MAKALAH HARI RAYA KUNINGAN BERDASARKAN PENDEKATAN 5W1H DALAM AJARAN HINDU
Disusun Oleh:
I Putu Gede Kanha Manu Aditya
NIM: 03/2411011011
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS DHARMA ACARYA
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS SUGRIWA DENPASAR
2025
#############$$$$############
Pendahuluan
Hari Raya Kuningan merupakan salah satu hari suci penting dalam ajaran Hindu Dharma, khususnya bagi umat Hindu di Bali. Perayaan ini jatuh pada hari Saniscara Kliwon Wuku Kuningan, sepuluh hari setelah Hari Raya Galungan. Hari Raya Kuningan tidak hanya menjadi momen spiritual untuk menghormati leluhur, tetapi juga sebagai penguatan nilai-nilai dharma, sraddha, dan bhakti. Makalah ini akan membahas Hari Raya Kuningan dengan pendekatan 5W1H (What, Who, When, Where, Why, How) yang diperkaya dengan kutipan sloka Veda dan sastra Hindu lainnya.
---
1. What (Apa)
Apa makna spiritual Hari Raya Kuningan bagi umat Hindu menurut ajaran agama?
Hari Raya Kuningan merupakan simbol kepulangan roh leluhur ke alam niskala setelah selama sepuluh hari mereka diberikan kesempatan "turun" ke dunia untuk diberi penghormatan oleh keturunannya. Umat Hindu memaknai Hari Raya Kuningan sebagai penguatan dharma dan bhakti, serta momen untuk memohon kerahayuan lahir dan batin dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Sloka Sansekerta (Taittiriya Upanishad 1.11.1):
सत्यं वद। धर्मं चर।
Transliterasi: Satyaṁ vada. Dharmaṁ cara.
Makna: Katakanlah yang benar. Jalankanlah dharma.
Makna ini menegaskan bahwa Hari Raya Kuningan merupakan momentum untuk menguatkan kebenaran dan menjalani dharma secara konsisten.
---
2. Who (Siapa)
Siapa saja yang diwajibkan mengikuti persembahyangan saat Hari Raya Kuningan?
Seluruh umat Hindu tanpa terkecuali memiliki kewajiban dharma untuk melakukan persembahyangan, mulai dari anak-anak hingga orang tua. Pelaksanaan ritual tidak bersifat eksklusif melainkan universal dan inklusif dalam ajaran Hindu.
Sloka Sansekerta (Rigveda 10.191.4):
संगच्छध्वं सं वदध्वं सं वो मनांसि जानताम्।
Transliterasi: Saṁgacchadhvaṁ saṁ vadadhvaṁ saṁ vo manāṁsi jānatām.
Makna: Marilah kita berjalan bersama, berbicara bersama, dan berpikir dalam kesatuan.
Sloka ini mengajarkan bahwa setiap umat memiliki peran dalam menjaga kesucian hari raya secara kolektif.
---
3. When (Kapan)
Kapan waktu yang dianggap paling baik untuk melaksanakan persembahyangan di Hari Raya Kuningan?
Hari Raya Kuningan dirayakan pada Saniscara Kliwon Wuku Kuningan, dengan waktu paling utama adalah sebelum tengah hari, karena diyakini para leluhur akan kembali ke alam niskala setelah itu.
Sloka Sansekerta (Bhagavad Gita 2.13):
कालः क्रीडति गच्छत्ययुः।
Transliterasi: Kālaḥ krīḍati gacchatyayuḥ.
Makna: Waktu terus berlalu, usia pun berkurang.
Makna ini memperingatkan pentingnya menghargai waktu yang suci dalam pelaksanaan yadnya.
---
4. Where (Di mana)
Di mana saja tempat suci yang menjadi pusat kegiatan keagamaan pada Hari Raya Kuningan?
Persembahyangan dilakukan di berbagai tempat suci, seperti:
Sanggah/merajan (tempat suci keluarga)
Pura kahyangan tiga (desa)
Pura kahyangan jagat (wilayah umum)
Pura kawitan (pura leluhur)
Sloka Sansekerta (Mundaka Upanishad 2.2.10):
न तत्र सूर्यो भाति न चन्द्रतारकं...
Transliterasi: Na tatra sūryo bhāti na candratārakaṁ...
Makna: Di sana, matahari tidak bersinar, tidak juga bulan dan bintang. Hanya cahaya Brahman yang menerangi segalanya.
Makna ini menggambarkan kesucian tempat-tempat yadnya sebagai pusat penyinaran rohani.
---
5. Why (Mengapa)
Mengapa penting bagi umat Hindu untuk datang ke pura atau tempat suci pada Hari Raya Kuningan?
Kehadiran secara langsung di pura menandakan kesadaran penuh dalam bhakti dan penghormatan terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan leluhur. Ini juga merupakan cara untuk menjaga hubungan rohani antara yang sekala dan niskala.
Sloka Sansekerta (Bhagavad Gita 9.22):
अनन्याश्चिन्तयन्तो मां ये जनाः पर्युपासते। तेषां नित्याभियुक्तानां योगक्षेमं वहाम्यहम्॥
Transliterasi: Ananyāś cintayanto māṁ ye janāḥ paryupāsate, teṣāṁ nityābhiyuktānāṁ yogakṣemaṁ vahāmy aham.
Makna: Mereka yang tekun berbhakti dan memusatkan pikiran kepada-Ku, akan Aku pelihara kesejahteraan dan keselamatannya.
Sloka ini menjadi dasar spiritual bahwa kehadiran fisik di tempat suci berbuah pemeliharaan spiritual oleh Tuhan.
---
6. How (Bagaimana)
Bagaimana tata cara atau ritual keagamaan yang dilakukan saat Hari Raya Kuningan di pura?
Tata cara persembahyangan di Hari Raya Kuningan meliputi:
1. Menyiapkan banten Kuningan seperti tamiang (simbol perlindungan), endongan (bekal perjalanan), dan canang
2. Melakukan pujawali atau persembahyangan di sanggah dan pura
3. Melantunkan doa atau mantram suci
4. Mengikuti dharma wacana (ceramah keagamaan)
5. Berbusana adat suci dan menjaga kesucian tempat dan diri
Sloka Sansekerta (Bhagavad Gita 3.19):
नियतं कुरु कर्म त्वं कर्म ज्यायो ह्यकर्मणः।
Transliterasi: Niyataṁ kuru karma tvaṁ karma jyāyo hy akarmaṇaḥ.
Makna: Laksanakan tugasmu (karma) secara tetap, sebab karma lebih utama daripada tidak bertindak.
Sloka ini menekankan bahwa ritual merupakan bagian dari dharma yang harus dijalankan dengan disiplin.
---
Penutup
Hari Raya Kuningan bukan sekadar tradisi, tetapi merupakan penyucian rohani dan penguatan hubungan antara manusia, leluhur, dan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Pendekatan 5W1H yang disertai kutipan sloka Hindu ini diharapkan dapat memperdalam pemahaman spiritual dan nilai-nilai kebaikan yang terkandung dalam perayaan Kuningan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar