka darpayana
--Om gring dewa arcanaya ya namah swaha
Om gring dewa tarpana ya namah swaha

M. Dilanjutkan dengan persembahyangan bersama .

1. Puja Tri Sandhya
2. Muspa Panca Sembah
a. Sembah tangan kosong
Mantra : Om Rah phat Astra ya namah swaha
Om Atma Tatwatma sudhamam swaha

b. Sembah memakai kembang kepada Betara Surya
Mantra : 
--Om Aditya sya paramjyotir
Rakta teja namustute
Sweta pangkaja madhyasta
Basjkaraya namustute
--Om Pranamya baskara dewam
Sarwa klesa winasanam
Pranamya ditya siwartham
Bukti mukti warapradam
--Om Hrang hring sah parama ciwa ditya ya namah swaha

c. Sembah memakai kembang/ kewangen ke pertiwi
Mantra :
-- Om pertiwi sariram dewi
Catur dewi maha dewi
Catur asrami bhatari
Siwam bhumi maha sidhi
Om purwani basundari
Siwampati empu priyoni
Uma durga gangga gori
Brahma bhatari wisnawi
Om anugraha sarwa amertha
sarwa lara winasanam


d. Sembah memakai kewangen untuk memohon waranugraha
Mantra :
--Om Anugraha manoharam
Dewa datha nugrahakam
Hyarcanam sarwa pujanam
Namah sarwa nugrahakam
--Om Dewa dewi maha sidhi
Yajnanga nirmalatmaka
Laksmi sidhisca dirgayuh
Nirwighna suka wreditah
--Om Ghring anugraha arcanaya namo namah swaha
Om Ghring anugraha manuharaya namo namah swaha
--Om ayu vreddhi yaca vreddhi
Vreddhi prajna sukha criyam
Dharma santana vreddhin syat
Santute sapta vreddhayah

e. Sembah tangan kosong
Mantra : 
Om Dewa suksma Paramecintya ya namah swaha
Om Santhi Santhi Santhi Om

3. Memohon tirta Wangsuhpada
-- Om Namaste bagawan gangga, namaste sita lambwapi,
salilam wimalam toyam, swambu tirtha bojanam
---Om subeksa asta asteya, dosa kilbi sana sane
pawitram semaha tirtha, gangga tirtha maha nadhi
---Om bajra reni maha tirtha, papa soka wina sanam
Nadi puspa laya nityam, nadi tirtha ya praya
---Om tirtha nadi kumbasca, warna dewa mahatmanam
Muninam manggala sumcaya, wiyapica dewa akasah
---Om sarwa wigena winasantu , sarwa klesa winasantu
sarwa papa winasaya, sarwa roga winasanam

4. Puja pengramped wasuh pada , menjurus segala yadnya.
Astra Mantra
Om Ung hrah phat astra ya namah
Om Atma tatwatma sudhamam swaha
Om Om ksama sampurna ya namah
Om Sri pasupati ung phat
Om Sriambawantu ya namah
Om Sukhambawantu ya namah
Om Purnam bhawantu ya namah swaha
Om Siwa sampurna ya namah
Om sadha siwa paripurna ya namah
Om parama siwa ksama sampurna yanamah
Om gangga amerta yanamah
Om candra amerta ya namah
Om siwa sudamam swaha
Om hati sudhamam swaha
Om rang ring sah perama siwa
gangga amerta yanamah swaha. 

N. Metirtha
Dilanjutkan dengan matirtha dan mabija
a. Matirtha ( dipercikan tiga kali di kepala)
Mantra : Om Budha pawitra ya namah
Om Dharma maha tirtha ya namah
Om Sanggya maha toya ya namah

b. Diminum tiga kali
Mantra : Om Brahma pawaka ya namah
Om Wisnu amertha ya namah
Om Iswara jnana ya namah

c. Diraup tiga kali di kepala
Mantra : Om Sampurna ya namah
Om Sadhasiwa paripurna ya namah
Om Paramasiwa sukma ya namah

d. Memakai kembang ditelinga
Mantra : Om Sri asmara ya namah

e. Mabija
Mantra : Om Wija -wija kara ya namah

O. 1. Penutup
--Om Hinaksaram hina padam
Hina mantram tathaiwaca
Hina bhaktim hina wrdhim
Sada ciwa namo stute
--Om mantra hinam kriya hinam
Bhakti hinam Maheswara
Yat pujitam Mahadewa
Pari purnam tad astume

2. Kalau rangkaian upacara itu sudah selesai dilanjutkan dengan Puja Pralina
Mantra : Om A Ta Sa Ba I
Om Na Ma Si Wa Ya
Om Ang Ksama sampurna ya namah swaha

Rangkaian upacara oleh Manggala ditutup dengan parama santhi
Mantra : Om santhi santhi santhi Om

Selasa, 25 Oktober 2022

AD/ART SANGGAR KESENIAN "SANGGAR TARI DAN TABUH SWARA KOMALA RANGDILANGIT"

SANGGAR KESENIAN "SANGGAR SWARA KOMALA RANGDILANGIT"

AD/ART ORGANISASI

ANGGARAN DASAR

BAB I
NAMA, WAKTU, TEMPAT KEDUDUKAN DAN
WILAYAH ORGANISASI

Pasal 1
Nama, Waktu, Tempat Kedudukan

SANGGAR KESENIAN "SANGGAR SWARA KOMALA RANGDILANGIT" berdiri di Sekretariat Prama Daksa Manuaba, Giya Agung Bangkasa, Banjar Pengembungan, Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal sejak tahun 2022 yang bernama SANGGAR KESENIAN "SANGGAR SWARA KOMALA RANGDILANGIT", kemudian mengalami Perkembangan dan bergerak untuk melestarikan dan mengembangkan seni tari tradisional, theater dan musik khususnya kesenian tradisional  Bali, maka pada hari Rabu tanggal 5 Oktober 2022 membentuk kembali Kepengurusan sanggar dengan tetap memakai nama SANGGAR KESENIAN "SANGGAR SWARA KOMALA RANGDILANGIT".

Pasal 2
Wilayah Organisasi

“SANGGAR KESENIAN "SANGGAR TARI SWARA KOMALA RANGDILANGIT" Berada di wilayah Bongkasa, tepatnya Jalan Tangsub No. 4 Banjar Pengembungan, Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal-Badung.

BAB II
ASAS, CIRI, WATAK DAN TUJUAN

Pasal 3
Asas

SANGGAR KESENIAN "SANGGAR SWARA KOMALA RANGDILANGIT" berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Pasal 4
Ciri

SANGGAR KESENIAN "SANGGAR SWARA KOMALA RANGDILANGIT" adalah organisasi yang bergerak dibidang seni dan budaya tradisional Bali, yaitu seni tari, theater, dan musik.

Pasal 5
Sifat

Sifat SANGGAR KESENIAN "SANGGAR SWARA KOMALA RANGDILANGIT" adalah :
Kekeluargaan, pendidikan, sosial dan kebudayaan.
Independen.

Pasal 6
Tujuan

Tujuan SANGGAR KESENIAN "SANGGAR SWARA KOMALA RANGDILANGIT" adalah :
a. Mendidik para generasi muda tentang pentingnya seni dan budaya Bali, khususnya seni dan budaya tradisional.
b. Melatih dan membimbing para generasi muda untuk mengangkat, memelihara atau melestarikan seni dan budaya Bali.
c. Berpartisipasi secara aktif membantu Pemerintah Daerah dalam melestarikan dan mengembangkan kesenian dan kebudayaan daerah.

BAB III
FUNGSI

Pasal 7
Fungsi organisasi SANGGAR KESENIAN "SANGGAR SWARA KOMALA RANGDILANGIT" :
1. Membantu mengembangkan potensi putra-putri daerah Badung.
2. Membantu menyalurkan minat dan bakat putra-putri khususnya di bidang seni dan budaya.
3. Menanamkan nilai-nilai luhur dari seni dan budaya.


 BAB IV
KEDAULATAN DAN KEANGGOTAAN

Pasal 8
Kedaulatan

Kedaulatan SANGGAR KESENIAN "SANGGAR SWARA KOMALA RANGDILANGIT" berada di tangan anggota dan dilaksanakan sepenuhnya oleh pengurus organisasi melalui musyawarah dan mufakat bersama.

Pasal 9
Syarat-syarat Keanggotaan
Syarat-syarat keanggotaan SANGGAR KESENIAN "SANGGAR SWARA KOMALA RANGDILANGIT" :
1. Seluruh masyarakat khususnya putra-putri dari Kecamatan Abiansemal yang
mempunyai minat dan bakat terhadap seni dan budaya.
2. Mematuhi peraturan yang berlaku di dalam sanggar serta peraturan Pemerintah Republik Indonesia.
3. Menyetujui dan menerima serta mengamalkan asas, ciri, sifat dan tujuan dari SANGGAR KESENIAN "SANGGAR SWARA KOMALA RANGDILANGIT".
4. Berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan sanggar.

 BAB V
RAPAT DAN MUSYAWARAH ANGGOTA

Pasal 10
Kekuasaan Tinggi

Rapat dan musyawarah anggota adalah lembaga pemegang kekuasaan tertinggi di dalam organisasi SANGGAR KESENIAN "SANGGAR SWARA KOMALA RANGDILANGIT".

Pasal 11
Pelaksanaan

Rapat dan musyawarah anggota dilaksanakan sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun.

Pasal 12
Sah

Rapat dan musyawarah anggota dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota resmi.

Pasal 13
Wewenang

Rapat dan musyawarah anggota mempunyai wewenang, yaitu :
1. Mengubah, menyempurnakan, mengesahkan dan menetapkan AD / ART SANGGAR KESENIAN "SANGGAR TARI DAN TABUH SWARA KOMALA RANGDILANGIT".
2. Mengubah, mengesahkan dan menetapkan susunan kepengurusan SANGGAR KESENIAN "SANGGAR SWARA KOMALA RANGDILANGIT".
3. Menilai jalannya kepemimpinan pengurus untuk setiap pergantian masa kerja, serta meminta pertanggungjawaban dari pengurus.
4. Membuat serta menetapkan keputusan organisasi untuk dilaksanakan bersama dengan penuh rasa tanggung jawab.

BAB VI
MASA BHAKTI

Pasal 14
Lama Masa Bhakti
Masa bhakti kepengurusan organisasi adalah selama 3 (tiga) Tahun sejak pelantikannya.

Pasal 15
Pergantian

Pemilihan penggantian pengurus dilaksanakan satu bulan sebelum berakhir masa bhakti.

BAB VII
KEUANGAN

Pasal 16
Sumber Dana
1. Donatur
2. Pendapatan lainnya yang dianggap sah.
3. Sumbangan-sumbangan yang tidak mengikat.

BAB VIII
LAMBANG
Lambang SANGGAR KESENIAN "SANGGAR SWARA KOMALA RANGDILANGIT" diatur dalam lembaran tersendiri yang tidak menyalahi aturan dasar dan aturan rumah tangga SANGGAR KESENIAN "SANGGAR SWARA KOMALA RANGDILANGIT".

BAB IX
MOTTO DAN SEMBOYAN

Seni Bukan akhir dari sebuah perjalanan akan tetapi dengan seni kita dapat mencari sesuatu yang hilang

BAB IX
PENUTUP

Hal-hal lain yang belum diatur dalam Anggaran Dasar akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan anggaran lainnya, serta tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar. Dan jika ada kesalahan akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya dengan diadakan rapat dan musyawarah anggota.
 
ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB I
WILAYAH / TEMPAT ORGANISASI

Pasal 1
Wilayah dan Tempat

SANGGAR KESENIAN "SANGGAR SWARA KOMALA RANGDILANGIT" Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, bertempat di Banjar Pengembungan Desa Bongkasa. Lebih tepatnya di Sekretariat Prama Daksa Manuaba, Griya Agung Bangkasa. (Jalan Tangsub No. 4) 


BAB II
HAK DAN KEWAJIBAN PENGURUS

Pasal 2
Hak Pengurus

1. Mendapat perlakuan yang sama dari organisasi sanggar.
2. Menyampaikan dan menerima pendapat / aspirasi dan keinginan baik lisan maupun tulisan untuk kemajuan sanggar.
3. Menggunakan hak suara dalam rapat biasa atau rapat luar biasa.
4. Mengadakan rapat dan musyawarah sesuai dengan Bab V Pasal 11 Anggaran Dasar

Pasal 3
Kewajiban Pengurus

1. Menerima dan memberhentikan keanggotaan
2. Menyusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
3. Menyusun dan merubah jadwal kegiatan.
4. Menjaga nama baik diri, keluarga, organisasi, agama dan bangsa.
5. Melaksanakan tujuan, fungsi dan kebijaksanaan organisasi.
6. Mentaati peraturan organisasi serta menjunjung tinggi disiplin yang ditetapkan.
7. Menjalankan tugas-tugas yang diberikan dan atau yang digariskan oleh keputusan sanggar.
8. Menghadiri rapat sesuai aturan yang berlaku.


BAB III
KEANGGOTAAN

Pasal 4
Jenis Keanggotaan

Keanggotaan SANGGAR KESENIAN "SANGGAR SWARA KOMALA RANGDILANGIT" terdiri atas :
a. Anggota kehormatan;
b. Anggota biasa.

Pasal 5
Kriteria dan Tata Cara Keanggotaan

Kriteria dan tata cara untuk menjadi Anggota SANGGAR KESENIAN "SANGGAR SWARA KOMALA RANGDILANGIT" seperti yang tersebut pada Bab IV Pasal 9 Anggaran Dasar.
  
BAB IV
PERSYARATAN KEANGGOTAAN

Pasal 6
Persyaratan Keanggotaan

1. Syarat untuk menjadi anggota sanggar telah diatur sesuai dengan Anggaran Dasar SANGGAR KESENIAN "SANGGAR SWARA KOMALA RANGDILANGIT" sesuai pada BAB IV pasal 9.
2. Persyaratan sebagaimana dimaksudkan dalam Point I ini dinyatakan secara tertulis dan disampaikan oleh orang yang bersangkutan sendiri kepada Pengurus SANGGAR KESENIAN "SANGGAR SWARA KOMALA RANGDILANGIT" dengan mengisi formulir keanggotaan.


BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN KEANGGOTAAN

Pasal 7
Hak Anggota

1. Mendapat perlakuan yang sama dari organisasi sanggar.
2. Menghadiri rapat sesuai aturan yang berlaku.
3. Menyampaikan pendapat / aspirasi dan keinginan baik lisan maupun tulisan untuk kemajuan sanggar.
4. Menggunakan hak suara dalam rapat biasa atau rapat luar biasa.
5. Untuk dapat dipilih dan ditetapkan sebagai Pengurus Organisasi SANGGAR KESENIAN "SANGGAR SWARA KOMALA RANGDILANGIT" dengan syarat telah memiliki kemampuan dalam berorganisasi.

Pasal 8
Kewajiban Anggota

1. Menjaga nama baik diri, keluarga, organisasi, agama dan bangsa.
2. Melaksanakan tujuan, fungsi dan kebijaksanaan organisasi.
3. Mentaati peraturan organisasi serta menjunjung tinggi disiplin yang ditetapkan.
4. Menjalankan tugas-tugas yang diberikan dan atau yang digariskan oleh keputusan sanggar.

BAB VI
PEMBERHENTIAN KEANGGOTAAN DAN SANKSI

Pasal 9
Pemberhentian Keanggotaan

1. Pengunduran diri.
2. Melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta peraturan tata-tertib organisasi.
3. Secara hormat maupun tidak hormat sesuai dengan AD / ART.
4. Meninggal dunia.
Pasal 10
Peraturan dan Tata Tertib
1. Anggota wajib hadir di setiap kegiatan ataupun latihan
2. Anggota yang tidak hadir 3 (tiga) kali berturut-turut tanpa alasan yang jelas, maka Dewan Pengurus akan memberikan surat peringatan
3. Setiap anggota di wajibkan serius dan berdisiplin dalam setiap latihan
4. Setiap anggota diwajibkan mempunyai kartu anggota tanpa alasan yang jelas
5. Anggota baru harus mengisi formulir yang telah disediakan serta disetujui dan di tanda tangani oleh Orang Tua / Wali
6. Jadwal latihan wajib jam 18.00 s/d 20.00 Witta, setiap hari Jum’at dan sabtu.
7. Setiap anggota diwajibkan hadir latihan paling lambat 17.30 witta
8. Bagi setiap anggota yang telah ditetapkan pekerjaannya, tidak boleh mencampuri pekerjaan yang lain.
10. Struktur pengurus baru dibentuk setiap setahun sekali, melalui rapat umum anggota. Sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggran Rumah Tangga
11. Jika salah seorang pengurus tidak mampu bertanggung jawab atas jabatannya atau tidak berada di tempat dalam jangka waktu yang panjang sedangkan masa jabatannya belum berakhir, maka akan di ganti sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan sesuai dengan kesepakatan bersama melalui rapat anggota
12. Anggota yang mempunyai keluhan terhadap sanggar, segera melaporkan diri kepada pengurus SANGGAR KESENIAN "SANGGAR SWARA KOMALA RANGDILANGIT". Bukan kepada yang lain
13. Seluruh anggota ataupun pengurus SANGGAR KESENIAN "SANGGAR SWARA KOMALA RANGDILANGIT" wajib mentaati semua peraturan yang telah dibuat
15. Jika ada anggota yang melanggar peraturan yang telah dibuat, maka, anggota tersebut akan sanksi sesuai dengan Pasal 11 Anggaran Dasar.
16. Saling menjalani kerjasama antara pengurus dan anggota sanggar, demi kelancaran dan terciptanya keharmonisan dalam menjalankan misi SANGGAR KESENIAN "SANGGAR SWARA KOMALA RANGDILANGIT".

Pasal 11
Sanksi

1. Peringatan secara lisan dan tulisan.
2. Pembebasan tugas.
3. Pemberhentian sementara.
4. Pemecatan.

BAB VII
KEUANGAN

Pasal 12
Keuangan

Keuangan SANGGAR KESENIAN "SANGGAR SWARA KOMALA RANGDILANGIT" Telah diatur sesuai dengan BAB VII Pasal 16 Anggaran Dasar.

BAB VIII
PENUTUP

Hal-hal lain yang belum diatur dalam Anggaran Rumah SANGGAR KESENIAN "SANGGAR SWARA KOMALA RANGDILANGIT" akan diatur dalam peraturan dan pedoman organisasi yang ditetapkan kemudian.


Jumat, 21 Oktober 2022

Sanggar Kesenian

Sanggar Tari Dan Tabuh Swara Komala Rangdilangit

Visi dan misi

Visi :
Sanggar Tari Dan Tabuh Swara Komala Rangdilangit, sebagai suatu wadah / tempat berlatih, membina mental dan mengembangkan keterampilan anak-anak sesuai dengan bakat dan minatnya dalam bidang seni tari dan tabuh.
Menyiapkan tenaga yang terampil dan siap pakai bila diperlukan dalam bidang seni tari dan tabuh yang mempunyai kepribadian.


Misi :
Mengarahkan anggota Sanggar Tari Dan Tabuh Swara Komala Rangdilangit kepada hal-hal yang positif agar nanti dapat menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, jernih dan berbudi pekerti luhur, berdaya guna dan mampu membangun dirinya sendiri serta bangsa dan Negara untuk mencapai kesejahteraan lahir bathin.
Membantu pelaksanaan program pemerintah dalam upaya melestarikan seni dan budaya bangsa.
Menggali, mengembangkan dan mempertahankan seni budaya bangsa baik berupa seni tradisional maupun seni nasional.

Struktur Organisasi

Ketua : I Putu Gede Kanha Manu Aditya

Sekretaris : I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S., M.Pd

Bendahara : Ni Putu Erny Mahayuni Adhi

Pelatih :

Tari : 


Tabuh : 


Berbagai Kegiatan :

Pembinaan Tari dan Tabuh
 

Pembinaan tari dan tabuh di Sanggar Tari Dan Tabuh Swara Komala Rangdilangit yang dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 5 Oktober 2022 bertempat di Sanggar Tari Dan Tabuh Swara Komala Rangdilangit Griya Agung Bangkasa. Pembinaan dilakukan langsung oleh ketua sanggar. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka persiapan piodalan yang akan dilaksanakan di Pura Kahyangan Dharma Smerti (Buda Pahing Wuku Kuningan) sebagai wujud bhakti terhadap Sang Pelopor "Ida Bhatara Hyang Sinuhun".

SEJARAH
Tanggal Berdiri : Buda Cemeng Kelawu, tanggal 5 Oktober 2022

Sanggar Tari Dan Tabuh Swara Komala Rangdilangit  yang terletak di Br. Pengembangan, Ds. Bongkasa, Kec. Abiansemal, Kab. Badung ini mulai berdiri pada tanggal 5 Oktober 2022 oleh I Putu Gede Kanha Manu Aditya. Dengan nama "Swara Komala Rangdilangit".

Svara atau swara ( Devanagari : , umumnya diucapkan sebagai swar ) adalah kata Sansekerta yang berkonotasi secara bersamaan nafas, vokal, suara not musik yang sesuai dengan namanya, dan langkah-langkah berurutan dari oktaf atau saptaka (nada musik) Svara diidentifikasi sebagai nada dan nada musik, tetapi nada adalah pengganti yang tepat untuk sur, terkait dengan nada.


Dari Filosopis ini Sanggar Tari Dan Tabuh Swara Komala Rangdilangit menumpas musuh dalam hal ini musuh dalam diri anak-anak yaitu hal negatif seperti kenakalan remaja dan lainnya dengan memfungsikan Sanggar sebagai tempat mendidik dan mengisi waktu luang anak-anak dan menampung bakat anak-anak khususnya di bidang Seni Budaya, dan Sanggar Tari Dan Tabuh Swara Komala Rangdilangit  juga sebagai tempat mengapresiasikan dan melestarikan Seni Budaya bersama anak-anak dan masyarakat.

Pada Tahun 2022 Sanggar Tari Dan Tabuh Swara Komala Rangdilangit  mulai membuka latihan menabuh untuk anak-anak. Sanggar Tari Dan Tabuh Swara Komala Rangdilangit  bukan saja bergerak dalam melatih menari dan menabuh saja tetapi juga mendidik moral anak-anak sesuai dengan filsafat Tari dan Tabuh agar anak-anak bersifat sabar, cardas, terbuka sehingga terbentuk SDM yang intelektual yang berspiritual dan berbudaya.

• Alamat : Jl. Tangsub No. 4, Br. Pengembangan, Ds. Bongkasa, Kec. Abiansemal, Kab. Badung

• No Telp. : 081936287278

 DETAIL LAINNYA
• Pemilik : Ida Sinuhun Siwa Putri Prama Daksa Manuaba

• Pembina : I Putu Suryana Putra

• Lokasi Latihan : Gedung Sekretariat Prama Daksa Manuaba, Jl. Tangsub No. 4, Br. Pengembangan, Ds. Bongkasa, Kec. Abiansemal, Kab. Badung

• Fasilitas Tersedia :

Kostum Tari Bali

Gambelan Gong Semar Pegunungan
Gender Wayang
Geguntangan

Wayang

• Jadwal Latihan :

Tari :

Sabtu mulai pukul 15.00 wita – 17.00 wita (jam 3 sore sampai jam 5 sore)
Minggu mulai pukul 10.00 wita – 12.00 wita (jam 10 pagi sampai jam 12 siang)
Tabuh

Selasa dan rabu mulai pukul 16.00 wita – 20.00 wita (jam 4 sore sampai jam 8 malam)

Latihan menabuh dibagi menjadi 3 kelompok (pemula, menengah, senior)
• Kepemilikan : Yayasan Widya Daksha Dharma