Kamis, 01 Mei 2025

RAHASIA SUKSES MENGHADAPI GODAAN BHUTA KALA

RAHASIA SUKSES MENGHADAPI GODAAN BHUTA KALA DALAM RANGKAIAN HARI SUCI GALUNGAN DAN KUNINGAN
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba

Hari Raya Galungan dan Kuningan merupakan momen sakral bagi umat Hindu, khususnya di Bali. Perayaan ini bukan sekadar ritual, tetapi perjalanan spiritual untuk mencapai kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan). Di balik kemeriahan persembahyangan, tersimpan makna mendalam tentang perjuangan manusia dalam menghadapi berbagai godaan yang dilambangkan oleh Bhuta Kala: I Bhuta Galungan, I Bhuta Dungulan, dan I Bhuta Amangkurat.

Tiga Bhuta Penggoda

Menurut lontar Sundarigama, tiga manifestasi Bhuta ini adalah simbol dari sifat-sifat buruk yang menggoda manusia:

1. I Bhuta Galungan: lambang keserakahan dan kesenangan duniawi. Ia menggoda kita dengan kenikmatan sesaat yang menyesatkan.


2. I Bhuta Dungulan: lambang kesombongan dan ego tinggi. Ia hadir dalam bentuk keangkuhan yang membuat manusia lupa diri.


3. I Bhuta Amangkurat: lambang ambisi kekuasaan dan pengaruh. Ia menjerat manusia lewat keinginan mendominasi dan merasa paling benar.



Ketiganya hadir secara simbolik dalam hati dan pikiran manusia menjelang dan selama Hari Galungan, menggoyahkan niat suci dan keteguhan iman.

Kunci Menghadapi Godaan: Pengendalian Diri

Kemenangan melawan Bhuta Kala bukan dicapai dengan kekuatan fisik, melainkan melalui kekuatan batin. Mengendalikan hawa nafsu, menjaga ucapan, dan menahan amarah adalah langkah awal menuju kemenangan Dharma.

Sloka Sansekerta berikut memberikan petunjuk luhur:

इन्द्रियाणि जयं नित्यं जीवो जयति सत्वरः।
indriyāṇi jayaṁ nityaṁ jīvo jayati satvaraḥ

Transliterasi:
Indriyāṇi jayaṁ nityaṁ, jīvaḥ jayati satvaraḥ.

Makna:
Barang siapa yang mampu menaklukkan indranya (panca indera), dialah makhluk yang benar-benar menang.

Sloka ini mengajarkan bahwa musuh terbesar manusia bukanlah orang lain, tetapi dirinya sendiri — keinginan, ego, dan nafsu yang tak terkendali. Dalam konteks Galungan dan Kuningan, kemenangan spiritual sejati adalah saat kita bisa mengalahkan Bhuta Kala yang ada dalam diri kita.

Tuntunan dari Lontar Sundarigama

Lontar Sundarigama menekankan bahwa menjelang Galungan, umat Hindu wajib melakukan tapa brata dan yoga semadi. Ini dilakukan bukan hanya untuk penyucian lahiriah, tetapi juga batiniah. Melalui puasa kata, puasa rasa, dan puasa pikiran, umat diajak mengasah keteguhan spiritual.

Sebagaimana tertulis dalam lontar:

> "Sang kala titiang nyujur ring atma, lamun tan mamargi dharma, sampun kalah lawan adharma."



Artinya:
Kala (waktu atau energi negatif) itu berada dalam diri. Jika tidak menempuh jalan Dharma, maka kita telah kalah oleh Adharma.

Penutup: Perayaan yang Bukan Hanya Seremonial

Mari jadikan Hari Raya Galungan dan Kuningan bukan sekadar perayaan seremonial, tetapi momentum introspeksi dan perbaikan diri. Menahan ego, mengendalikan ucapan, dan menjauhi perilaku buruk adalah bentuk kemenangan sejati.

Dengan mengalahkan Bhuta Galungan, Bhuta Dungulan, dan Bhuta Amangkurat dalam diri, kita layak disebut sebagai Manusia Menang — pemenang Dharma yang sesungguhnya.


---

Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan
Semoga kita semua mampu menjaga kesucian pikiran, perkataan, dan perbuatan menuju kehidupan yang harmonis dalam naungan Dharma.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar