Sabtu, 15 Juli 2023

Wariga

Wariga: Pengetahuan Perhitungan Waktu Tradisional Bali

Wariga Bali adalah pengetahuan yang mengajarkan sistem kalender/tarikh tradisional Bali, terutama dalam menentukan hari baik dan buruk dalam rangka memulai suatu pekerjaan. Wariga Bali berfungsi sebagai petunjuk jalan bagi manusia untuk mencapai yang terbaik.


Salah satu koleksi Lontar Wariga milik Dinas Kebudayaan Provinsi Bali
Pengetahuan Wariga Bali terdiri atas lima kerangka, yaitu wuku, wewaran, pananggal-pangelong, sasih, dan dauh. Wuku terdiri atas 30 wuku (Sinta, Landep, Ukir, Kulantir, Tolu, Gumbreg, Wariga, Warigadean, Julungwangi, Sungsang, Dungulan, Kuningan, Langkir, Medangsia, Pujut, Pahang, Krulut, Mrakih, Tambir, Madangkungan, Matal, Uye, Manail, Perangbakat, Bala, Ugu, Wayang, Klawu, Dukut, Watugunung) dan setiap wuku terdiri atas 7 hari. Wewaran terdiri atas 10 wara (ekawara, dwiwara, triwara, caturwara, pancawara, sadwara, saptawara, astawara, sangawara, dasawara). Pananggal-Pangelong adalah perhitungan waktu berdasarkan peredaran bulan mengelilingi bumi. Pananggal juga disebut paroh terang yang terjadi pada hari-hari setelah bulan mati (Tilem) selama 15 hari. Pangelong juga disebut paroh gelap yang terjadi pada hari-hari setelah bulan purnama selama 15 hari.

Sasih juga disebut masa atau bulan, terdiri atas 12 sasih (Kasa, Karo, Katiga, Kapat, Kalima, Kanem, Kapitu, Kawulu, Kasanga, Kadasa, Jyesta, Sada). Jenis sasih meliputi sasih wuku (mengikuti perputaran wuku 2 x 210 hari = 420 hari, dan tiap bulan berumur 35 hari); sasih candra (mengikuti peredaran bulan mengelilingi bumi dalam waktu 354/355 hari, dan tiap bulan berumur 29/30 hari; sasih surya (mengikuti peredaran bumi mengelilingi matahari dengan lama waktu 365/366 hari, serta tiap bulan berumur 30/31 hari dan sasih kawulu berumur 26/29 hari). Dauh merupakan pembagian waktu sejenis jam yang dihitung berdasarkan rotasi bumi pada sumbunya sehingga terjadi perubahan setiap saat. (WN)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar