Singgih Sang Sujana Sudharma maka buddhi mudhita masih ing jagat kabeh/
Prajnanggita kawiswara sira susastra makadi sira pandittotama/
Sang sampun kreta tattwa mangkana wenang mijilakna kakawin ning sabha/
Sang saksat Paramesti gurwa manganugraha ri mami maran tulus ngawi//
Beliau yang bijaksana, teguh dalam Dharma, mengasihi semua orang/
Beliau yang ahli dalam ilmu sastra agama, seorang sastrawan dan juga sebagai pandita yang utama/
Beliau yang telah menguasai hakekat kebenaran yang telah melahirkan karya karya sastra utama untuk masyarakat/
Beliau yang bagaikan Hyang Pramesti Guru yang telah mengijinkan untuk membuat karya sastra//
Jroning Wwe parimana nala gaganging tunjung dawut kaweruhi/
Yan ring jatikula pracara winaya mwang sila karmenggita/
Yan ring Pandita ring ksama mudita santosapeksa ris mardawa/
Sang sastra jnana wuwusniramreta padanyangde satusteng praja//
Untuk mengetahui dalamnya air, dapat dilakukan dengan mencabut batang teratai/
Kebangsawanan seseorang nampak pada tingkah laku dan tabiatnya/
Tanda seorang Wiku/ Pandita adalah kesabarannya, keiklasan, kedamaian, serta ketenangannya/
Sedangkan seorang yang telah mumpuni dalam pemahaman Sastrasuci agama kata-katanya bagaikan Amerta ( air suci kehidupan) yang senantiasa menyenangkan masyarakat//
Kakawin Nitisastra 1.6
Perjalanan hidup seorang Pandita memang penuh nilai-nilai spiritual. Untuk mengungkapkannya diperlukan pengetahuan yang luas serta mendalam tentang dunia kependetaan. Seorang Pandita adalah seorang Sadhaka artinya dia yang melaksanakan Sadhana. Sadhana adalah ajaran yoga dan ajaran-ajaran ini dituangkan dalam Pustaka/ kitab Sasana, kode etik yakni kitab-kitab yang memuat aturan- aturan ketat sebagai seorang Pandita berdasarkan sumber sastra-sastra suci yang jelas seperti : Siwa Sasana, Wretti Sasana, Brati Sasana, Silakrama dan lain-lain. Jadi seorang Pandita sejatinya adalah seorang Yogi yaitu: orang yang senantiasa memusatkan pikirannya, tingkah lakunya, serta ucapannya kepada Sang Pencipta. Itulah sebabnya didalam Pustaka Agastya Parwa disebutkan; seseorang dapat disebut sebagai wiku/ pandita apabila memiliki pikiran yang Nirdwandwah artinya pikirannya tidak bercabang, pikirannya tidak terikat oleh obyek, indria, pikirannya bebas dari keakuan, ego, Niraga, artinya bebas dari rasa khawatir, bebas dari kesusahan, hatinya selalu sejuk dan jernih suci karena yoga beliau ( nirmala dening yoganira).
Dengan memahami hakikat kependetaan tersebut, barulah kita mengetahui mengapa seorang Pandita disebut sebagai Patirtaning Jagad, karena beliau memiliki pikiran yang suci nirmala dan mengapa beliau disebut Lingganing Jagad, karena beliau memiliki pikiran yang teguh dalam yoga. Didalam Pustaka Dharma Sunya disebutkan bahwa seorang wiku utama adalah seorang yang menguasai Tattwa Jnana, Paramasastra, sehingga Sanghyang Aji Saraswati dinyatakan senantiasa berstana didalam dirinya yang suci. Itulah sebabnya beliau disebut : Kawiswara. Dan seorang wiku yang teguh dalam tapa, brata, yoga dan samadhi disebut sebagai ; Yogi swara. Kawiswara-Yogiswara, darimana ajaran-ajaran suci Dharma, kebenaran, kedamaian serta keharmonisan mengalir segar tanpa henti.
Seperti tersurat dalam Geguritan Sucita-Subudi pupuh sinom :
" Reh Ida nulung Dharma
Tan magawe anak sedih
Tan ngardi jejeh mwang runtag
Tan mari nyukanin hati
Ngawe girang ngawe becik
Tur ngawe wesana ayu
Ngardi anak trepti suka
Uli hidup kayang mati
Twara suud
Kayune mangulah Dharma"
Karena ia yang berbuat untuk kebaikan Dharma
Tidak membuat orang jadi sedih
Tidak membuat orang ketakutan dan khawatir
Ia hanya akan berbuat yang membuat orang senang
Membuat orang menjadi gembira
Dan membuat orang jadi baik
Serta senantiasa tentram dan bahagia
Sepanjang hayatnya
Tiada henti hentinya berkeinginan berbuat baik
#tubaba@griyangbang//wujudbhakti//idahyangsinuhun#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar