Selasa, 27 Desember 2022

Mengucapkan Mantra

Cara Mengucapkan Mantra

Secara etimologi mantara berari “itu yang melindungi” (tra = melindungi) ketika diulang-ulang atau direnungkan (man= berpikir, merenungkan). Kata mantra memiliki dua arti: bagian puitis dari Veda dan, nama-nama dan suku kata yang dipergunakan untuk melakukan permohonan kepada Tuhan atau para Dewa. Yang pertama bersifat Ceda dan yang kedua Tantrik (Mantra Samhita, 2013 : 6).

Dikatakan juga bahwa mantra adalah satu kata atau ucapan yang mengandung makna atau kekutan spiritual. Di dalam buku John Grimes (1948 : 187) yang berjudul A Concise Dictionary of Indian Philosophy dijelaskan bahwa menurut filsafat Sakta, mantra menyelamatkan orang yang merenungkan makna dari mantra itu.

hati (bhatin), pengucapan mantra dengan cara ini sangat baik dipakai untuk mengucapkan mantra-mantra rahasia, Manasika mantra memiliki kekuatan yang paling besar untuk meningkatkan kualitas spiritual sadhaka. Biasanya dipakai pada sat bermeditasi.

Mantra dapat bersumber dari Veda (Sruti) maka disebut Vedik Mantra mantra yang bersumber dari Smrti seperti Purana, maka disebut Puranik Mantra, Dan Mantra yang bersumber dari kitab-kitab Tantra atau agama, termasuk dari Nibandha (lontar-lontar), maka disebut Tantrika Mantra.

Dari segi kualitas pengucapan mantra memiliki tiga fungsi, yaitu:

1). Produktif, adalah mantra yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas spiritual/kesucian sadhaka, untuk mendoakan kesejahteraan, kedamaian alam semesta.
2). Protektif, adalah mantra yang difungsikan untuk memberikan perlindungan baik kepada sadhaka maupun bagi orang lain.
3). Destruktif Positif, adalah mantra yang berfungsi untuk menghancurkan segala kekuatan jahat.
4). Destruktif Negartif, adalah mantra yang dipakai untuk mencelakakan orang lain.

Sebuah mantra akan memiliki kesiddhian atau dapat mengantarkan seoarang sadhaka kepada hakekat Mantra tersebut, jika memenuhi syarat-syarat:

1). Sraddha; seorang sadhaka memiliki keyakinan yang kuat terhadap manfaat mantra yang diucapkannya.
2). Sadhana, seoorang sadhaka memiliki disiplin yang tinggi terhadap mantra yang dipilih sebagai bentuk disiplin kerohanian.
3). Bhakti; setiap sadhaka memiliki rasa hormat terhadap mantra yang diucapkan artinya tidak melecehkan mantra tersebut. (Aja wera)
4). Chanda, seoarang sadhaka harus memahami dan menguasai lagu atau melodi mantra yang diucapkan termasuk pemenggalan mantra, karena jika mantra salah ucap atau salah penggal akan memiliki makna dan maksud yang berbeda.
5). Kriya, seoarang sadhaka harus mamahami dan menghayati arti atau makna mantra yang diucapkan. Mantra yang diucapkan tanpa mengetahui arti, makna dan maksudnya ibarat berjalan di dalam gua yang gelap dengan memejamkan mata.

Mengucapkan mantra berperan penting sebagai teknik pendalaman spiritual dan meditasi. Meskipun mantra sering diasosiasikan dengan agama dan spiritualisme modern, ada beberapa cara yang biasa digunakan untuk mempraktikkannya terlepas dari kepercayaan atau keyakinan yang Anda klaim sebagai milik Anda.


Metode 1 
Menyiapkan Tempat

1
Carilah tempat yang tenang. Pergilah ke suatu tempat di mana Anda bisa menyendiri. Anda harus memastikan agar orang-orang di sekeliling Anda mengerti bahwa mereka tidak boleh mengusik kesendirian Anda pada saat Anda berada di sana.
Lokasinya bisa di tempat yang sudah Anda kenal dan mudah dijangkau seperti kamar tidur Anda atau ruangan yang tenang di rumah Anda.
Di sisi lain, beberapa orang merasa akan lebih bermanfaat jika mereka mengucapkan mantra di tempat yang suasananya mendukung secara spiritual. Lokasinya bisa di suatu tempat yang tenang di taman atau di dalam gereja kecil (atau tempat yang sesuai untuk berdoa.)

2
Kurangi kemungkinan adanya gangguan. Jauhkan dulu apa saja yang dapat mengalihkan perhatian Anda dari mantra yang Anda ucapkan termasuk gangguan melalui penglihatan atau pendengaran.
Jika dapat membantu agar Anda lebih fokus, putarlah musik instrumentalia sebagai latar belakang atau rekaman suara-suara alam, tetapi jangan gunakan musik yang dapat mengalihkan perhatian Anda dari kata-kata dalam mantra yang Anda ucapkan.
Jam dinding mungkin bisa mengganggu Anda karena bunyi detiknya dapat menarik perhatian dan mengalihkan Anda dari mantra yang diucapkan.


3
Gunakan gambar-gambar dan benda-benda spiritual. Banyak orang yang merasa terbantu jika mereka mengucapkan mantra di depan gambar atau simbol keilahian yang mereka hormati. Gambar ini dapat menjaga fokus Anda dan mengangkat pengucapan mantra Anda kepada pemahaman spiritual yang lebih dalam.
Anda juga dapat menggunakan gambar ikonis atau gambar yang bagi Anda merupakan lambang keilahian.
Pilihan lainnya bisa berupa patung kecil, medali religius, dan benda-benda tiga dimensi yang fungsinya sama.
Namun, ingatlah bahwa ada beberapa keyakinan tertentu yang melarang pemakaian gambar-gambar visual dan ikon. Dalam kondisi ini, atau jika cara ini membuat Anda merasa tidak nyaman, abaikan saja langkah ini.


Metode 2 
Mempersiapkan Diri

1
Tentukan waktu yang tepat. Ucapkan mantra di pagi hari sebelum aktivitas sehari-hari mengalihkan perhatian Anda, atau sesaat sebelum tidur pada saat pikiran Anda siap untuk beristirahat.
Anda harus memilih waktu yang membuat Anda tidak perlu terlalu banyak berpikir. Bagi kebanyakan orang, subuh atau tengah malam adalah waktu yang terbaik bagi mereka, tetapi jika Anda merasa paling mudah memfokuskan pikiran Anda di siang hari, inilah waktu yang tepat untuk Anda.

2
Temukan rasa nyaman untuk diri sendiri. Duduklah di kursi yang nyaman atau berbaring di atas ranjang. Redakan ketidaknyamanan fisik yang Anda alami agar pikiran Anda tidak terarah kepada apa yang tubuh Anda rasakan.
Selain duduk dengan nyaman, Anda juga harus berusaha membuat seluruh tubuh Anda berada dalam kondisi yang sangat rileks. Kenakan pakaian yang lembut dan longgar, buang air kecil dulu, dan lakukan peregangan jika ada otot yang terasa nyeri atau kaku.

3
Aturlah posisi tangan Anda. Kedua lengan Anda boleh dibiarkan rileks saja di samping tubuh atau taruhlah telapak tangan Anda di atas paha, tetapi jika Anda memilih posisi tangan tertentu, postur ini dapat menjadi pengingat tentang tujuan Anda melakukan aktivitas ini.
Postur tangan yang paling sering dikaitkan dengan pengucapan mantra dan meditasi adalah mudra. Sentuhkan ujung jari telunjuk dengan ujung ibu jari Anda, dan biarkan jari-jari Anda yang lain melengkung dengan lembut dan natural. Lakukan postur ini untuk kedua tangan Anda.
Cara lainnya, luruskan jari-jari di kedua telapak tangan Anda lalu rapatkan kedua telapak tangan dan jari-jari Anda sehingga membentuk "posisi berdoa."

4
Fokuskan tatapan Anda atau pejamkan mata Anda. Tataplah lurus ke depan dan pertahankan tatapan Anda pada satu titik tertentu, tetapi jika cara ini membuat Anda mudah teralihkan, sebaiknya pejamkan mata Anda.
Jika Anda ingin menatap ke satu titik tertentu, pilihlah sesuatu yang simpel seperti benda di dinding yang tidak bergerak atau gagang pintu lemari pakaian. Jangan melihat objek yang terlalu detail atau yang bergerak, apalagi jika gerakan ini tidak menentu dan tidak dapat diperkirakan.
Jika Anda memilih ingin memejamkan mata, pastikan agar Anda tidak tertidur. Jika pikiran Anda mulai berkeliaran dan kesadaran Anda menghilang, buka lagi mata Anda.

5
Pilihlah kata-kata yang tepat. Anda banyak mantra yang dapat Anda ucapkan. Kata-kata yang tepat tergantung pada keyakinan dan spiritualitas Anda. Boleh saja Anda gunakan doa atau mantra yang umum, atau membuat mantra sendiri yang berarti bagi Anda.
Jika memiliki keyakinan tertentu, Anda dapat mengucapkan doa yang umum sesuai dengan keyakinan Anda sebagai mantra. Contohnya, seorang pemeluk agama Kristen dapat mengucapkan mantra dengan berdoa Bapa Kami.
Anda juga dapat menggunakan ayat-ayat dari alkitab sebagai mantra. Contohnya, seorang pemeluk agama Yahudi atau Kristen dapat mengucapkan ayat-ayat Mazmur sebagai mantra.
Rangkaian kata-kata yang mempunyai arti tertentu juga dapat digunakan sebagai mantra. Paramhansa Yogananda, seorang yogi yang berasal dari India, pernah menulis mantra ritmis yang masih sering digunakan. Mantranya berbunyi: "Aku adalah gelembung buih, jadikan aku laut. / Begitu juga Dikau, ya Allahku! Engkau dan aku, tidak pernah terpisahkan, / Gelombang laut menyatu dengan laut, / Aku adalah gelembung buih, jadikan aku laut."
Mantra lain yang banyak digunakan adalah "Om". Kata ini adalah bunyi yang selalu bergema di dalam diri setiap manusia dan bergetar di alam semesta.


Metode 3 

Mengucapkan Mantra

1
Ucapkan mantra dengan bersuara. Mulailah mengucapkan mantra dengan menyebutkan kata-katanya dengan jelas dan suara yang keras. Dengan berbicara dan mendengarkan kata-kata dari sebuah mantra, Anda mengaktifkan pikiran sadar Anda untuk memahami arti dari kata-kata ini.
Untuk tetap memandu pikiran sadar Anda, putarlah rekaman mantra selama beberapa menit dan mengikutinya. Ini adalah cara lain yang sifatnya opsional.
Ucapkan mantra dengan volume suara yang normal atau sedikit lebih keras pada saat Anda mulai. Semakin kuat suara Anda bergema di dalam diri Anda, semakin mudah Anda melepaskan semua pikiran dan perasaan yang tidak ada hubungannya dengan aktivitas ini.[2]

2
Kurangi volume suara Anda secara bertahap. Lembutkan suara Anda sampai seperti berbisik sebelum merapatkan bibir Anda dan terus ucapkan kata-kata ini hanya di dalam pikiran Anda.
Setelah pikiran sadar Anda terfokus pada mantra, kurangi volume suara Anda sampai menjadi bisikan. Cara ini akan membawa mantra Anda ke pikiran bawah sadar.
Selama berbisik, Anda harus tetap merasakan kata-kata dan ritme dari mantra ini bergetar di dalam pikiran Anda. Pada titik ini, tetaplah menjaga keheningan dari hal-hal di luar dan terus ucapkan mantra di dalam pikiran Anda. Bayangkan Anda meletakkan mantra di antara kedua alis Anda. Pada saat ini, Anda sudah menarik mantra ini ke dalam kesadaran yang lebih tinggi, membawanya naik ke pemahaman spiritual.

3
Ubahlah kecepatannya. Setelah volume suara Anda berkurang, kecepatan Anda mengucapkan kata-kata harus ditingkatkan secara bertahap. Setelah Anda mengucapkan mantra dengan cepat untuk sesaat, kembalikan lagi kecepatannya seperti semula secara bertahap.
Mengubah kecepatan pengucapan mantra dapat memulihkan dan memfokuskan kembali pikiran Anda jika mulai teralihkan. Anda harus tetap memperhatikan baik-baik setiap kata yang diucapkan pada saat mengubah kecepatan.

4
Tetaplah menghitung. Pada saat Anda mengucapkan doa atau mantra berulang-ulang, teruslah menghitung jumlahnya agar Anda tetap fokus. Cara menghitung yang paling mudah dan paling umum dilakukan adalah dengan menggunakan rangkaian manik-manik doa atau mantra.
Mala, atau Japa-Mala, adalah rangkaian manik-manik yang digunakan untuk menghitung mantra Sanskerta. Manik-manik ini juga dapat digunakan untuk menghitung doa Anda sebanyak 108 kali.
Rosario adalah rangkaian manik-manik doa juga yang digunakan oleh penganut agama Katolik Roma. Setiap bagian dari Rosario mempunyai cara berdoa yang sudah ditentukan, namun Anda harus mengetahui doa yang harus diucapkan untuk masing-masing bagian.

5
Ucapkan mantra sesuai ritme napas Anda. Cara ini bertujuan agar Anda bisa menyesuaikan mantra dengan irama napas Anda. Setiap kali Anda mulai mengucapkan mantra, lakukanlah sambil menarik napas.
Ada teori yang mengatakan bahwa pikiran dan rangsangan dari lingkungan di luar akan masuk ke dalam pikiran pada saat seseorang menarik napas. Dengan berfokus pada mantra setiap kali menarik napas, Anda akan mampu meredam pengaruh dari gangguan eksternal.

6
Sisipkan doa pribadi. Jika Anda mengucapkan mantra untuk tujuan spiritual atau berdoa, sebaiknya Anda mengingatkan diri sendiri tentang tujuan pengucapan mantra ini dengan doa pribadi agar mendapatkan bimbingan dan tetap fokus selama Anda mengucapkan mantra.
Doa pribadi yang Anda sisipkan haruslah berasal dari hati, bukannya doa yang sudah dihafalkan.
Anda dapat berdoa agar tetap fokus dan mendapatkan bimbingan dengan kata-kata seperti, "Ya Tuhan, aku mohon, bantulah aku agar dapat berkonsentrasi pada kata-kata dan arti yang ada di balik mantra yang aku ucapkan."
Anda juga dapat mengucapkan doa syukur seperti, "Ya Tuhan, terima kasih karena Engkau sudah berbicara kepadaku melalui pengucapan mantra."

Melanjutkan Praktik Mengucapkan Mantra

1
Pandanglah pengucapan mantra sebagai cara untuk pendalaman spiritual. Ini artinya Anda harus mempraktikkan pengucapan mantra secara teratur. Setelah Anda berlatih secara teratur untuk waktu yang cukup lama, akan lebih mudah mempertahankan fokus pada saat Anda mengalami gangguan.
Mengucapkan mantra adalah bentuk yang unik dalam berdoa yang tidak membutuhkan inspirasi terlebih dahulu. Anda tidak harus mencapai yang paling sempurna atau merasa tergerak sebelum melakukannya. Anda hanya perlu berkomitmen untuk memulainya.
Ini berarti, mengucapkan mantra adalah praktik devosi. Bahkan jika kata-katanya tidak terasa menginspirasi pada saat Anda mulai mengucapkannya, Anda tetap sudah berdoa sepenuh hati melalui kata-kata dan praktik yang Anda lakukan dengan mengucapkan mantra ini.

2
Ulangi kalimat sugesti diri setelah sesi pengucapan mantra. Sugesti diri adalah gagasan yang Anda tanamkan ke dalam kesadaran Anda untuk membimbing pikiran bawah sadar dan perilaku Anda.
Sugesti diri yang Anda ucapkan dapat berupa kalimat yang lugas seperti, "Pada saat saya memikirkan pikiran-pikiran yang tidak berguna, saya akan sadar akan hal ini dan kembali fokus pada mantra."
Setelah mengucapkan mantra selama beberapa menit, ulangi sugesti diri Anda sebanyak lima kali. Anda juga dapat mengucapkannya di tengah-tengah pengucapan mantra atau menunggu sampai selesai.

3
Ucapkanlah mantra dalam diam sepanjang hari. Tidak ada aturan yang mengatakan bahwa Anda boleh mengucapkan mantra hanya pada saat kondisi Anda sangat damai dan tenang. Sebenarnya, kebiasaan mengucapkan mantra selama beberapa menit di sela-sela kesibukan Anda sehari-hari dapat menjernihkan pikiran, hati, dan jiwa Anda.
Sering kali, cara termudah agar Anda dapat mengucapkan mantra sambil melakukan aktivitas sehari-hari adalah menggunakan mantra yang sudah biasa Anda gunakan pada saat melakukan meditasi terfokus.


Minggu, 25 Desember 2022

FESTIVAL KESUSASTRAAN KI DALANG TANGSUB 22 Pebruari 2023

FESTIVAL KESUSASTRAAN KI DALANG TANGSUB
Festival sastra adalah suatu penyelenggaraan acara yang menjadikan sastra sebagai obyeknya dengan melibatkan para sastrawan, kritikus sastra, akademikus, peneliti, pegiat literasi, dan masyarakat umum. Perhelatan ini dapat berupa pertunjukan seni baca puisi/cerita pendek, lomba baca puisi, musikalisasi puisi, diskusi sastra, penghimpunan antologi, peluncuran buku, dan pameran buku.

Di desa Bongkasa, festival sastra Ki Dalang Tangsub ini diselenggarakan pada dasawarsa 2023-an, ketika Generasi Ki Dalang Tangsub yang ke - 9, I Gede Sugata Yadnya Manusia, S.S.,M.Pd menggelar acara Sastra Kontekstual di Griya Agung Bangkasa. Acara ini lebih terfokus pada pembahasan mengenai pemahaman sastra kontekstual sebagai respon atas munculnya ide-ide berlian Ki Dalang Tangsub dalam dunia kesusastraan. Festival ini sendiri lebih menekankan kepada upaya merekam jejak para penyair lintas genre/usia dan karyanya dalam bentuk penerbitan antologi puisi penyair setiap tahun. Sedangkan Gerakan Revitalisasi sastra Ki Dalang Tangsub merupakan implementasi dari sastra kontekstual yang dikampanyekan di berbagai pelosok wilayah di Bali. 

Sabtu, 24 Desember 2022

Canting Mas, mwang Siwer Mas

Om awignam Astu Nama Siddham,
Nyan kawisesan panugrahan Swabhawa, lwiring panugrahan, sastra utama glarning pati - urip, mwang glarning rahina wengi, ngaran Canting Mas, mwang Siwer Mas, luih parikarmanya sastra iki, wastu asing ngamong sastra iki, sapretisentananku wekasan amangguh rahayu, suhka tan kataman gering sakwehnya, kawisesa dening Sang Hyang Mantra iki, dahating luwih parikramannya mantra iki dewa waluya, nga, kawruhakna aksarane kabeh, ne munggwing bhuananta, kawruhakna denta anglukun Sang Hyang Dasaksara, dadyakna Panca Brahma, Panca Brahma dadyakna Tryaksara, Tryaksara dadyakna Rwabinedha, Rwabinedha dadyakna Esaksara wisesa, iki pindanya,...... iki ngaran Cucupu Manik Atma, Atma ngaran Siwa, ya sedeng siniwi ring adnyana wisesa, dartaena tinitah dening sinengguh mawisesa, sasoring akasa, aluhuring pretiwi, tan malaha dening paran-paran pwa sira, yadian geringe masa, teka saking Nusa luput pwa kita, asya tahun tan kataman gering, sawandu wangsanta, sami asih katresnen, takepang geni banyunya, wusnya dadi andus karasa denya, raris dawut ika, celepang ka papusuh ragane, ditu simpen kabeh, ya ngaran Giri Semeru, tan kapanggih dinuruh dening satru wisesa mwang liyak, iki ngaran Gedong Manik Sweta, panyimpen Sang Hyang Atma, dening pageh Sang Hyang Urip, haneteg yusa palanya. 
Kayeki denta anglukun Sang Hyang Dasaksara, lwirnya linggihang, yan sira arep angeseng wisya, angawe penawar, gering kena upas waras denya, mwang matatamban, sidhi denya, saka wenang, kayeki sasnya, ma,

Sa kara, ring papusuh, Sang Hyang Iswara dewa nira, putih warnan nira, nga, kangin.
Ba kara, ring ati, Sang Hyang Brahma dewa nira, abang warna nira, nga, kelod.
Ta kara, ring ungsilan, Hyang Mahadewa dewa nira, pita warna nira, nga, kauh.
A kara, ring nyali, Sang Hyang Wisnu dewa nira, ireng warna nira, nga, kaja.
I kara, ring witing ati, Sang Hyang Siwa dewa nira, manca warna warna nira, nga, di tengah.
Na kara, ring peparu, Hyang Mahesora dewa nira, dadu warna nira, nga, kelod kangin.
Ma kara, ring urung-urung gading, Hyang Ludra dewa nira, jingga warna nira, nga, kelod kauh.
Si kara, ring limpa, Hyang Sangkara dewa nira, syama warna nira, nga, kaja kauh.
Wa kara, ring ineban, Hyang Sambhu dewa nira, biru warna nira, nga, kaja kangin.
Ya kara, ring tungtungin ati, Sang Hyang Sadasiwa dewa nira, sanga warna nira, nga, di tengah.
    
Mangkana linggihnya ring jero, Dasaksara, nga, swaranya, ma,
Sa Ba Ta A I Na Ma Si Wa Ya.
Dasaksarane ringkesakna, waranya, ma :
Wa kara, mulih ring A kara,
Si kara, mulih ring Ta kara,
Ma kara, mulih ring Ba kara,
Na kara mulih ring Sa kara,
Dadi Panca Brahma, suaranya : Sa Ba Ta A I.

Panca Brahmane malih ringkes, suaranya :
Sa kara, mulih ring Ba kara, dadi A kara,
Ta kara, mulih ring A kara, dadi U kara,
Ya kara, mulih ring I kara, dadi Ma kara,
Dadi tryaksara, suaranya : A U Ma. Iti Tryaksara ring jero, nga, jatinya Brahma, Wisnu, Iswara, tinunggu dening angsa. Angsa nga, tastra tan dadi sinabdakna, luirnya kang angsa, nga, Ardhacandra Windhu, Nada. Ardhacandra,                                       
         , Windhu, O , Nadha, . Iki tunggalakna, yen wus matunggalan, kayeki warnanya, , yeki patulungnya Sang Hyang Tryaksara ring jero, karana

dadi suarayang, swaranya Ang Ung Mang ( ), ya surya, ya candra, ya lintang, ya geni, ya banyu, ya angin, ya pretiwi, ya apah, ya akasa, ya bayu, ya sabda, ya idep, ya tryaksara ring jaba, nga.

Tryaksarane malih ringkes :

Ung ( ) dadi Ah ( ), mawa mreta,

Ang ( ) dadi Om ( ) kara ngadeg, mawa api

Mang ( ) mulih ring sunya, dadi windu, ya wadah amreta, nga,

Ah, dadi Om ( ) kara sumungsang, malungguh ring walung kepala,

Ardhacandranya ring alis, windunya ring selaning alis, nadanya ring tungtungin grana.

Ang dadi Om ( ) kara ngadeg, malungguh ring dada, Ardhacandra ring tulang gulu, windunya ring cekoking gulu, nadanya ring jiwa, kayaeki genahe ring jero :           
Om kara bhineda, nga, Om kara ngadeg lawan Om kara sumungsang. Om kara sumungsang mawak yeh, panganyudang wisyane ring jero, Om kara ngadeg mawak api, pangesengan wisyane ring jero, mwang sakwehing letehe ring jero. Tunggak batise kiwa mawak tukad, kema anyudang awun wisyane, lautang ring samudra. Telapakan batise tengen mawak pasih, mangkana
sasananya Sang Hyang Rwabhineda glarakna sawengi-wengi, mantraku nyak

denek, ma, , , , Ang ring nabi, Ah ring siwadwara, ya

patemuang setata, ring madyaning papusuh, geni tibeng banyu rasanya, dadi kukus, kukus ika dadi Atma, Atma ika dadi Siwa, ika Siwa ring adnyana, nga, den apageh ika simpan ring papusuh, raris idepang matekep akasa, lawan pretiwi, iti tastranya :

                                       ,        


Iti patemuanya : , dadi abesik, , , teka nyatwang

swara ika , ring papusuh, tengeranya liyang manahe, mangkane tingkahe, teka nyetang swara ika ring pantaraning untek, kewala tan wenang sumbar ring dewa, jatinya dewa tan weruha, angunus kancingning akasa, mayangkep lawan pretiwi, kewala Sang Hyang Siwa Waruna, angunus kancingning akasa matekep lawan pretiwi, idepang genine murub ring ati kadi gunung, , 8.
Yan sira arep angaeseng wisya,sakwehing malane ring jero ika panglukunen Dasaksara ring nguni, wusnya sasya Rwabhineda idepang genine murub ring atinta sakadi gunung, sakwehing mawighna nering awakta, idepang samiddha mwang tela, pulang kagenine sedeng ujwala murub dumilah, idepang wisyane dadi awu, rarais mantra, ma, Om awwighna winasaya namah, raris turunang amretane, sane dyun manike ring untek, ma, Ah, 3. swaranya nurunang amretane saking dyun manik ke ring unteke, turun mawak ring Om kara sumungsange ring walung kepalane, terus ring granasika, tiba ring nadaning Om kara ngadeg ring dada, makumpul ring windu rahasya mukane ring kanta, ya ngaran Cucupu Mas, idepang kadi ujar amretane makaecegan, to idepang nganyudang awu wisyane kabeh, ulungang ketukade, raris kesegara, malih urusang ke puser tsik, ring ulupuhun, ring padang gusta, raris wetuang ka bhuana agung, mangkana kramane angeseng wisya.

Riwus mangkana, raris pangesengan dasa malane ring awakta, lekasakna, rehnya ngusap rahi, ping , 3, ngusap dada, ping, 3, ma, Om Sang Hyang Siwagni catur muka dewa byuna, sira Bhagawan Citangkup, sira ta pukulun angeseng sakwehing dasa mala, …………………………………………………………….
……………………………………………………………ical kalih lembar.

Linaning nada, ring selaning rahina wengi, linaning mata ring karna, prelinaning karna ring hirung, prelinaning hirung ring cxangkem, prelinaning cangkem ring jejaringan, prelinaning jejaring ring limpa, prelinaning limpa ringungsilan, prelinaning ungsilan ring ampru, prelinaning ampru ring ati, prelinaning ati ring papusuh, prelinaning papusuh ring nadi swaraning siwadwara, Ah, ika tibakna ring nabhi, telas ika macelep ka song jajah buat talang jringe, raris ngamenekang, rawuh ring unteke, irika ngalih amreta, swaraning nabhi, mantuk ring siwadwara, Ang, swaranya, mangkana pretekane kanda iki, Ung Ang Mang, , 3. Prelina ika, nga, nya.
Riwus mangkana, Atma raksane lekasakna, ma : Om Brahma Wisnu Mahaswaram, Tri dewatam, sarwa durgha winasanam, sarwa satru wimoksanam. Om Sa Ba Ta A I Na Ma Si Wa Ya, Om.

Riwus mangkana Sang Hyang Ratna Predipta-ne lekasakna, pangempungan dasa malane ring jero, nga, sarana mantra, ma, : Om Suksemanam purwa dewam, sarwa gatram widosanam, sarwa sanjatam sudosam, sarwa satru winasanam. Om pawitra pawitram, gangga moktam purwa dewam, sarwa dosa wimoksanam, sarwa roga haro-hara. Om Mang namo Ratna Pradipta ya, , Om Ang Brahma rakta warna ya, Om Mang namo adnyana namo namah swaha, Om Om siddhir astu ya namah swaha.

Riwus mangkana, panglukatan Sang Hyang Dasa Atma-ne lekasakna sarana

mantra, ma, : 

Om amretam wimala dewam, candramreta ha………nam, iddham dasamreta, Ungkaramre pramadyanam. Om amreta damodomukam, spatika warna ………., kanta mulecasunyaset, amreta warsa tatasmat. Om sarwangga sandhi suyasa, dampatya sanggoko jwitam, jiwitam, parikartah, Om I A Ka Sa Ma Ra ……. Ya Om

Riwus mangkana malih mantra tan kodar, ma, : Om Om Pramasiwa purnatmana namah, Om Om saddha Ludra hanmu yatmana namah,
Ung Ung Iswara atmana namah, Om Ung Mahadewa niratmana namah, Om Ung Wisnu hantaratmana namah, Om Om Brahma atmane namah swaha, Om Om siddhir astu ya namah swaha.

Riwus mangkana malih mantra suksma, ma, : Om Ang Siwa krama ya namah, Om Ung Sadasiwa krama ya namah, Om Mang Paramasiwa krama ya namah, Om Yang sunya cyana…………. Om Ung karaksarira ya namah, Om namah,

                                                                                                                                         3.

Ri wus mangkana, sarining Sang Hyang Saracamuscayane lekasakna, sarana mantra, ma, : Om Sang Hyang Saracamuscayam, Om Sang Om Sang Sang sarwa Siwa Murtiyam, Ung Bang Ung Bang sarwa Wisnu Murtiyam, Ang Yang Ang Yang Mang Brahma Murtiyam Panca Brahmam.


Om SangHyang Saracamuscayam weswara namo namah swaha, Om jayaswana ya namah swaha, Om Siwa murtam sakalam. Om Ang Pramasiwa murtam, Om Ah Sadasiwa murtyam, Om Ung Mang Sang Hyang Panca Brahma murtyam, Om Om siddhir astu Yang siddhir astu.
Om Om namo ratna putih, ring sariranku, Kang Yang murti sakti,

Om Om namo Siwa ya, 3. telas.

Jumat, 23 Desember 2022

Mengenal Pawiwahan

Pawiwahan Tradisi Pernikahan Adat Hindu di Bali
Dalam umat Hindu Bali, dikenal istilah pawiwahan. Upacara pawiwahan ini termasuk ke dalam upacara manusia yadnya,
Pawiwahan sejatinya merupakan ikatan suci dan komitmen sepanjang hidup menjadi suami dan istri, serta merupakan ikatan sosial yang paling kuat yang ada antara laki-laki dan perempuan. Wiwaha ini memiliki kedudukan penting dan dipandang mulia dalam kehidupan umat Hindu.

Dalam hal ini, sepasang laki-laki dan perempuan saling mengikatkan diri secara lahir dan batin. Mereka akan menjadi pasangan suami istri untuk membangun rumah tangga, serta melaksanakan tanggung jawab bersama-sama di dalamnya.

Beberapa Sloka Tentang Pawiwahan:

Grbhnāmi te saubhagatvāya hastam,
Mayā patyā jaradastir yathāsah,
Bhago aryamā savitā puramdhir,
Mahyam tvādurgārhapatyāya devāh.
(Rgveda : X.85.36)

Artinya :

Dalam sebuah pernikahan kalian disatukan demi sebuah kebahagiaan dengan janji hati untuk saling membahagiakan. Bersamaku engkau akan hidup selamanya karena Tuhan pasti akan memberikan karunia sebagai pelindung dan saksi dalam pernikahan ini. Untuk itulah kalian dipersatukan dalam satu keluarga.

Ihaiva stam mā vi yaustam,
Visvām āyur vyasnutam.
Krindantau putrair naptrbhih,
Modamānau sve grhe.
(Rgveda : X.85.42)

Artinya :
Wahai pasangan suami-isteri, semoga kalian tetap bersatu dan tidak pernah terpisahkan. Semoga kalian mencapai hidup penuh kebahagiaan, tinggal di rumah yang penuh kegembiraan bersama seluruh keturunanmu.

Anyonyasyawyabhicaro,
Bhawedamaranantikah.
Esa dharmah samasena,
Jneyah stripumsayoh parah.
(Weda Smrthi : IX.101)

Artinya :
Hendaknya hubungan suami-isteri dilandasi oleh kesetiaan dan berlangsung hingga selamanya. Singkatnya kesetiaanlah yang menjadi hukum yang tertinggi dalam membina keharmonisan sebuah keluarga.

Tatha nityam yateyatam,
Stripumsau tu kritakriyau,
Jatha nabhicaretam tau,
Wiyuktawitaretaram.
(Weda Smrthi : IX.102)

Artinya :
Hendaknya laki-laki dan perempuan yang terikat dalam sebuah perkawinan, mengusahakan dengan tiada henti-hentinya untuk menjaga keutuhan keluarga dan jangan hendaknya melanggar kesetiaan antara satu dengan yang lain.

Anvārabhethām anusam-rabhethām,
Etam lokam srad-dadhānāh sacante.
(Atharvaveda : VI.122.3)

Artinya :
Wahai pasangan suami-isteri, kembangkanlah cinta kasih di dalam dirimu, tekun dan tetaplah berkarma dalam menggapai kebahagiaan. Karena hanya orang yang bersungguh-sungguhlah mendapatkan keberhasilan dalam berkeluarga.

Iha-imāv-indra sam nuda
Cakravākeva dampati.
(Atharvaveda : XIV.2.64)

Artinya :
Ya Tuhan, karuniailah kepada pasangan ini untuk memiliki cinta kasih yang tulus dalam membina kehidupan berumah tangga.


Menurut kitab Manusmrti, wiwaha bersifat wajib sekaligus religius karena berkaitan erat dengan kewajiban orang tua untuk melahirkan seorang anak laki-laki guna menebus dosa mereka sendiri.

Upacara pawiwahan ini bertujuan untuk menghasilkan keturunan yang kemudian akan dapat melanjutkan amanat, serta tanggung jawab kepada leluhur melalui upacara penyucian (mabyakala).

Mau mengenal upacara pawiwahan ini lebih lanjut? Simak pengertian mendalam dan rangkaian upacara pawiwahan berikut.

Mengenal Apa Itu Pawiwahan?
Kata pawiwahan berasal dari kata wiwaha, yang merupakan bahasa sansekerta dengan arti pesta pernikahan. Padanan katanya saja sudah cukup menggambarkan pengertian dari pawiwahan ini.

Upacara pawiwahan adalah upacara saksi, baik di hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan pada seluruh masyarakat bahwa dua orang anak manusia telah mengikatkan diri bersama sebagai suami dan istri. Segala perbuatan akan menjadi tanggung jawab bersama.

Upacara pawiwahan biasa dibarengi dengan upacara pembersihan terhadap sukla swanita (bibit) dari kedua mempelai, dengan tujuan agar bibit mereka terbebas dari pengaruh buruk dan gangguan Bhuta Kala.

Dengan demikian, apabila terjadi pembuahan, maka manik (anak) yang terbentuk merupakan anak yang bersih, baik, dan suci, dan akan tumbuh menjadi pribadi yang berguna di masyarakat nantinya.

Tugas pokok pawiwahan ini adalah untuk membangun kehidupan yang Yatha Sakti Kayika Dharma, yang artinya dengan kemampuan sendiri melaksanakan Dharma. Upacara ini merupakan sebuah kewajiban suci (yajna) karena diharap mampu menghasilkan anak suputra.

Menurut Ida Pandita Mpu Weda Nanda (I Made Titib) dalam makalah Menumbuhkembangkan Pendidikan Agama pada Keluarga, yang dilansir jurnal Upacara Pawiwahan Dalam Agama Hindu, tujuan pawiwahan adalah sebagai berikut.

Dharma Sampati, di mana kedua mempelai bersama-sama melaksanakan Dharma yang terdiri atas seluruh kewajiban agama.

Praja, di mana kedua mempelai harus mampu melahirkan keturunan yang dapat melanjutkan amanat luhur dan melahirkan putra yang dapat melunasi hutang jasa pada dewa (Dewa rna) dan para guru (Rsi rna).

Rati, di mana kedua mempelai diperbolehkan menikmati kepuasan secara seksual dan kepuasan lain (artha serta kama) selama berlandaskan Dharma dan tidak bertentangan dengannya.

Rangkaian Upacara Pawiwahan
Upacara pawiwahan melibatkan tiga kesaksian, yakni dari bhuta saksi (upacara mabyakala), dewa saksi (upacara natab banten pawiwahan), dan manusia saksi (dari kehadiran prajuru adat, keluarga, dan undangan lain).

Berikut merupakan rangkaian upacara pawiwahan.

Menentukan Hari Baik
Upacara pawiwahan diawali dengan menentukan hari baik sesuai dengan kalender Hindu Bali. Tanggal ini biasanya dipilih mulai dari hari calon mempelai pria datang untuk nyedek dan hari berlangsungnya pernikahan.

Pemilihan hari dilakukan atas kesepakatan kedua pihak keluarga. Pemilihan hari ini cukup penting karena dapat mempengaruhi kelancaran berjalannya upacara dan kehidupan mereka ketika sudah bersuami istri nantinya.

Ngekeb
Ngekeb merupakan proses mempersiapkan calon mempelai wanita agar dapat dengan siap menyambut datangnya mempelai pria.

Upacara Ngekeb ini bertujuan untuk mempersiapkan mental calon pengantin serta memanjatkan doa di hadapan Ida Sang Hyang Widhi supaya dianugerahi pernikahan yang kebahagiaan.

Menjemput Calon Pengantin Perempuan
Mempelai wanita kemudian dijemput oleh pihak keluarga laki-laki ke kediaman mempelai laki-laki.

Ketika dijemput, mempelai perempuan harus menggunakan pakaian tradisional khas Bali dengan selimut kuning tipis yang menutupi dari ujung rambut hingga ujung kaki. Hal ini menjadi simbol bahwa, calon pengantin perempuan sudah siap meninggalkan masa lajangnya dan menikah.

Mungkah Lawang
Penjemputannya juga tidak bisa asal. Calon pengantin wanita akan menunggu di kamarnya, lalu perwakilan dari calon mempelai laki-laki akan datang mengetuk pintu kamarnya.

Saat tersebut juga diiringi dengan lagu khasi Bali yang meminta agar dibukakan pintu. Setelah itulah baru mempelai wanita dibawa ke tempat tinggal mempelai laki-laki.

Mesegeh Agung
Sebelum bisa masuk ke dalam halaman rumah, maka kedua mempelai akan melakukan upacara mesegeh agung. Prosesi ini menjadi simbol ucapan selamat datang dari mempelai pria terhadap mempelai perempuan.

Selimut kuning yang semula dikenakan oleh calon mempelai perempuan kemudian diangkat oleh calon ibu mertuanya kemudian ditukar dengan uang satakan. Hal ini menjadi simbol dunia baru dan mengubur semua masa lalu.

Mekala-kalaan atau Mabyakala
Upacara Mabyakala merupakan upacara membersihkan kedua mempelai secara lahir batin, terutama sukla swanita, yang merupakan sel benih pria dan sel benih wanita agar dapat membentuk janin yang suputra.

Urutan proses upacara Mabyakala adalah sebagai berikut.

Dilakukan upacara puja yang dipimpin oleh seorang pemimpin upacara.
Membakar tetimpug sampai keluar bunyi sebagai simbol pemberitahuan terhadap bhuta kala yang akan menerima pakala-kalaan.
Kedua mempelai melangkahi tetimpug 3 kali dan menghadap ke banten pabyakalaan.
Tangan kedua mempelai dibersihkan menggunakan segau/tepung tawar.
Ibu jari kaki kedua mempelai menyentuh telur ayam mentah sebanyak 3 kali.
Kedua mempelai melakukan pengelukatan.
Kedua mempelai berjalan mengelilingi banten pesaksian dan kala sepetan. Mempelai wanita harus berjalan di depan sambil menggendong sok dagangan (simbol anak) dan mempelai pria memukul tegen-tegenan (simbol mencari nafkah). Ketika melewati kala sepetan, ibu jari kanan harus menyentuh bakul lambang kala sepetan. Mempelai wanita dipukul dengan 3 buah lidi oleh mempelai pria selama berjalan sebagai simbol kesepakatan sehidup semati.
Kedua mempelai memutuskan benang pepegatan, tanda telah memasuki masa Grahasta.
Mewidhi Widana
Kedua mempelai kemudian bersembahyang di sanggah keluarga laki-laki dan dipimpin oleh pemangku sanggah.

Upacara ini bertujuan untuk memberitahu para luluhur keluarga laki-laki bahwa ada pendatang baru dalam anggota keluarganya yang akan melanjutkan keturunannya. Dengan demikian, pernikahan akan sah di depan adat juga masyarakat.

Mejauman
Upacara Mejauman merupakan upacara berpamitan dengan leluhur keluarga mempelai wanita karena kini telah dinikahkan dan menjadi tanggung jawab keluarga mempelai pria.

Kedua mempelai akan datang ke keluarga wanita sambil membawa banten yang berisi alem, sumping, ketipat bantal, kuskus, apem, sumping, kekupa, wajik, buah, dan lauk khas Bali.


SESAYUT & TEBASAN Bayuh Tampel Bolong

SESAYUT TAMPEL BOLONG

Madasar antuk dulang duwur nyane susunin antuk aled sesayut, duwur nyane dagingin nasi biru ring tengah nyane kuning, mane taluh maguling, gagemolan sekar cempaka ring tengah nyane, sesanganan, raka-raka sejangkep nyane, penyeneng alit 1, pras alit 1, sampyan nagasari, canang pahyasan tatebus biru lan kuning.

TETANDINGAN TATEBUSAN TELAGA APIT PANCORAN - PANCORAN APIT TELAGA

Madasar antuk dulang duwur nyane susunin antuk aled sesayut, duwur nyane dagingin nasi kuning apasang mawadah tangkih mesibeh antuk busung, maulam antara ginuling, janganan paku manut uriping dina sang mapaweton, sesanganan, raka-raka sejangkep nyane, penyeneng alit (tahenan) 1, pras alit 1, sampyan nagasari, canang pahyasan. Sesayut puniki ma-anggen ring upacara manusa yadnya/Pawetonan.


Senin, 24 Agustus 2020

TATEBASAN PAMAHAYU SOT MIWAH MELIK

Kaketus saking lontar "Lawar Capung Ki Dalang Tangsub, Griya Agung Bangkasa"

Olih: I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S., M.Pd


TATEBASAN PAMAHAYU SOT MIWAH MELIK :

Medasar antuk dulang, duwur nyane susunin antuk aled sesayut, duwur nyane dagingin beras aperapata, base tampelan, benang atukel, jinah 225, duwur nyane susunin antuk nasi maklongkong 1, duwur nasine medaging tulung urip 1 medaging nasi ulam taluh bekasem, kawangen 11 siki, sesanganan, raka-raka sejangkep nyane, sangku medaging toya anyar, penyeneng alit (tahenan) 1, Pras alit 1, sampyan nagasari, canang pahyasan, Sesayut puniki munggah Sanggar Kamulan.


Tebasan Semaya Pati 

Tumpeng kapurancak asiki, ayam binanda, Yan wong Lanang ayam muani yan wong istri ayam luh, ayam bang suku dara, benang bang linamasan, sekul winaranta sinisir, kacang alimas, pinang atakep timun asiki, kacang ambungan, buah bancangan, woh-wohan jangkep, tamas, kulit sayut, raka, tumpeng besar, 4 sau petik berisi ; nasi saur, nasi saur, uyah, pesucian, sampyan jit goak, carunia ring ring sanggar Astawa sedahan semaya Pati, Hyang kala Pati. 


BAYUH OTON SANAN EMPEG

Umat hindu di Bali mempercayai bahwa, kelahiran seorang anak dan dalam kehidupan selanjutnya (semasa hidupnya) tiada terhindar oleh keadaan yang dalam urutan keluarganya memiliki kakak dan adik yang telah meninggal dunia, wajib melaksanakan upacara Sanan Empeg dengan mengitari berbagai sesaji atau banten searah jarum jam sebanyak tiga kali. 

"Sanan Empeg ini bermakna, di mana orang yang terlahir dan memiliki kakak atau adik yang sudah meninggal dunia, dikhawatirkan kehidupannya tidak seimbang” dan patut ditebus/dibayuh/diruwat.  Pustaka “Kembangrampe Lawarcapung” karangan Ki Dalang Tangsub, disebutkan bahwa:

“Iti ngaran pinahayu sanan empeg, maka pangilanganing papa pataka nira sang kari mahuripa, wus tininggalana de kakang arinia nguni, teka katekang papa gati sangsara ning pancering kakang arinia lawan kawitan ira. Mangkana pwa ya mapan wus kaparisudha dening rsinggana makabehan. Gunaning pamahayu sanan empeg kaweruhaken denta anakku, ika marmania angentasaken sakwehing lara rogha ring raganta”. 

Artinya: 

Ini namanya usaha pengentasan (bayuh/ruwatan) Sanan Empeg, sebagai sarana menghilangkan dan melenyapkan segala dosa dan kemalangan orang yang masih hidup, setelah ditinggalkan (mati) oleh saudaranya (yaitu kakak dan adknya) duluan, sampai dengan lima bentuk inti kesengsaraan yang ditinggalkan/diakibatkan oleh kakak dan aknya (yang telah mati) beserta leluhurnya. Demikianlah pahalanya oleh karena telah disucikan oleh para Rsi/Pandita seluruhnya. Gunanya Bayuh Sanan Empeg, ketahuilah olehmu anakku, itu adalah untuk mengentaskan/membebaskan segala kesengsaraan dalam dirimu.

Untuk menyeimbangkan itu, Sang mabayuh "Sanan Empeg" diwajibkan memiluk sejaji dengan "sanan" (alat pikulan berupa sebilah bambu), di mana beban di bagian depan dan belakang harus seimbang. Dengan beban yang seimbang itu mereka kemudian berjalan berputar mengitari tumpukan "banten" yang telah disiapkan. Sanan dimaksud melambangkan keseimbangan kehidupan. 

Anak yang demikian wajib untuk dibayuh sesuai pawetuannya, juga ditambahkan dengan tatanan sebagai berikut :


UPAKARANYA :

Surya: Dewa-Dewi dan di bawahnya Gelarsangha serta dilengkapi dengan ganjaran agung, mapenjor tiying gading apasang.

Kamulan: Pejati asoroh, Suci dan Canang Buratwangi saha nunas Wangsuhpada.

Pemedalan (kori): Bakar tujuh bungkul tempurung kelapa (nyuh maadan), usahakan apinya tidak boleh padam selama prosesi upacara berlangsung di Mrajan (matur piuning dijaga oleh orang yang di pandang bisa menggelar dan dipercaya)

Kutipan Sastra:

“Mapugpug madudus ring arepang lebuhing lawang, Upakarania: daksina pras ajuman 1, mabe sato biying, nasi wong-wongan bang, kepelan bang, getih matah atakir, segehan cacah, kepelan mancawarna, be bawang jahe. Saranania audus: gumpeng ketang, injin, padi, menyan, cendana, kayu sakti, welilang, trosi, mejakani, mejameju, mejakeling, samparwantu. Laluhunia: luhun pasar, pateluan, sema, pamuhunan, pempatan lan luhun margha agung”.

Bale: Ayaban minimal Tumpeng solas meBebangkit.

Tegen-tegenan: Tipat Nganten, Takilan, sarwa Pala Bungkal, Pala Gantung lan Pala Rambat.

Upakara Bayuh Oton jangkep nganut dina pawetuan sang pinayuhen. Wewehin bebayuhania:

“Sesayut pulingga adulang, sorohan guling bebangkit, suci 5 soroh, katutuan 1 soroh, sarwa genep sapretekaning bebangkit. Guling ika matatakin ngiyu anyar rinajah ‘Yama Mahakala’ segha sawakul, segha wakulan apasang, makakecer 1, tebu cemeng 5 keleng, jrimpen nyinggal apasang, jrimpen tunggul apasang, tumpeng putih kuning, raka genep, iwak sato putih siyungan mapanggang, belayag galahan, bungkak 5 warna, itik ginuling, pencok kacang, lalampad, sarwa pisang, sampiyan plawus, jangan sakawali, sukla pawitra, keraras biyu mas, daksina pras ajengan 2 soroh, artha 5555, lis gadang, lis gde, padudusan agung jangkep, isuh-isuh, panyeneng, kampuh gringsing, benang tatebus tri datu, sasagi genep. Malih beras 5 catu, lawe bang 5 tukel, belayag 50, sato bang pinanggang, tadah pawitra, nasi sokan sapanjang, grih baranak, mabe putih siyungan mapanggang, jinah 777, pisang sawarnania pada 7 bulih, bayuhan nganut dina.”.

(Buku Widhi Sastra)


PROSESI UPACARA :

Bersamaan dengan upacara bayuh oton digelar oleh Sang Sulinggih, Sang Pinayuh Sanan Empeg matur piuning di Kemulan – Taksu, diikuti dengan membakar Kawu Bulu pitung bungkul dan tidak boleh padam apinya selama prosesi.

Selesai matur piuning, kemudian sang pinayuhen di dudus dengan sarana mapugpug madudus setelah itu buka pakaian dan “Ampiggan” di atas bara api kawu bulu selanjutnya bersalin dengan pakaian lainnya.

Sang Sulinggih melakukan penglukatan terhadap anak yang di bayuh. Sang Pinayuh saat melukat menghadapi segan agung serta menggunakan selembar kain Gringsing Sanan Empeg.

Setelah itu Sang Pinayuh diajak adyus di lebuh dengan menggunakan berbagai mata air/pancuran (sesuai bayuh otonya).

Geringsing Sanan Empeg fungsinya hanya sebagai sarana upacara keagamaan dan adat, yaitu sebagai pelengkap sesajian bagi anak yang melakukan prosesi bayuh/ruwatan kelahiran. Kain Gringsing Sanan Empeg ini terkenal di masyarakat Tenganan Pegeringsingan. Serta kain ini juga bagi masyarakat Bali di luar desa Tenganan dipergunakan sebagai penutup bantal/alas kepala orang melaksanakan upacara manusa yadnya potong gigi. Ciri khas dan motif Sanan Empeg adalah adanya tiga bentuk kotak-kotak/poleng berwarna merah dan hitam

Perlu diketahui bahwa pada semua kain Geringsing (double ikat) pasti ada “telupuhnya” (motif pinggirnya) dan juga “penekek” (bagian paling pinggir). Serta proses pembuatannya pun sangat sakral. Kadang-kadang diisi pula tambang, “tetubahan” semacam hiasan kreasi di pinggir kain sesuai selera pembuat.

Rentetannya adalah sebagai berikut : setelah proses pembuatan dimulai, diawali dengan mencelupkan benang kedalam minyak lilin (minyak kemiri/malem) dan air serbuk kayu dalam wadah yang terbuat dan tanah liat (jeding) kemudian ditutup dengan kain putih hitam (gotia) guna menghindari adanya pengaruh roh jahat (leak).

Setelah ikatan pertama disimpulkan disertai dengan yadnya kecil yang terdiri dan : kembang sepatu, dauh sirih gulung, kapur sirih dan 2 set uang kepeng 11, pada lubangnya digantungkan benang katun yang diikat 2 kendi. Ikatan terakhir pada bahan hanya dapat diikat oleh wanita yang lewat masa menapouse.

Setelah berganti pakaian dengan tetap memakai kain Gringsing Sanan Empeg, Si anak yang di ruwat/bayuh menghaapi upakara lanjut mengitari berbagai sesaji atau banten searah jarum jam sebanyak tiga kali dengan sambil memikul Tegen-tegenan yang diakhiri dengan memakan Takilan dan apa yang bisa dinikmati.

Setelah makan pala bungkah, pala gantung dan pala rambat di tanam pada Lebuh kiri, kanan dan batas rumah.

Selanjutnya semuan pakaian yang digunakan dalam prosesi ruatan/mabayuh (melukat) dibakar di jalan dan abunya dimasukan ke dalam klungah nyuh sudamala lalu dianyut (lengkapi dengan pejati asoroh). Kemudian kenakan pakaian Sembahnyang.

Si anak yang di ruwat/bayuh menghadapi banten tataban Oton.

Prosesi diakhiri dengan Muspa dan Majaya-jaya.

Dengan dilakukannya Bayuh/ruwatan (pembebasan atau pelepasan) Sanan Empeg ini diharapkan anak yang diruwat yang hidupnya hina dan sengsara dapat berubah kemudian hidupnya lebih mulia dan bahagia.


JENIS UPAKARA BAYUH TAMPEL BOLONG ANUT PAWUKUAN

Dari berbagai jenis ruwatan yang ada di Bali jenis upakaranya memang telah dibakukan dan harus diselesaikan oleh seorang Pinandita, Bhawati dan Sulinggih yang ahli ruwat serta harus disertai dengan berbagai jenis sarana upakara saji. Adapun jenis upakara saji yang diperlukan antara lain : gecok, mentah mateng, lele sejoda, tumpeng pucuk mas, ingkung, opor, abon-abon, sega golong, panggang ingkung, tukon pasa pisang pulut, benang (merah, putih, kuning, hitam, baro-baro, pliringan, kalangan), pondok tetel, tumpeng janganan, tumpeng robyong, ambeng asahan, rasukan sapengadeg, mori, cencengan pitik sejoda, gagar, mayang, cerik poleng, gadung mlati, pandan binetot, bangun tulak, sindur tumbar pecah, cara apmil gading.


Banten Bayuh Dewasa Ala

Caru  ring paturon;

Suci dene genep adanan, muwang caru ring natar, luwirnia sega 11 (solas), gelar sanga jangan sakewali, rumbah gile, sasak mentah (nasi atangkih berisi darah mentah), muwah sekul mawadah wakul, iwak pejagalan, wiwidean anut sasih, sekul segegem iwaknia amel-amel, muah seselambunan, wawidehan olah dene sangkep, sajeng aguci, pancakolika, langsub sapere  karania, payascite suci asoroh, segeh timbanan sakulak panci, iwak sate brumbun muwang sate wiring pinanggang, sahe raka sarwa galahan, genep sapere karania.

Tidak ada komentar:

Kamis, 22 Desember 2022

Mantra Panyarang/Nerang Hujan

PANYARANG

Panyarang geni sejagat, serana, asep wenang, linting juga wenang, macanang raka pipis, selae, mantra; ong sanghyang geni bajra, melesat sira ring ngirunging bhuwana, ang nulud mega sakti sayuta, mundur mega awun-awun, ong medal bayu agung saking cangkem, gumi 

pretiwi bungkah, pancering mega, katempuh dening bayu bajra, teka geseng rubuh punah matemahan angin, mesat kakuwung, bungkah mundur mega caraking tawun, wastu geseng manadi awu, moksah teka singlar 3x, pomo 3x.


Penyarang jagat, mantra; ong ang yata sarirane, sira mijil saking wadayoning ngulun, sanghyang panca brahma, ingara nira, mijil matemahan ageni mumbul, mundur maka gedene, tutug umanjing tekaring ngantara, angebeking bhuwana, ana kuloning pritiwi kabeh, 

angesengaken saking sariningulun, geseng gempung tan petahan, ong ang 3x, byara padang syah galang 3x, ang ong mang ang ang, serana sembe magenah ring tugu, banteniya, katipat gong, tuwak manis abotol.


Iti panerangan, mantra; ih idep aku sang geruda putih, sang anoman putih, mapedati api, maikut api, yan ana mega putih saking wetan, suka nasih, ageseng saka wetan, yen ana mega putih saking kidul, ingsun angeseng saka kidul, yen ana mega putih saking kulon, ingsun 

nakonasyag saka kulon, yen ana mega saking lor, ingsun konasyag saka lor, yen ana mega putih maring tengah, ingsun konasyag saking tengah, akumpul kita ring tengah, aku betara guru, angisep batara wisnu, sami lebur ida mayogo, betara brahma limbok ring segara, asat 

segara pitu, limbokaken ring danu, asat ikang danu, teka punah 3x, byar apadang 3x, ang ong mang, ang ong, serana, deluwang kertas, rajah anoman, tusuking bungan pucuk, gantung luhuring geni.


Iki penerangan, serana, rajah bhatari durga, nguntal jadma. Om aku calonarang, metu aku aku ring setra pabajangan agung. Aku di majapahit, ana payoganaku ring setra pabajangan, magawe maka gesenge sianu…, ong, pomo 3x, geseng sianu…, pomo 3x, 


paling lengeh, aku isunda, magawe maka gesenge sianu, kiguna porodan, apapak koki calonarang, ih aku icalonarang, angeseng wong sianu…, pomo, igunoporodan, pomo 3x, ong ong weruh weruh weruh aku icalonarang, ang ong rang eh eh eh, malayah 

rangreng, maboreh gading, aku sanghyang Kaman sakti, geseng 3x, pomo 3x, eh eh mandi, weruwuh mandi, pomo 3x, mang, serana, deluang kertas, rajah bhatari durga 

nguluh jelemo, gantung luhuring geni. Ngawe pidasar, serana, bata rajah bhatari durga, nenggel jelemo, ayua wera pomo 3x.

Rabu, 21 Desember 2022

Puja Bhatara Kawitan :

Puja Bhatara Kawitan :
Om Siwa Rsi maha tirtham, 
Panca Rsi panca tirtham, 
Sapta Rsi catur yogam, 
Lingga rsi mahalinggam 
Om Ang Geng Gnijaya namah swaha 
Om Ang Gnijaya jagat patya namah 
Om Ung Manik Jayas’ca, Semerus’ca, sa Ghanas ca, De Kuturan, Baradah ca Yanamonamah swaha  
Om Om Panca Rsi, Sapta Rsi, Paduka Guru Bhyo namah swaha


Selasa, 20 Desember 2022

AGEM AGEMAN PINANDITA WIWA

AGEM AGEMAN PINANDITA WIWA
RIKALA NGEMARGIANG UPACARA MANUSA YADNYA MAPAG/TIGA BULANAN DAN OTONAN

BAGIAN I
PEMBERSIHAN DIRI
1. DUDUK MENGHADAP UPACARA
Om Padma Sana Ya Namah
Om Prasada Stiti Sarira Siwa Suci Nirmala ya Namah
OM I BA SA TA A YA NA MA SI WA MAM UM AM
OM SA BA TA A I NA MA SI WA YA AM UM MAM Namah
Om Am Pradana Purusa Sang Yogaya Windu Dewaya, Boktra Jagat Nataya, Dewa-Dewi Sang Yogaya, Parama Siwa Ya Namah. 

2. Membersihkan Kedua Tangan
KANAN : Om sudamam swaha
KIRI : Om ati sudamam swaha

3. Pranayama (Tangan Amusti Ring Ulu Hati)
Ring Hati : Om Ang Brahma ya namah
Ring Ampru : Om Ung Wisnu ya Namah
Ring Papusuh : Om Mang Iswara ya namah

4. Tangan arung.
Ong sri guru jagat paro byo yenamah swaha

5. Tangan Nungkayak
Ong tirta sawitra rakta nila warna amerta suda nirmala ya namah swaha.

6. Puspa
Ong puspa danta ye namah swaha (Bungan pentil ring ajeng)

7. Puspa astra mudra
Ong rapat astra yenamah, Ong Atma tatuatma sudamam ye namah swaha, Ong sri pasupataya Ong phat.

8. Kuta mantra nyasa
Ong hrang ring sah paramasiwa aditya ya namah, Ong Ang namah, Ong Ung namah.

8. Marisuda atma
Ong Ang Ang atma parisuda ya namah

9. Astiti Idep
Ong hring hring sah parama siwaamerta ya namah.

10. Ngemedalang Idep
Ong Ang Kang Ong Jiwita paripurna ya namah.

11. Membersihkan Tangan
Kanan : Om Suddhamam Swaha
Kiri : Om Ati Suddhamam Swaha
Ong cong candi nroda desa yenamah, Ong sadyo jata yenamah.

12. Petanganan
Om Ung rahphat astra, Atma tatwa atma
Ksama sampurna, Neraca mudra
Bang netra-bang netra, Om Rahphat astraya namah
Amerta mudra, Hredaya namah swaha.

13. Bersihkan Sepuluh Jari Dengan Kalpika Dimulai Tangan Kanan Dan Tangan Kiri.
Kemudian kalpika dipakai sarana Kara sodhananta, usapi jari- jari dengan Kalpika. Jari tangan kanan:
Om, Ing, namah.(ibu jari/Anggustha, Akasa tattwa, di kepala/ Murdhi).
Om, Tang, namah. (telunjuk/ Tarjini, Teja tattwa, di muka/ mukha).
Om, Ang, namah. (jari tengah/Madhyamika, Bayu tattwa, di jantung/ Hredaya).
Om, Bang, namah. (jari manis/ Anamika, Apah tattwa, di kemaluan/ Bhagapastha)
Om, Sang, namah. (kelingking/ Kanistha, Prethiwi tattwa, kaki/ Pada dwa).
Jari-jari tangan kiri. Siwa angga:
Om, Ham, Hredaya ya namah. (ibu jari/ Anggustha. di Hredaya).
Om, Reng, Kaya, sirase namah. (Jari tengah/Madhyamika, di Siwadwara).
Om, Bhur, Bhwah, Swah, Sware Jwalini namah. (jari manis/anamika. Ujung rambut).
Om, Hrung, Kawaca ya namah. (kelingking/Kanistha, di punuk).
Om, Bang, Netra ya namah. Om, Bang, Netra ya namah.
(kemudian menyentuh kedua telapak tangan dengan bunga, pertama ke kanan, bayangkan pertemuan matahari bulan (Surya lawan Candra).
Om, Hung, Rah phat astra ya namah. (di telunjuk/Tarjini. Sarwa angga).

14. Mantram Dupa dengan Kalpika.
Om Am Brahma Amerta Dupa Ya Namah
Om Um Wisnu Amerta Dupa Ya Namah
Om Mam Lingga Purusa Ya Namah

15. Nyasap angga (Tangan numpuk nungkayak)
Ong sri guru jagat para byo yenamah swaha, Ong Ang brahma dipataya yenamah, Ong Ung wisnu dipataya yenamah, Ong Mang iswara dipataya ye namah. (raris usapang ring raga)

16. Tri Murti
Om Ung Rahpat astra yenamah, Om hrang hring sah paramasiwa aditya ye namah.

17. Nyembahang sekar
Om Hram Hrim Syah Parama Siwa amerta Ya Namah

18. Nyikiang Sekar.
Om cong candi saya ya namah.

19. Sembah puyung
Om hrang hring sah ya osat parama siwa amerta ya namah swaha.

20. Tri Tatwa
Tangan silang Ring dada : Om hrung kwaca ya namah
Tangan nungkayak ring nabi : Om sanidya ya namah.
Tangan sempurna ring dada : Om agni rudra ya namah swaha.

21. Astra mantra
Om ung rahphat astra ya namah
Om atma tatwa atma sudamam swaha
Om kswama sampurna ya namah swaha

22. Sabda batara (nyembah antuk kalpika)
Om sriam bawantu, Om Purnam bawantu, Om sukam bawantu.

23. Petanganan
Om Ung rahpat astra ye namah
Om atma tatwatma sudamam swaha
Om ksama sampurna ya namah swaha.

24. Tri Tatwa
Om siwa tatwa, Om widya tatwa, Om atma tatwa, Om Ang kang kasol kaya, Om ksama sampurna ya namah swaha.

25. Nyumbah antuk kalpika (genahang ring dada)
Om aditya,Om Ang Ah siwa atma setiti ye namah swaha.

26. Pengening idep (tangan nungkayak makekalih)
Om siwa suci nirmala ya namah swaha. 

27. Astiti yoga/Ngelinggihang siwa dalam diri (ring candi presada yaitu di tungtunging papusuh).
Om Ang Ung Mang, Om siwa ,sada siwa, parama siwa, sabda, bayu, idep sudanta nirwigna namah, Om sidi swaha ya namah, Om sah osat prayoga ya namah, Om Ang Ung Ang Ung Mang Ang Ah Om.

28. Ngidep Akasa
Ong Om Sa Ba Ta I Na Ma Si Wa Ya Om Ang Ung Mang

29. Mentil Puspa
Om Puspa danta ya namah

30. Petanganan (astra mantra)

31. Nyuksemang Tipada
Om hrang ring sah parama siwa ya namah
Ong Ong dewa pretista ya namah

32. Tri Mandala ring Suku Tri pada
Om Ang surya mandala brahma adipataya yenamah
Om Ung nawa widya soma mandala wisnu adi ya namah
Om Mang Agni mandala rudra adi pataya ye namah
Om Mang namah, Om Ung namah, Om Ang Namah
Om Ung Rahphat astra ye namah, Om atma Tatwa atma sudamam swaha Om Ong ksama sampurna yenamah.

33. Mutari Suwamba Tri Pada
Om Ong Nama rahphat astraya namah
Om hring sring spring seraung, satua ajro dipataya brahma menala ye namah.
Om sring, hring spring seraung duwa dasa kalatmana satua uma dipataya surya menala yenamah
Om sring, hring spring seraung duwa dasa kalatmana satua uma dipataya candra menala yenamah

34. Karo wista
Om siro wistam mana dewyam, pawitram papa nasanam, nityam kusgra tistati, sidantam pati grenah. Om hang rahphtat astra ya namah.


BAGIAN II
AKARYA TIRTA BAGIAN I 
 (TIRTA DI SANGKU)
35. Ngarga Tirta Nyuciang Eteh-Eteh/Nyuciang sangku. ( Ambil sekar cemplungan ring sangku).
Sarana sekar dan bija :
Om Grim Wausat ksama sampurna ya namah, Om angeduki kawah cambra guhmuka mulih sanghyang saraswati ya namah swaha.
Om I Ba Sa Ta A, Om Ya Wa Si Ma Na, Om Mang Ung Ang.

36. Ngidep Siwa Buda ( Ambil sekar cemplungan ring sangku).
Om namasiwaya, nama budaya nugrahi mami nirmala sarwa sastra,suksema sisdi sarwa karya pari suda nirmala ya namah swaha. Om gmung siwa ,sada siwa, parama siwa buda dharma ya namah swaha.

37. Padma Sana ( Ambil sekar cemplungan ring sangku).
Om Om Padma sana ya namah,
Om Om Ananta sana ya namah
Om Sa Ba Ta A I Na Ma Si Wa Ya
Om Om Padma sana hredaya namah.OM Ang Ung Mang dewa pratista ya namah swaha.

Om Bang Namah, Om Tang Namah
, Om Ang Namah, Om Ing Namah
, Om Nang Namah, Om Mang Namah
, Om Sing Namah, Om Wang Namah
, Om Yang Namah
Om Om dewa pratista ya namah
Om hrang hring sah parama siwa ya namah

Om Sa Ba Ta A I Om Na Ma Si Wa Ya
Om Aung Mang
Om hrang ring sah parama siwa amerta ya namah swaha.

Om puspa danta ya namah, Om sri gandem ya namah, Om kung kumara wija ya namah, Om Ang dupa dipa astra ya namah.

Om Ang brahma ya namah
Om Ung Wisnu ya namah
Om Mang Iswara ya namah
Om Ong Maha dewa ya namah
Om Ong sada rudra ya namah
Om Ong sada siwa ya namah
Om Om Padma sana ya namah
Om Ong dewa pretista ya namah.
Om hrang hring sah parama siwa aditya ya namah.

38. Amerti Karana Membuat Amerta ( Ambil sekar cemplungan ring sangku).
Om Am Siwa Merta Ya Namah
Om Am Sada Siwa Merta Ya Namah
Om Am Parama Siwa Merta Ya Namah
Om Am Ksama Sampurna Ya Namah

Om Kara Parama Jnanam
Amerta Damako Mukam
Sangka Spatika Warnanca
Kanta Mukla Saniaset

Amerta Warsata Tasmat
Dampatyeh Sanggato Jatam
Sarwangga Sandisu Yatah
Jiwitam Parikirtitam
Agni Prakerti Vidneyah
Bayu Purusa Evaca
Samyogam Jiwitam Vapi
Maranam Ca Viyogatah,Om Hram Hrimsyah Parama Siwa Merta ya Namah.

39. Mudra Buana Alit
Om ing isana yanamah
Om tang tat purusa yanamah
Om ang agora ya namah
Om bang bama dewa ya namah
Om sang htedaya ya namah
Om hang hredaya namah Om hrung kawaca ya namah
Om rinkaya sirasa ya namah
Om Bhur, bwah sware jwalini sikhaya ya namah
Om Hrum kawaca ya namah
Om bang netra ya namah, Om bang netra ya namah,
Om hung rahpat astra, amerta ya namah swaha.

40. Tri Tatwa Siwa.
Om siwa tatwa, om widya tatwa, om atma tatwa, om ang kang kasol kaya, om ksama sampurna ya namah swaha.

41. Akasa ( Ambil sekar cemplungan ring sangku).
Om Ang akasa byoma siwa tatwa ya namah, Om Parama siwa ya namah, Om sada siwa ya namah, Om maha dewa ya namah, Om sada rudra ya namah.

42. Nawa gangga ( Ambil sekar cemplungan ring sangku). 
Om hrang hring sah parama siwa amerta samplawa ya namah, Om sang narmada ya namah, Om sang sindu ya namah, Om sang gangga ya namah, Om sang saraswati ya namah, Om sang erawati ya namah, Om sang nadi gresta ya namah, Om sang nada sutem ya namah, Om sang garboda budaya ye namah, Om hrang ring sah parama siwa aditya yenamah.

43. Suara wianjana Nyasa. ( Ambil sekar cemplungan ring sangku).
Om ang namah, Om ing ing namah, Om ung ung namah, Om reng ring namah, Om leng ling namah, Om eng aing namah, Om ung namah, pom ang ah namah.

44. Lawa asta dala ( Ambil sekar cemplungan ring sangku).
Om brahma wicet swaha, Om maheswari wicet swaha, Om kaumari wicet swaha, Om wasnawi wicwt swaha, Om warahi wicwt swaha, Om cahudi wicet swaha, Om andrani wicet swaha, Om hrang ring sah parama siwa aditya ya namah.

45.Apadaku. ( Ambil sekar cemplungan ring sangku).
Om Ung rahphat astra ya namah, Om atma tatwa atma sudamam swaha, Om ksama sampurna ya namah swaha, Om sri pasupati Ung phat ya namah swahaOm sriam bawantu, Om sukam bawantu, Om purnam bawantu.
Om anantasana padma sana ya namah, Om Ong dewa pretista ya namah, Om hrang ring sah parama siwa aditya ya namah , Om I Ba Sa Ta A Om Ya Na Ma Si Wa, Om Ang Ung Mang
Om Ong Dewa pretista ya namah, Om hrang ring sah parama siwa aditya ya namah, Om Sa Ba Ta A I Om Na Ma Si Wa Ya, Om Ung Ang Mang Namah.

46. Catur Aswairya Yasa. ( Ambil sekar cemplungan ring sangku).
Om rim darmaya simba rupaya sweta warna ya namah, Om rim jnanaya simba rupayarakta warnaye namah, Om lim wairagya simba rupaya pita warna ye namah, Om lim aswarya
simba rupaya krisna warna ye namah.

47. Sapta resi ( Ambil sekar cemplungan ring sangku).
Om ang sarwa dewa byo namah, Am ang sapta resi byo namah, Om ang sapta pitri byo namah, Om Ang saraswati byo namah, Om Ang sukla ya namah, Om Ang bakti ya namah, Om Ang krisna ya namah, Om Ang jambi karana ya namah, Om Ang kang kasolkaya pretista, midya siwa gorba hordaya ye namah.

48. Astawa Gangga ( Ambil sekar cemplungan ring sangku).
Om Gangga saraswati sindu wipasa kausiki nadi yamuna mahati srestah serayunca maha nadi,
Om gangga dewi maha punyam, gangga selanca wedini, gangga terangga samyuktam, gangga dewi namastute, Ong sri gangga maha dewi tanu rama mretenji wani, Ong karak sara buwana, pada mertu manoharam, Om Ang Ung Mang gangga merta ya namah, Ong hring hring sah parama siwa aditya samplawa ya namah swaha, Ong Ang Ung Mang serayu pawutram, parami saraswatyaem, Trigad jnanam ye namah swaha, Ong tirtayem tirta pawitrem, gangga ranu toya banem, sukla dewa pasariram, sarwa karya pratistanam, Ong parama siwa tirta ya namah swaha.

49. Ngerajag Tirta Antuk Seet Limang Katih. (Aksara Ongkara)
Ong Sa Ba Ta A Ong Ya Na Ma Si Wa Ya, Ong Mang Ung Ang namah, Ong Sa Ba Ta A I Ong Na Ma Si Wa Ya Ong Ang Ung Mang Namah.
Takep ikang swamba Antuk Tangan Kalih
Om hrung kawaca ya namah
Ungkab tangane raris nungkayak
Om Ang Ung Mang Ang Ah
46. Daging tirta ( Ambil sekar cemplungan ring suamba).
Om hrang hring sah parama siwa aditya asamplawa ye namah, Om hrang ring sah parama siwa amerta samplawa ye namah, Ong narmada sindu gangga saraswati erawati nadi srestaya garboda yenamah swaha.

50. Kuta Mantra/nyembah( Ambil sekar cemplungan ring sangku).
Ong Hrang hring sah parama siwa aditya yenamah

51. Siwa Amerta ( Ambil sekar cemplungan ring sangku).
Ong Paramasiwa amerta ye namah. 

52. Ngerajah antuk sekar
Ong ang ung mang ong ing namah

53. Marisuda Angga/nyirat diri dengan kalpike
Om Atma tatwa atma sudamam swaha,
Om pretama suda, dwitya sudha, tritya sidha, caturti sudha, pancami sudha, sudha, sudha wariastu namah swaha..

54. Ngencebang Penyirat.
Ong jum sah osat siwa sempurna yenamah, Ong hrung kawaca yenamah..

55. Pasupati Tirta ( Ambil sekar cemplungan ring sangku).
Om Ong Ong Ong Ang yang triaksarem maha satyem trimala wina sanem Om Ang Tridewatem jayanem, Ong Dewa Namastute ye namah swaha. Ong Pasupaty bajra danda pasa cakra padma rudayemhangraksa rupayemye namah swaha.

56. Tirta puter ping tiga (puter pakai jari manis tangan kanan)
Ong akarasca ukarasca , makara windu nadakan pancak saram maya protam, Ong karakgeni mantrakem, Ong bur bwah swah swaha maha gangga ye tirta pawitrani ye namah swaha, Om hrang hring sah parama siwa amerta samplawa ye namah swaha.

57. Nyiratang tirta Murwa Daksina
Om Purwa ye namah, Om daksina ya namah, Om pascima ya namah, Om utara ya namah, Om madya dewayem ye namah, Om iswara ye namah, Om wisnu ya namah, Om brahma ya namah, Om maha dewa ya namah, Om sada rudra ya namah, Om siwa dewayem ya namah, Om dewa pretista ya namah, Om parama siwa pretista ya namah, Om sada pretista ya namah, Om siwa pretista ya namah.

58. Nyiratin ubun – ubun
Om I Ba Sa Ta Ha Sarwa Mala Pretista ya namah, Om Sa Ba Ta I sarwa papa pataka lara roga wigna prascita ya namah
Om A Ta Sa Ba I sarwa klesa dasa mala geleh pataleteh prascita ye namah swaha

59. BIJA
Om idam basmam parama guhyam, pawitra papana sanam, sarwa papa klesa wigna mala, roga dosa upadrawa wina sanam.

NGREMEKIN BIJA (Tutup dengan kedua tangan di depan pusat) 
Om bang bama dewa guhya namah, 

BIJA UDER ANTUK JARI MANIS TANGAN TENGEN
Om bur bwah swah amerta ya namah

60. Raris akna bija ring angga sarira
Obun-ubun : Om ing isana ya namah
Lelata : Om tatta purusa ya namah
Dada : Om ang agora ya namah
Bahu kanan : Om bang bama dewa ya namah
Bahu kiri : Om sang sadya ya namah

61. Makaro Wista


AKARYA TIRTA BAGIAN II
MEJAYA-JAYA TIRTA (TIRTA SWAMBA)
62. Nirtanin Bajra.
Om Rahphat astraya namah.

63. Ngasepin bajra
Om Ang Dupa dipa astra ya namah swaha

64. Nagingin Bajra kalpika
Om Ang Atma tatwa ye namah.
Om ung widya tatwa ye namah, Om Mang iswara tatwa ye namah (raris genahang ring bajra).

65. Ngastawa Bajra.
Om karam sada siwa stam, jagatnata hitang karah, abiwada wadanya, genta sabda prakasiata, Om kara parikirtitah candra roga windu nadantam, spulingga siwa tatwnaca, Om gentayur pujiata dewa abawa-bawa karmesu waradah labda sandeyah, wara sidir nir sangsayah.

Raris suarayang dengan cara
Bandul bajra di pentil kedepan dengan tangan kanan, dan tangan kanan berputar dari bawah bajra berputar ke dalam dan melewati mudra bajra, sampai tiga kali.
1. Mekler apisan (Om, Om, Om) 
2. Malih Maklener ping kalih (Ang, Ung, Mang) 
3. Mali maklener ping tiga (Om ang kasolkaya iswaraya namah swaha.) 

66. PENGAKSAMA
OM Ksama swamam maha dewa, Sarwa prani hitangkarah
Mamoca sarwa papebhyah, Phalaya siwa sadasiwa

Om papoham papo karmaham, Papa-atma papasam bawah
Tramimam pundarikaksah, Sambhahya byantara suci

Om ksantawyo kayiko dosah, Ksantawyo waciko mama
Ksantawyo manaso dosah, Tat pramadat ksama swamam

Om hinaksaram hina padam, Hina mantram tathaiwaca
Hina bhaktim hina vridin, Sada siwa namo stute

Om mantram hinam krya hinam, Bhakti hinam maheswara
Yat pujitam maha dewa , Pari purnam tadastume.

67. PANUGRAHAN
Om anugraha manoharam, Dewa datta nugrahakam
Arcanam sarwa pujanam, Namah sarwa nugrahakam

Om dewa dewi maha sidyam , Yadnyanta nirmala-atmakam
Laksmi siddhisca dirgahayu, Nirwighna sukha wredhis ca

68. APSU DEWA
Om apsu dewa pawitrani, Ga Gangga dewi namostute
Sarwa klesa wina saye, Toyane pari suddhaya te

Om sarwa rogha winasaya, Sarwa bogam ewap nuyat
Sarwa petaka winasaya, Roga dosa wina saya

Om sri kare sepahut kare, Roga dosa wina sanam
Siwa lokam maha yasta, Mantra manah papa kelah

Om siddhim tri sandhya sapala, Sekala mala malahar
Siwa amretha manggalanca Nadinindam namah siwaya

69. PANCAK SARAM
Om panca aksara maha tirtham, Pawitram papa nasanam
Papa kotti sahasranam, Aghandam bhawet sagaram

Om panca aksara parama jnanam, Pawitram papa nasanam
Mantramtam parama jnanam, Siwa logham pratisthanam

Om namah siwaya etyewam, Param brahman atmane wandam
Param sakti panca dewyah, Panca rsi bhawed agni

Om A karas ca U karas ca, Ma karo windhu nadakam
Panca aksara maya proktam, Omkara agni mantrake

Raris toya uder ping tiga dengan mantra ring kayun :
Om bhur bwah swah swaha maha gangga yai tirtha pawitrani ya namah swaha.

70. NGASKARA WEY/AIR SANGKU
Om hram hrim syah ksemung am um mam
Om svasti svasti ksering ksering
Ya Wa Si Ma Na I Ba Sa Ta A
Bhutih bhutih bhur bwah swah

Om Am IM Um Vyom mam vyom pim nem
Ong Ang Ing Ung vyong mang vyong ping neng

Om Om I A Ka Sa Ma Ra La Va Ya Um namo namah swaha
Om Om A Ra Ka Sa Ma Ra La Wa Ya Um namo namah swaha

Om Om deva pretista ya namah
Om hramhrim syah parama siwa aditya ya namah.

71. NUNTUN SAPTA GANGGA
Om am gangga ya namah
Om am saraswati ya namah
Om am sindhuwe ya namah
Om am wipasa ya namah
Om am kausikinadhi ya namah
Om am yamuna ya namah
Om am serayu ya namah

72. UDHAKANYALI
Om am kam khasolkaya ya namah
Om grim ksama karana ya namah

73. NUNTUN BEGAWAN GANGGA
OM SA BA TA A I NA MA SI WA YA AM UM MAM NAMAH
Om Om paramasiva sunya amtha ya namah
Om Om sada siva amrtha niskala amerta ya namah
Om Om sada rudra atiamrtha
Om Om maha dewa niramrtha ya namah
Om mam iswara para amtha ya namah
Om um wisnu antara amrtha ya namah
Om am brahma amrtha ya namah

74. SEKALA NISKALA SIWA
Om sekala niskala siwa
Om kara twam siva atmakam
Pancaksaram sapta omkara
Sarwa dewa atma nirwanam

Visesa at nalile
Penyatila civalaya
Silambara sosiana
Wiaptam sarwa jagatpatim
Para prajanca posyana
Kimcit sadagatam puram
Bindhu candra sagatam
Candra bindhu nadah siva

Om kimsinyam siva sarwaca
Omkara siwam usyate
Sarwa wise wimoktena
Trisandyam yah patenarah.

75. STAWA BATARA PRENAMIA
Om prenamia baskara dewam
Sarwa klesa wina sanam
Prenamia aditya sivartam
Bhukti mukti warapradam

76. NAGA SOMA
Ong gangga saraswati sindu, wipasa kausiki nadhi, yamona hati sresta, serayusca maha nadi.

Ong gangga dewi maha punyam, semertam menggalam, menggalam siva karianam, amertam setala dewam

Ong gangga rayan ta darmam, pawitram papa nasanan, sarwa wigna winasanca, yoma kapra bawantam.

Ong brahma wisnu iswara dewam,toyasanto to maha dewam, amertam setala dewam, gangga dewi nanamastute,sarwa tirta nama myaham, rudra pandita pasinam, nayawantam suba sadam, seta nugraha karanam, gurimun manama swamam, rudra dewata sisidam, yasa swanam buna wantam, banta nugraha karanam, tasatam nama sweminam, bawanam baktawat salam, buhya sama haru dewam, tumanah taya dyam nutyam.

Ong bayu bajra ya namah, Ong cakra sudarsana ya namah, Ong sri pasupati pasupataye yenamah swaha.

Ong toyem gandem samar payem ye namah
Ong satem samarpayem ye namah
Ong puspem samarpayem ye namah
Ong dupem samarpayem ya namah
Ong kang kasolkaya iswara ya namah swaha.

77. SRUTI GANGGA
Ong gangga, sindu, saraswati ,soya muna, god ware, narmada, kaweri, srayu, mahendra tanaya, carmanwati wenukem ,badra netra wati maha sura nadi, dyantan caya gandaki, purna punia jale samudra, sahitang krwantina menggalem

Ong gangga tirtem suklam maha jalam, dewa ityam namadem, gangga sucyem maha tamem, riya para nir bagenem saraswati iswarem.

Ong gangga sristam maha bawa, teri ranem murti muti hitang karem, dewa hera wisnu taya, paya payanem, masura sura mayem, sarwa ratna bah swarem, garboda hera dewa sya, yona mamya amikirtayed, dirgayusa mawapenuti, sang grama wijaya bawed.

AKARYA TIRTA BAGIAN III
TIRTA PANGLUKATAN (TIRTA KE PAYUK PENGELUKATAN)

1. Paungu Hyang Siwa Raditya (Puja Baerawi) 
 Humkara dyanta samrudram, Guhya sakti para dipanam, dipanam sarwa pujanam, Sarwa disi karam smertam.
Om Hum Hum Am Um Mam Gmum, Mam Um Am, Hum Hum Om namah swaha.

Namkara dyanta samrudram, namkarena widarbitam, amali karana mantram, sarwa mantrasu sidyam namah swaha.
Om nam Hum, nam hum nam hum, nam om namah swaha.

Humkara dyanta samrudram , humkarana widarbitam, etat supasya dewasya, bodanam parama smertham namah swaha.
Om hum hum gmum, hum hum om namah swaha, Om grim dewa arcana ya namah swaha.

Peketis
Om Pretama suda, dwitya suda, tridya suda, caturti suda, pancami suda, suda suda wariastu ya namah swaha

2. Ksipa Puja
Humkara dipanam mantra, namkara tiksnam mantra, dewarca dewa tarpanam, ghrim mantra tarpanam tatha.

Bhoktir laksana grhim mantram, grim mantram trepti karanam, ksama karanam ghrim mantram, ghrim mantram anugrahakam.

Anti esti siwa, Ghrim mantra, ghrim mantra, dewa samkarah namah swaha.

3. asta puja
Om grim mantram sarwa karmanam, Grim mantram japam arbet, gandaksatam ca grim mantram, ghrim mantram puspa dupanam.

Mano gandem manah puspam, mano dupam manah kryam, suddha sittam mano mamyam, dadya twayi maha brabam namah swaha namah swaha.

4. Undahkanyali gandaksata jangkep
Om kam kasol kaya ya namah, om grim ksama karana ya namah.

Om pam padya ya namah, Om am argha dwaja ya namah, Om jam jihwa suda ya namah, Om cam camani ya namah, Om ghrim siwa griwa ya namah.

Om sri gande amerta ya byoh namah, Om kum kumara wija ya namah, Om puspa danta ya namah.

Om agnir jyotir jyotir dupam samarpayami, Om surya jyotir jyotih dipam samarpayami.
Peketis siratin tirta
Om am sarwa dewa byoh namahswaha, om am sarwa resi byoh namah, om am sarwa pitri byoh namah, om am saraswati byoh namah.

Om siwa merta ya namah, Om sada siwa merta ya namah, om parama siwa merta ya namah.

Om ksemung siwa merta ya namah, Om ksemung sada siwa merta ya namah, Om ksemung parama siwa merta ya namah.

Om siwa tatwa, am widya tatwa, om atma tatwa ya namah.

5. Sambut Siwa Raditya
Om, Stambha meru pariwarta samasta lokam, Bimbhãdhi Dewa nicitaya wajikara ya
Jambor atiwa gagana ya samasta netram
Ambara bindu saranaya namo namaste.

Om, Diwyangsu murti Parameswara Bhaskaranam
Jyotih samudra pariraksitah natha naya
Bhuh sapta loka bhuwana traya sarwa netram
Aditya dewa sarana ya namo namaste.

Om, Kala ya kastha rawi Bhaskaranam bhaladewam
Bhaktya murti pariwarta su niskuta ya
Ratna ya ratna mani bhusita samyukta ya
Tailokya natha sarana ya namo namaste.

Om, Hrang, Hring, Sah, Parama Siwãditya ya namah.

6.Sambut Catur Weda Sirah
Om atah purusa weng narayana
Kameyatwam praja sri jayate
Parano jayate manasah sarwandriyeni
Khambayur jyoti rawah pratiwi

Wisanca daranam narayana
Etat dwadasa nityo rodro wasa wasa sarwani
Siddhiyanti sadewo sot patiyanti
Praliati etah reg weda sirodite
Jyayur Veda
Om arium atah nityo braha narayana
Sankarasca neveng narayana
Ditisca neveng narayana
Ukusca niveng narayana

Antabeso niveng narayana
Weng dwaya bhawiyanti
Niskalanco niranjano suddho dewa eko
Nivikalpo neveng narayana

Nakascit dangko tatwa mrtyam
Praja pata prja atwam
Gotpatyam tatwa mrtyam
Vesvuweti etat jyayur veda sirodite
Ksama Veda
Om arium manta jnanamwipara mama ita pascat
Eka ksara nama iti dewyah
Vaksara niveng narayana
Asta ksare pada madyatu

Apah mayura vesnuveti
Praja pate got patyam
Vesnuveti etatksama veda sirodite
Antarwa Veda
Om siwa surya sekala meragam
Nadha bindhu baskaram
Omkara meka ksaram
Kala agni ka suryam

Triaksaragam
Panca brahma dwijaksaram
Narayana saekak
Ari surya saetat

Praja pate sawitat
Garapate Uma rasyam
Sada siwa saetat
Antharwa veda sirodite.

7. Siwa Sutrem
Ong, Siwa Sutrem, Yadnya Pawitrem Pramem Pawitrem
Prajapati Joha Yusyem
Balamastu Tejo, Parangguhyem
Tri Ganem Tri Ganatmakem

Ari Om Koti Surya Prakasem
Candra Koti Hredayem
Iti Weda Mantra Gayatri
Matra-Matra Sadak Sare

Sarwa Dewa Pita Swayambu
Bargo Dewasya Demahi
Sangkepi, Petanganan

8. Jagatpati Astawa (Giri Pati)
Om giri pati dewa-dewi, Loka nata jagat pati
Sakti mantra maha wiryam, Adnyana watek siwat makam

Maha swara dibya caksu, Apadma nama namah
Gora-gora maha suksem, Ani dewa namo-namah

Maha rudra maha sudam, Sarwa papa wina sanam
Maha murti maha tati, Pasupati namu namah

Maha dewa sang karasca, Sambu sarwa bawastatam
Ma sura brahma indrasca, Isana siwa ya namah.

9. BRAHMA ASTAWA
Om namaste begawan agni
 Namaste begawan hari
Namaste begawan isa
Sarwa baksa huta sana

Ong triwarna bagawan agnir
Brahma wisnu maheswarah
Santikam paustika caiwa
Raksanem cabi carikem

Ong anun canam kertam lokam
Sau bagyam priya darsanam
Yah kincitsarwa karyanam
Sidir ewanca sancayah
Ong Ong brahma dipataya namah swaha
Pelukatan (Bunga Dimasukkan Ke Payuk)

10. Mantran Buhu
Ong, Sweta Tirtancayo Nityem
Pawitrem Papa Nasanem
Sarwa Roga Pracamanem
Sarwa Kali Kalusa Ya Namo Namah Swaha
Ong, Rakta Tirtanca, Kresna Tirtanca
Sarwa Tirtanca Ya Namo Namah Swaha

11. Om sidi guru srong sarasat sarwa vigna ya namah, sarwa klesa, sarwa satru , sarwa papa winasaya namah swaha.

12. Om wisnu-wisnu rahada triyada, sri wisnu praja pate kesetra, waraha kalpa pratama carane, kala yuga kala masa, kala tita yuganatsatra nitaya, wadaki pala prapti kamanaya, sarwa prayasitam kasisyam, sobhagiam astu tat astu swaha.

13. TIRTA KAMANDALU;
Om tirta kamadalu
kumucurmaring biyuh akasa
winadahan kendi manik,
maka uriping dewata nawa sanga,
luir dewata kabeh,
angelukat angelebur lara roga wigena,
papa petaka
Kalukat kelebur denira sang hyang amurwa pawitra sanjiwani
Om nama siwa dudaya nama swaha.

14. PENGLUKATAN BUDHA
Om janarjana mahawiryam, nadi tirthanta graha yate, Om gangga saraswati sindhu, wipasa kausiki, nadi, yamuna hatasrestah, serayuca, maha nadi. Om wisnawa nadi tirta, papa pramudyatam , namasta ksawa sarwa, tirta janarjana ya namah swaha.

15. PENGLUKATAN SIWA
Om brahmanam brahma murtinam, brahma wisnu murti wiryam, siwa sada siwa mrtham siwa loka pratistanam. Om dwijendra purwanam siwam, brahmana purwa tistanam, sarwa dewa maseriram, pawitram tirta manggalam.

16. PENGLUKATAN BRAHMA
Om sayem brahma, sayem wisnu, sayem maheswara, nirwidyam sayem, nirwidyam sayem, bhokta dewamaheswara, sarwa buta winasaya, tat purusa bhuta wina saya, sarwa dosa arcanam ya namah swaha.

17. SARWA BALIKAM
Om sarwa balikam prthwi brahma, wisnurmaheswarah (anakaing) dewa putra sarwada sarwa mastu ya namah swaha, Om samprajanam sarwada suddhamalah,. Sudharogah sudhadanda patakah suddhaighnam suddhah, sekala (wiraning) dosa mala suddhadanda upata Om wayu putra tubyam ya namah swaha.

8. GANA PATI ASTAWA
Om Ganapati rsi putram
Buktyantu weda tarpanam
Buktyantu jagat trilokam
Suda purna sariranam

Om sarwa wisya winasanam
Durga durgi pati
Marana mala murcyate
Tri wristi pangupa jihwa

Om gangga uma stawa sidi
Dewa gana guru putram
Sakti wiryam loka sryam
Jayate laba nugrahakem

Ong astu astu ye namah swaha

9. DIRGAYUR BALA WERDI
Om dirgayur bala wrda sakti karanam, mertyun jayam sa swastam, rogadi ksaya kusta dusta, kalusam candra praba baswarem.

Hrim mantramca catur bujam trinayana, wyilo pawitam siwam, swetan ca mrta madi yagam, suka karanjiwa ksaya wyang sakem.

Swatambaruha karniko pari gatam, dewa suraih pujitam mretyu krodabalam maha kerti mayam, karpura reno prabem.

Twam wanda waradaya bakti saranam, prepyam maha pras tumaih santam, sarwa gatam niratam abawam, butat makam nirgunam.

Sreda bakti kertam wimukti karanam, wyoktam jagat daranam, muli banda kirita kundala daram caitanya dusta ksayam.

Wabda mretyujitam saja pyo maraho mantra di dewa hari, Mukta twem jagat twem, samadi setatan caitamya dusta ksayan.

Ong mretyun jaya sya dewa sya, yona mani anukir tayet, dirga yusa mawapnoti, sanggrama wijaya bawet, Ong sidirastu tatastu astu swaha.

10. MERTYUN JAYA
Om mretyunjaya sye dewa, yona mami anukirtayet, dirgayusa mavapnoti sanggrama vijaye bhawet

SIRATIN TIRTA SUAMBA KE PAYUK PENGLUKATAN DENGAN TIRTA YANG ADA DI SANGKU (mantram)
Om atma tatwa atma sudamam svaha
Om pratama siddha, dwitya sudda, tritya sudda , caturty sudda , pancamy sudda
, sudda, sudda, sudda wariastu.

Om am sarwa dewa bhyo namah swaha
Om am sarwa rsi bhyo namah swaha
Om am sarwa pitri bhyo namah swaha

Om om sivamrtha ya namah
Om om sada siwamrtha ya namah
Om om parama sivamrtha ya namah

Om ksemung sivamrtha ya namah
Om ksemung sada siwamrtha ya namah
Om ksemung parama sivamrtha ya namah

Om sri gandes amrtha bhyonamah swaha
Om kum mumara wija ya namah swaha
Om puspa danta ya namah swaha

Om agnir jyotir jyotir dupam samarpayami
Om surya jyotir jyotih dipam samar payami.
Om siwa tattwa, Om vidya tattwa, Om atma tattwa ya namah swaha.

Ayu werdi
Ambil bunga
Om ayu werdi yasa werdi, werdi pradnya suka sriya darma sentana werdinca santute sapte werdayam.

Sembah Pemuja
Jawat meru stitho deva
Jawat gangga mahetale
Candrako gagana yawat
Tatwa wijaya bhawet

Sabda yang dipuja
Om dirgahayur astu tatastu astu
Om awignam astu tatastu astu
Om subhamastu astu tatastu astu
(Bunga dipentil ke depan)

Percikkan tirta sangku ke semua mata angin (Pakai Rahpat astra)
Ong ung rahphat astra ya namah
Ong atma tatwatma sudamem swaha
Ong ong ksama sampurna ya namah swaha. Ong sri pasupataya ungphat
Ong sryam bawantu
Ong sukam bawantu
Ong purnam bawantu


Bagian III
NGASTAWA BANTEN PENGRESIKAN (BANTEN AREPAN)
Terlebih dahulu dilakukan pengastawa :
1. Nyuciang eteh-eteh
Ong jala sidi maha sakti sarwa sidi maha tirta, siwa tirta manggalaya, sarwa papa winasanam ya namah swaha.

2. Nguripang banten
Pukulun paduka batara tarpini ledang paduka batara anyusup ring wewantenan, mijil sanghyang tiga murti hyang sakti angirip sahananing wewantenan, mijil sanghyang guru reka, angreka sw raja karya kabeh muputakna sahananing tata cara upakara.

3. Puja Banten Byakawon ,
Om antiganing sawung
pangawak sanghyang galacandu
sagilingan pangilanganing mala papa pataka
Om bang bama dewa ya namah

Om dewa bayu angiberaning lara roga wigna
Om sah wausat merta ya namah suaha
Om sang buta nampik mala, sang buta napik lara, sang buta nampik roga
Undurakna sakwehing lara roga wigna
Om ksama sampurna ya namah

4. Puja Durmanggala ,
Om mertyun ca rakta mara ya, Sarwa rogna upadrawa
Papa mertyu sangkara , sarwa kala kalika syah wigraha ngawipada

Susupne durmanggala, papa kroda wina saya
sarwa wigna wina saya namah

5. Puja prayascita
Om prayascita karoyogi, Catur warnan wicantayet
catur wastrante puspadiyam, Hagora byaktat watanam
Om hagora-hora byo namah suaha
Ukupata saharsam naksatram dosa samiutam
Grehayuna sira warsam cumayet soda kali ksamam
Cata samiat stiti wiadah sang jato te janah
Usci nascet parikinah
Prayascita suci bawet.

6. Puja Pangulap ,
Pakulun sanghyang sapta patala, sanghyang sapta dewata, sanghyang wesrawana, sanghyang trinadi panca korsika Sanghyang premana mekadi sanghyang urip sira amagehaken ri stananira soang-soang, pakenaning hulun angweruhi ri sira hande raksana den rahayu urip waras dirga yusa sang inanbian muang sang inulapan, Om sirirastu ya namah suaha.

7. Puja Toya Tabah,
Om asucirwa sucir wapi
Sarwa karma gato piwa
Citrayet dewam isanam
Sarwayem biantara suci

8. Puja TepungTawar;
Ambil tepung tawar sedikit disebarkan ke depan, sambil mengucapkan mantram;
Om sang sajnana aptata sastra, tepung tawar amunahi sagawu kanglung, suraken sebel kandel gagodan sang namu sang kala lara roga baktamu, Om peras bungkah tusta-tusta terus tekeng par.

9. Puja Tebus
Ambil tebusr sedikit disebarkan ke depan, sambil mengucapkan mantram;
Om purna candra, purna bayu
Den kadi langgengin surya candra
Tetep bayu premana ring raga
Waknan ipun ana akane pala boga
anganti-anti sabda rahayu
Om sah osat merta ya namah suaha

10. Puja Lis
Sebelum mengucapkan mantra lis terlebih dahulu dikasi Bija, bunga, Tepung tawar, Tebus dan Dupa; astra mantra
Om Ung rahphat astra ye namah swaha
Om pakulun sang hyang janur kuning pangadegan nira tumurun batara siwa ring merca pada, kina baktianing dening jadma manusa, nir roga nuir upa drawa sarwa mastu, Om pretama suda, dwiya suda, tritya suda, caturti suda, suda, suda, suda wariastu ya namah suaha.

Setelah selesai baru dilanjutkan dengan melakukan pengresikan ke banten dan masing-masing pelinggih.

Dane Jero mangku mengiringi dengan puja :
Penyucian prelingga, pelinggih dan banten
Om Om panca maha baya, purwa desanca bajra senjatania, sida anglukat anglebur sakwehing panca yadnya, Om sri ya namu namah swaha

Om Om panca maha baya, daksina desanca danda senjatania, sida anglukat anglebur sakwehing mala patakaning panca yadnya, Om sri ya namu namah swaha
Om Om panca maha baya, pascima desanca naga pasa senjatania, sida anglukat anglebur sakwehing mala patakaning panca yadnya, Om sri ya namu namah swaha

Om Om panca maha baya, utara desanca cakra senjatania, sida anglukat anglebur sakwehing mala patakaning panca yadnya, Om sri ya namu namah swaha

Om Om panca maha baya, madia desanca padma senjatania, sida anglukat anglebur sakwehing mala patakaning panca yadnya, Om sri ya namu namah swaha

BAGIA IV
NGAWIT NGEMARGIANG UPACARA MANUSA YADNYA

ASTAWA DEWA (untuk manusa yadnya mapag/tiga bulan dan otonan yang perlu diambil adalah)
surya
tiga guru
astawa brahma
kawitan
tiga wisesa
sanghyang kumara

Upasaksi yadnya
Om pakulun paduka batara siwa,sada siwa, parama siwa, mekadi sang hyang tiga guru wisesa, sang hyang akasa muang ibu pertiwi, sanghyang surya candra lintang tranggana mekadi sanghyang trio dasa saksi kaki begawan penyarikan, nini begawan penyarikan, kaki citra gotra, nini citra gotra, kaki samantara, nini samantara, kaki penyeneng nini penyeneng, kajenenga den nira sanghyang tiga wisesa, kasaksinin dening sanghyang trio dasa saksi, kawarunugraha dening sanghyang wesrawana manusannira handa sih warunugraha, manusanniran hangaturaken banten piodal ri paduka batara, pada kenak hyun paduka batara anodya, hanyaksinin, hamuputaken saturan manusanira akedik kang sun hangaturaken, gung pamilakunya, hamilaku kadirgayusan, ledang paduka batara wehana warunugraha, dumugi tan kena hila-hila muang upadrawa denira sanghyang sinuhun, Om sidirastu ya namah swaha.
Dilanjutkan dengan astawa

A. NGASTAWA SANG CATUR SANAK
Om pukulun kaki siwa gotra, nini siwa gotra sira hangatag sanak ingsun kabeh, lwirnya meraga dewa buta kala mekabehan, mekadi sang angga pati, meraja pati, banaspati, banaspati raja, babu abra, babu lembana, babu sugyan, babu kakere, mwah I sair, I makair, I mokair, I salabir, hakona metu kabeh, mabersih, alukat mapeningan, atepung tawar pareng lawan sanak kira den rahayu, Pma Poma Pma.
Sakwehing sang numadi olih lanang olih wadon, satekaning pangempun ipun, mangda bersih dening tirta dewa batara muang werdi putra listu hayu, Om ayu werdi ........................

B. NGASTAWA BAJANG
Om sang kursika sang garga sang metri sang kursya sang pretanjala, I malipa I malipi, pinaka bapa bajang babu bajang, Bajang toya, bajang dodot, bajang simbuh, bajang julit bajang yuyu, bajang bajang sapi, bajang kebo, bajang papah, bajang kalong, bajang bungseng mwang sakwehing ingaraning bajang, wusing pada amukti mulih te kita maring desan nira.
Syah syah syah

C. NGHASTAWA JEJANGANAN
Om pukulun kaki hamng nini hamong, babu banglong, babu abra, babu sinang, babu maranak, babu anjuroni, babu anungkurat, babu wisesa, babu dadukun sabumi, babu gadbyah, babu surastri, babu suparni, ingsun handa sih kreta nugrahanira, handa hanganjangani si bajang bayi, iki tadah sajin nira, liwe kacang satingkeb lawan jangan sangiyu, minawi wenten kirang luput ipun, den agung ampurane manusan nira, enak te kita pada amukti sari lawan sanak kira kabeh, alit kang sun hangaturaken, agung kang sun haneda, handa hangluarana sakuehing si bajang lara roga wigna, sanut sangkala, danda upadrawa ipun, balikna wongen dena becik, sampun sira mebengin, sampun sira hanyetut, sampun sira hanggites, balikan sira hamongan dena becik, sungana henaking amangan, enaka aturu enaka haong hamngan, katekana jejaka, warasa dirga yusa pari purna.
Om sidirastu ya namah swaha.

D. NGASTAWA PENGAMBIAN
Pukulun sanghyang sapta petala,sanghyang sapte dewata, sanghyang wesrawana, sanghyang trinadi panca korsika, sanghyang premana mekadi sanghyang urip, sira amagehaken ri stanan nira sowang sowang, pakenaning hulun hangeweruhi ri sira, handa raksanan den rahayu, urip waras dirga yusa sang inambian.
Om sidir astu ya namah swaha

E. NGASTAWA SAMBUTAN
Om Pakulun kaki sambut nini sambut, tan edanan sambut agung, tan edanan sambut alit yan lunga mangetan mangidul mangulon mangelor bayu premana mwah atmanya si bajang bayi tinututan dening prewatek dewata nawa sanga , pinayungan kala cakra, pinageran wesi, tuntun ulihakna maring awak sariran ipun si bajang bayi.
Om sang bang tang ang ing nang mang sing wang yang ang ung mang Om

F. NGASTAWA SOROHAN
Pukulun sanghyang siwa catur muka dewa byuha, sira te bhagawan ratangkup, sira tapukulun, angeseng lara rga, mekadi ipyan hala, sot sata gempung muksah hilang tan pasesa, den nira snghyang siwa picatur muka dewa byuha.
Om sidir astu ya namah swaha.

G. NGASTAWA TETEBASAN/BAYA
Om nada samodaya, sama anada gana, sama lakwa, dulur atiya angruwate dasa mala sang tinebas tetebasan prayassita.

Sakluiring lara roga wigna, papa klesa sang tinebasan prayasita, sumalaka ring sanghyang biksantari.

Om sanghyang malilang angruwate mala,
Om sang bang tang ang ing nang mang sing wang yang ang ung mang.
Om suksme rahphat ya namah swaha.

H. PUJA NEBUSIN SANG RARE
Om pakulun kaki semaya nini semaya, hulun aminta angliwat aken semayan ipun sang rare, luput akna saking danda upadrawa lara roga lara roga.

Iki tadah sajin nira, aja sira anyengkalen sang rare, apan sampun kajenengane den kaki citra gotra nini citra gotri.

BAGIA V
PUJA BANTEN

1. Puja Banten Sesayut
OM Sangkepaning pramanta, Negara sya muniwantam, Dewa samsthita yogante, Brahma Wisnu Maheswaram, OM Pujasya mantrasya, Tri-aksara maha kodratam, Brahmangga murcage yuktam, Siwangga mantra matmakam, OM Panca bhuwana tattwan ca, Asta dewa dalan bhawet Dewa samsthita yogante, Brahma Wisnu Maheswaram

2. Pegramped Penganteb Banten
Ong ang kara dyanta sang rudhem, angkarana widharbitam,tarpanam sarwa pujanam, prasidantu sidi namah swaha.

Ong ang ang ang ung mang gmung mang ung ang ya namah swaha.

Dewati
Ong dewati taya sarwayem, nistula wapi, dewa sanggaya dewanem etbyah tat namo swaha.

Guhyati
Ong guhyati guhir goptawi gryhya papa kretah mama sidir bawantu tasyaha trowi karanggama siwanem.

3. Ngadegang Dewa Ngider Buana
Om iswara purwantu dewam, geneantu maheswara, brahma daksinantu dewam, nirityamtu ruda dewam, pascimantu mahadewa, wayabyamtu sangkara dewam, utarantu wisnu dewam, Ersaniantu sambu dewam, Madaya adah siwa dewam, madya sada siwa dewam, urdah parama siwa dewam, sarwa dewa muktyantu, Om hyang sri dewa dewi maha amerta ye namah swaha.

4. Ngadegang dewa nyatur buana Ring Bebanten,
Om Ang Brahma rakta warna saraswati dewya bhyo namah swaha
Om Ung wisnu kresna warna shri dewiya bhyo namah swaha
Om Mang iswara sweta warna uma dewya bhyo namah swaha
Om Om rudra pita warna durgha dewya bhyo namah swaha
Om Om shri guru jagat paduka byo namah swaha

4. Malih Ngingkupang Dewa Bhatara Sanghyang Ring Guru Dewa
Om Ang Ung Mang Siwanatha warna giri putri dampatya namah swaha

5. Tri Buana,
Om parama siwa tangguyam , Siwa tatwa pariyanah
Siwa sya prenatanityam, Candis caya namastute

Om newidyem brahma winusca, Sarwa boktra maheswaram
Sarwa wiadi nalabatyem, Sarwa karya pasidantam

Om Jayarti jaya mapnuyat, Yasarti jaya mapnoti
Sidi sakala mapnuyat, Paramasiwa labatyam
Om Nama siwaya namo namah swaha

5. Astawa Maha Dewa, (Indik Ngastawayang Banten lebeng matah, Melakar aji busung kuning lan Selepan)
Om Tang tat purusa yawid mahi nama siwaya
Ludraya tana, ludraya pracodayat
Gora byoh gora, tara byoh catah
Mapi byoh namah, isana sarwa widyanam
Brahnudi pati brahmam
Sadiata papa, dyami jata ya wenamah
Ong Bang Bang bama dewa ya namah
Dwastaya namah, ludra-ludraya namah
Kala ya namah, sarwa buta ya namah swaha.

6. Malih Mapuja
Om kara dhyanta sang rudram , Guhyam sakti pradipanam
Tarpanam sarwa pujanam, Prasidyantu astu siddhinam

Sakaram nyan maha amrta, Omkara candram nyante namah
namah nadha omkara amrta, Boktayet dewa sampurna

  Om hyang amuktiaken sari, Om hyang pratama hyang
Sama hyang atinggala sari amerta hyang
Om sidhi hyang astu ya namah namah swaha.

7. Srapat-srapat
Ong srapat-srapat byoh namah swaha
Ong mertangga byoh namah swaha
Ong rik kecarik byoh namah swaha
Ong sri byoh namah swaha

8. Penganteb Suci
Om pawitra pawitrah, Sarwa karma gato piwak
Citrayet dewam isanam, Sarwayem biantara sucih

Om Namasta bagagawan Agni, Namasta bagawan wisnu
Namasta bagawan isa, Sarwa baksa utama sanam

Om kara bagawan brahma, Sawa yakem maha temahatekem
Om kara bagawan wisnu, Sarwa karya hatu takem

Om namasta bagawan ingsah, Sarwa suci nirmala
Pras-pras prayo janam, Sarwa mika ani tyam

Om paramasiwa tangguyam , Siwa titiram prya yatnam
Siwa sya pranata nityam , Canes nayem namastutyem.

9. Pula Gembal
Om swta baran nityam dewi
Swerta warna nola panam
Sweta puspam priam dewi sri-sri tamo saraswati
Om Rakta baran nityam dewi
Rakta warna nola panam
Rakta puspam priam dewi sri-sri tamo saraswati
Om Pita baran nityam dewi
Pita warna nola panam
Pita puspam priam dewi sri-sri tamo saraswati
Om Nila baran nityam dewi
Nila warna nola panam
Nila puspam priam dewi sri-sri tamo saraswati

             Nganteb Banten Sor

10. Bebangkit,
Om bamasta bhagawan agni
Namaste bhagawan Hare
Namaste bhagawan Isa
Sarwa baksa huta sana

Triwarna baghawan agnir
Brahma, wisnu, Maheswarah
Santikam paustikam saiwa
Raksanam chabi sarira

Om arya dika maha sidi sarwa karya maha nirmala ya namah.

Ong batara Durga , batara gana batara brahma, sang yama raja, sang pulung, sang gudug basur, sang buta kala ulu singa, sang daitya, sang raksasa sang wil, sang dewa yuci sakti, mapupul ta kita kabeh tingalin caru ning ulun dari kita, Om Sang Bang Tang Ang Ing Nang Mang Sing Wang Yang Namah
Om durga bucarya namah
Om kala bucarya namah
Om sarwa buta manaya namu namah swaha
Ngayabang banten Ke Luhur,
Om dewa buktam maha sukam, Bojanam parama semertam
Dewa baksiam maha tustam , Boja laksana karanam swaha

Om buktyantu sarwata dewa, Buktyantu trilika natah
Saganah sapariwarah, Sawargah sadasi dasah
Ong tesukerti maha trepti, betara sih betara kah etesem sarwa widianem, tratah srayan bawantute.
Ong guru rupem sadnyanem, guru nama japet pada guru tarem tapem dewam, benasti-benasti dini-dini.
Ngayabang banten ke sor, Termasuk bantensor treptepan
Om buktyantu durga katara, Buktyantu kala maweca
Buktyantu sarwa butanam, Buktyantu pisaca sanggyam

Om durga bucarya namah, Om kala bucarya namah
Om buta bucarya namah swaha

Om sredah-sredah robyo namah swaha, Om amertangga robyo namah swaha, Om hrik kacarik robyo namah swaha, Om sri robyo namah swaha.

Gelar Sanga,
Pakulun sang yama raja, iki tadah sajinira, jangan sekuali muang gelar sanga, sajeng saguci tan sinaringan, tumuru sang hyang yama raja pada suka ya namah,
Om durga bucarya namah
Om kala bucarya namah
Om buta bucarya namu namah swaha

PERAS
Om wisnu-wisnu rahada triyada, sri wisnu praja pate kesetra, waraha kalpa pratama carane, kala yuga kala masa, kala tita yuganatsatra nitaya, wadaki pala prapti kamanaya, sarwa prayasitam kasisyam, sobhagiam astu tat astu swaha.

Om eka wara, dwi wara, tri wara catur wara sarwa pras prasida rahayu
Panca sembah

BAGIAN VI
PANGILENIN SANG RARE

1. NGENTEGANG PANGULAP RING KEPALA SANG RARE
Sanghyang atma pemargante ring tuntungin rambut, melinggih ring angga sariranta, maring gigirin tok.

2. NGILENIN SANG RARE DENGAN BANTEN DI AREPAN LESUNG, SEPERTI BYA KAON dll. 
a. tepung Tawar
b. Bya kaon. Mantram
Om brahma, wisnu, iswara, ingsun aneda nugraha widhi anglepas aon ipun sang ingupakara ri dewata tiga, anyuda letuh ipun, lepas malan ipun kabeh, teke suda, teke suda Om siddirastu tat astu swaha.

c. Isuh-Isuh
Om sanghyang taya tanpa netra, tanpa cangkem, tanpa karna, sanghyang taya taya jati sukla nirmala, sira angisuh-isuh sarwa dewata angilangaken sarwa buta, dengen, kala ring sarwa te kabeh, undur doh kita sarwa buta, kala, dengen, ring padha batara kabeh aja kari masenetan ring manusa kebeh, nyah kita saking kulit, daging ring walung ring sumsum mantuk ta kita ring janur jipang sabrang melayu. Om am nama siwaya swaha.

d. Taluh
Om antiganing sawung pangawak sanghyang galacandu sagilingang, kalisakana lara roga mala pataka kabeh, Om sah osat namah, Om bam bama dewaya, batara angiberaken lara roga papa klesa, mala wignane sarwa dewa-dewine kabeh, Im sriyawe namo namah swaha.

d. PANGLUKATAN DI LESUNG
Natab banten ring lesung:
Ih si bajang susila si bajang wekin helung sire ri tadah sajin nire , apan kita angawe hala hayu, hulihakna atmaning jadma ne manih, haja sira mwah maniwastu pukulun sida rahayu, seger oger urip warasa dirga yusa, tunggunen rahina dalu minawi kirang tadahan nira den agung ampurane si bajang bayi, Om sidir astu ya namah.

Ngelinderin lesung,
Hangiderana sawawu pada sawasu, anak kira si tunggul ametung, putun nira si kalang jarak, sira anak anaking balogo, ingsun anak anaking pusuh, sira anak anaking pusuh, ingsun anak anaking antelu sira anak anaking antelu, ingsun anak anaking watu, sira anak anaking watu, ingsun anak anaking manusa.

e.TURUN TANAH
Om pakulun kaki citra gotra nini citra gotra, hulun aminta nugraha, nurun aken sang rarering lemah turun ayam ameng ameng, sarwa kencana sri sedana, katur ring bhatari amengkurat, batari wastu, batari kedep, ki uturan ipun sere hasta, amreta urip waras dirgayusa, tan keneng geget wewedinan, asungana urip teguh timbul abujangga kulit, akulit tembaga, aotot kawat, awalung wesi, anganti atungked bumbungan, awates awatumakocok, mulih aken premanannya sang jabang bayi.

e. NGLUKAT DI SEMER
Om gangga meneng mijil saking pertiwi, ingsun minta pamunah papa, mala petaka lara rogha paripurna, Om sidhir astu tat astu ya namah swaha.

Om gangga sapta jiwa ya namah, Om gangga mili ya namah, Pakulun sanghyang widhi wasa, kekadi sanghyang wisnu, hulun aminta sih kertha wara nugraha sang rare manawi ketepuk ketegak olih sarwa buta kala, manawi kari ring sumur agung, naweg angantuk akna bayu premanan ipun ring raga walunania, ulih anebus ring sira sanghyang bhatari gangga pati, Om sryam bawantu, purnam bawantu, sukham bawantu , Om sidir astu tat astu namah swaha.

Catatan : Pane berisi air, tipat yuyu, lele, gelang tangan dan kaki, si bayi dimandikan dan anak-anakan semua ikut. Selanjutnya bayi di tutup dengan guungan pada saat masih di ember.

f. NGLUKAT MATEKEP GUUNGAN
Om brahma wisnu iswara dewam, tri purusa sudat makam, tri dewanam tri murti tri lingganam, sarwa wigna winasanam.

Om pita warna maha dewam, mretha pita purna jiwam, wighnam klesa winasanam, sarwa roga wimoksanam.

Om kresna ratna wisnu dewa, kresna tirta maha punyam, sarwa durga wina sanam, sarwa buta, wimoksanam.

Om siana rupham ratna pranam, sangkara dewam sangglinggam, gangga marupa pawitram,sarwa dusta winasanam.

Om ratna birna rupam, sambu dewamngarcanam, mreta sudha mala purnham, sarwa pataka winasanam.

Om nawa ratna rupha dewam, surya koti pre praba swaram, ciwatma siwa murthanam, sarwa wigna wina sanam.

Om sarwa papa sarwa klesa, sarwa satru sarwa boyo winasanam, Om pratama suda dwitya suda tritya suda caturty suda pancami suda sudha sudha astu tat astu namah swaha, Om pretiwi apah bayu teja akasa pretiwi, sangkaning ganda mulih sangkaning pretiwi.
Apah rasa apah, bayu embek bayu, teja rupha teja, akasa sabda akasa, jangkep ikang panca tan matra, sidhi panglukatan pangeleburan sarwa mala ring rat
bhuwana kabeh.

g. Malukat dengan kukusan (bisa di ambil puja asta pungku)
Om asta pungku dangascarya, siwamrta batara siwa angluaraken lare wetu salah wedi katadah kala, kamarga baya, katoya baya, kageni baya, kacatur loka pala baya.

Yan ana lare wetu salah wedi, wuku sinta, gumbreg, prangbakat, bala wayang klau, dukut watugunung,
Kinambuhin lumbung, kinambuhin sangar makabehan, ketiban ceraki tahun, ceraki lemah, untu kalembu, keapit kala upata ila-ila

Inyuking lemaring tirta mandi-mandi
Om ayeng kluarana batara siwa
Om sidir astu tat astu ya namah swaha.

Om lukate sira buta kala dengen sumurup maring buta kala kalika, lukat sira buta kala kalika sumurup maring dewi durga, lukat sira dewi durga sumurup maring dewi uma, lukat sira dewi uma sumurup maring batara guru, lukat sira batara guru sumurup maring sanghyang tunggal, lukat sira sanghyang tunggal sumurup maring sanghyang tan paharan, ia juga sanghyang sangkan paran sira sida anglukat anglebur sakwehing tri mala, panca mala, dasa mala satus pataka ring rat buana kabeh.

Om ayu werdi yasa werdi, werdi pradnya suka sriya , darma sentana werdinca, santute sapte werdayah.

Yawat meru stiti dewah yawat gangga ma hitale, candrake gagana yawat, tatwa wijaya bawet.

Om dirgayur astu tat astu swaha,Om awignam astu tat astu astu, Om subamastu tat astu swaha.

Om sryum bawantu, purnam bawantu, sukam bawantu, sapta werdih astu tat astu swaha
Dilanjutkan dengan Membersihkan dengan Benang, dengan mantram
Om Hangebeg hangereng, hangelod dasa mala ipun ring arep, yan papa ring kawah hangelebur kawahmuksah hilang japa mantra sakti, lepas hyang iswara hangenteg hyang ibu pertiwi , kageseng dening batara brahma, kahanyud dening batara wisnu, katiba maring segara, katanggap dening sanghyang baruna.

NATAB
PRASCITA (di antar dengan mantram prayascita)
PENGULAP (diantar dengan mantram pengulap)
Nyambuti dengan Tebus kalong, tangan kuping,siwa dwara

Mantram Tebus Kalong
Ong Anebus Atma, Hanuntun sabda bayu idep, ring bawa kiwa tengen, Om atma pari purna ya namah, Om jiwita pari purnaya mnamah, Om sarira paripurna ya namah.

D. Mejaya-jaya (Pakai mantram mretyunjaya)
E. Natab banten

NATAB KUMARA
(Pakai pangastawa sanghyang kumara)
NATAB BANTEN SAMBUTAN (Di treptepan)
Om pakulun kaki praja pati, nini praja pati, kaki samantara nini samantara, kaki citra gopta, nini citra gopta, ingsun handa hanugrahanira, handa anyambuti si bajang bayi, menawi kari wenten premana mwang atman ipun anganti ring pinggirin samudra, ring telengin udadi, mwah ring sangkan paranya, sambut hulihakna maring raga walunane si bajang bayi, sida pepek pari purna maring awak sariran ipun si bajang bayi.
Om sidir astu ya namah swaha.

Om Pakulun kaki sambut nini sambut, tan edanan sambut agung, tan edanan sambut alit yan lunga mangetan mangidul mangulon mangelor bayu premana mwah atmanya si bajang bayi tinututan dening prewatek dewata nawa sanga , pinayungan kala cakra, pinageran wesi, tuntun ulihakna maring awak sariran ipun si bajang bayi.
Om sang bang tang ang ing nang mang sing wang yang ang ung mang Om.

F. Peras (Pakai mantram peras, dilanjutkan dengan merobek/nyerit peras)

- DILANJUTKAN DENGAN NGASTAWA JAGATNATA
- ANUGRAHA.
- SIMPEN GENTA
- NEWALIYANG 

UPACARA DILANJUTKAN DI KEMULAN
II. Upacara Pawetonan dilakukan di sanggah kemulan.

I. Mengenai banten di sanggah bisa dipuput/anteb sekaligus pada saat nganteb banten di treptepan atau banten mapag/ tapi untuk kita seorang pemangku banten disanggah sebaiknya puput di sanggah. Mengenai dudonan pengantem sama dengan ngantem banten di treptepan, namun pengastawa bajang, puja nebusin sang rare tidak usah diambil. Habis dipuja bantennya baru dilanjutkan dengan kegiatan dibawah ini.
Catatan : jangan lagi ngastawa tirta , langsung lukat banten pengresikan dan dilanjutkan dengan mereresik.
1. Habis Nganteb banten otonan lalu dilanjutkan dengan ngilenin rare sebagai berikut :
a. Bersihkan dulu dengan tepung tawar
c. Mapetik

1. MAPETIK
a. mantram gunting, Om yata wya sakel panem suci ikesuna anindih papa klesa winasa syat bangkara mantramutamam.
b. Cincin, Om eng tejo sakal panem suci katri mahasidi, papa klesa winasa syat takara mantra utamam.
c. Seet mingmang, Om sri kusa sri kusa widnyanem pawitrem, papa nasanem, papa klesa wina syat mantra utamam
d. Menggunting rambut di depan, Om sang sadya ya namah, hilanganing papa klesapataka.
e. Sebelah kanan, Om bang bama dewaya namah, hilanganing lara roga wigna.
f. Sebelah kiri, Om ang hagora hilanganing gering sasab marana.
g. Di belakang, Om tang tat purusa ya namah hilanganing gagodan satru musuh.
h. Di tengah, Om ing hinasa hilanganng sebel kandel sang pinetik.

2. MASOSOL BEBEK DAN AYAM
Itik
Om sang garuda haraning cucukan, mala patake nira sang diyusan heberakna maring akasa 3x,
masosol tiga kali ring siwa dwara dan gidat.
ayam
Om om syum syum syum sata wana haraning cucukan, cucuakna dasa mala upa drawan nira sang diniyusan, heberakna maring segara gunung.
Ring dada masosol

3. PUNGU-PUNGU
Om agnia nira batara siwa, enggon ingulun hangeseng lenbur lara roga nira sang diniyusan, Om hrung kawaca ya namah.
Pungu-pungu diputar tiga kali di atas ubun-ubun lalu entegang di kepala, Om ang hredaya ya namah.
Diputar lagi sama, Om gang ganda mada ya namah.
Diputar lagi sama, Om mang mala wantunya namah, Om mang maha meru ya namah.
Naik turun dari kepala sampai mulut, Om bhur, Om bwah, Om swah.

NATAB LINTING
Om agni murub angabar abar, saking madya sakalangan, urubira geni ira batara siwaanglukat, anglebur sakwehing sungsung bayu pati sang rare.

4. Tebus kalong, tangan kuping,siwa dwara
Mantram Tebus Kalong
Ong Anebus Atma, Hanuntun sabda bayu idep, ring bawa kiwa tengen, Om atma pari purna ya namah, Om jiwita pari purnaya mnamah, Om sarira paripurna ya namah.

5. Nyaluk gelang
PAKAI GELANG, KALUNG DAN PUPUK
1. Gelang kaki
Om padma sana ya namah, mang ung ang, Om dewa pretista, ang ung mang, Om pratama suda dwitya sudha tritya suda caturty sudha pancami suda sudha sudha sudha astu tat astu ya namah swaha

      2. Gelang tangan
Om karasana ya namah, mang ung ang, Om dewa pretista, ang ung mang, Om pratama suda dwitya sudha tritya suda caturty sudha pancami suda sudha sudha sudha astu tat astu ya namah swaha

3. Kalung
Om Om dwarasana ya namah, Utpeti mang ung ang namah,
Om Om dewa pretista namah, stiti ang ung mang namah, pratama suda dwitya sudha tritya suda caturty sudha pancami suda sudha sudha sudha astu tat astu ya namah swaha

6. Mejaya-jaya
7. Makaro wista (Dimantrai dengan puja karo wista)

8. Mebakti
1. Tangan Puyung
2. Surya
3. Kawitan
4. Anugraha
5. Dewa suksma
9. Natab banten

1.NATAB BANTEN SAMBUTAN
Om Pakulun kaki sambut nini sambut, tan edanan sambut agung, tan edanan sambut alit yan lunga mangetan mangidul mangulon mangelor bayu premana mwah atmanya si bajang bayi tinututan dening prewatek dewata nawa sanga , pinayungan kala cakra, pinageran wesi, tuntun ulihakna maring awak sariran ipun si bajang bayi.
Om sang bang tang ang ing nang mang sing wang yang ang ung mang Om

2.NATAB BAYA
Om nada samodaya, sama anada gana, sama lakwa, dulur atiya angruwate dasa mala sang tinebas tetebasan prayassita.

Sakluiring lara roga wigna, papa klesa sang tinebasan prayasita, sumalaka ring sanghyang biksantari.

Om sanghyang malilang angruwate mala,
Om sang bang tang ang ing nang mang sing wang yang ang ung mang.
Om suksme rahphat ya namah swaha.

3. NATAB SESAYUT PAGEH URIP
Om sanghyang premana mekadi sanghyang urip, ingsun aneda nugraha sanghyang widhi, urip waras dirga yusa, Om apah teja bayu akasapretiwi jiwatmanampramanam, Om dirgyur jagat amerta, sarwa merana wimurcitam, Om sudha sudha sudha, Om ang ahamreta sanjiwani ya namah swaha.
Natab ke rai
Om atma pari purna ya namah, Om jiwita purna ya namah, Om sarira pari purna ya namah, Om suka bagya pari purna ya nmah, Om siwa amreta ya namah, Om parama siwa amreta ya namah swaha.

5.NATAB PERAS


PUPUT PARIKRAMANING UPACARA MANUSA YADNYA

Lampiran:
#SESAYUT SIWA GURU (Ida Bhatara Hyang Sinuhun) :

Medasar antuk dulang, duwur nyane susunin antuk aled sesayut, duwur nyane susunin antuk wastra putih, beras putih masasahan, base tampelan 1, jinah 11 keteng, duwur nyane susunin antuk tumpeng gde asiki, muncuk tumpenge medaging taluh bebek lebeng 1, tulung urip 2, Sesanganan, raka-raka sejangkep nyane, ulam nyane ayam putih mulus mapanggang, penyeneng alit (tahenan) 1, pras alit 1, sampyan nagasari, canang pahyasan 1. Sesayut puniki ka-atur ring Ida Bhatara Hyang Sinuhun.


#SESAYUT DHARMA WIWA

Medasar antuk dulang, duwur nyane susunin antuk aled sesayut, duwur nyane susunin antuk penek agung 1, penek tapak 4, medasar antuk beras putih, jinah 11 keteng, kawangen 4, sekar kuning 4 katih, sesanganan, raka-raka sejangkep nyane, sampyan nagasari, canang pahyasan penyeneng alit ( tahenan) 1, pras alit 1.