Jumat, 02 Mei 2025

Makna Teologis Dulang Segi Empat

Makna Teologis Dulang Segi Empat dan Perlengkapan Tata Lungguh Pinandita Wiwa Saat Mapuja

Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba

Pendahuluan

Dalam tradisi Hindu di Bali, mapuja merupakan kegiatan sakral yang dilakukan oleh Pinandita Wiwa (rohaniwan) untuk menyampaikan puja stawa kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan manifestasi-Nya. Salah satu aspek penting dalam pelaksanaan mapuja adalah tata lungguh atau pengaturan tempat duduk serta piranti-piranti suci yang digunakan. Dulang segi empat adalah alas utama yang menjadi tempat perlengkapan upakara Pinandita. Bentuknya yang segi empat memiliki nilai simbolik yang kuat dan terkait dengan ajaran Weda.


---

1. Sloka Sansekerta tentang Kesucian Tata Lungguh

> Sloka Sanskerta:
चतुरस्रं पवित्रं स्यान्मण्डलं देवपूजनम्।
धर्मे स्थितं तत्रैव ब्रह्मतेजो निवर्तते॥



> Transliterasi:
Caturaśraṁ pavitraṁ syān maṇḍalaṁ devapūjanam |
Dharme sthitaṁ tatraiva brahmatejo nivartate ||



> Makna:
"Yang berbentuk segi empat adalah suci, menjadi mandala dalam pemujaan kepada dewa. Di dalamnya, dharma bersemayam dan cahaya Brahman (kebenaran ilahi) berdiam."



Sloka ini menegaskan bahwa bentuk segi empat (caturaśra) dalam konteks spiritual melambangkan keseimbangan empat arah utama dan empat elemen dasar kehidupan. Oleh karena itu, dulang segi empat digunakan sebagai pusat pemujaan, tempat segala unsur pemujaan ditata secara suci dan simetris.


---

2. Makna Teologis Dulang Segi Empat

Empat sisi dulang melambangkan:

Catur Lokapala: penjaga arah mata angin.

Catur Yuga: empat zaman kehidupan.

Catur Purusha Artha: dharma, artha, kama, dan moksha.


Permukaan datar melambangkan kesadaran murni (cit) tempat segala energi dikonsentrasikan saat pemujaan berlangsung.



---

3. Tata Lungguh dan Makna Piranti Suci

Berikut adalah unsur-unsur perlengkapan yang diletakkan di atas dulang segi empat beserta makna simboliknya:

A. Sangku tempat tirtha
Air suci sebagai pemurni jiwa dan lambang Saraswati.

B. Tempat dupa
Media penghantar doa ke alam niskala.

C. Tempat bija
Simbol benih spiritual dan kesucian niat.

D. Tempat air cendana
Aroma suci penyejuk pikiran dan roh.

E. Tripada tempat gentha
Tripada Tatakan gentha = Tri Murti: Brahma, Wisnu, Siwa.

F. Sesirat
Tali pengikat kesadaran dan lambang kekuatan niat.

G. Tetabuhan
Minuman persembahan untuk bhuta kala.

H. Canang pengateb
Persembahan bunga sebagai pengharmonis energi.

I. Jinah lekesan 33
Simbolisasi 33 Dewa-Dewi utama dalam Weda.

J. Tempat bunga/sekar manca warna
Lima warna bunga = Panca Dewata.

K. Payuk pangkukatan
Tempat pengolahan niat dan pemurnian bhuwana.

L. Alas duduk suci
Simbol kesiapan, kerendahan hati dan kebersihan lahir-batin.

---

4. Filosofi Kesatuan dan Kesucian

Tata lungguh bukan sekadar pengaturan posisi, melainkan bentuk ritualisasi ruang di mana setiap sudut memiliki fungsi dan energi spiritualnya sendiri. Dulang segi empat menjadi pusat dari mandala bhuwana alit (alam mikro) yang memvisualkan bhuwana agung (alam makro).


---

5. Penutup

Penggunaan dulang segi empat oleh Pinandita Wiwa saat mapuja bukan hanya warisan tradisi, melainkan realisasi ajaran Weda dalam wujud ritual. Segala piranti dan tata lungguh yang digunakan memiliki nilai filosofis dan teologis mendalam, yang menghubungkan manusia dengan semesta, dan semesta dengan Sang Hyang Widhi.

> "Darma memancar dari keseimbangan, keseimbangan lahir dari keteraturan, dan keteraturan dimulai dari kesucian tata lungguh."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar