TIDAK BERWUJUD SEHINGGA SAMPAI SAAT INI BELUM ADA WUJUD PATUNG DARI TUHAN.
Tuhan yang di dalam agama Hindu merupakan Acintya (tak terpikirkan oleh akal manusia) melalui Nyasa (simbolisme) wujud-Nya dapat dihayalkan menurut fantasi manusia. Melalui Nyasa inilah idealisasi untuk tidak terhayalkan. Sifat rahasia karena esensi-Nya diluar kemampuan pikir manusia ia tersembunyi dalam kabut rahasia pengetahuan manusia. Sifat-sifat rahasia itu dipikirkan ke dalam bentuk Nyasa dengan cara-cara simbolis yang disebut Maya Sakti.
Mencapai yang tak terpikirkan sangat sulit bagi kita yang terbatas ini. Sedangkan wujud-Nya tak tergambarkan, karena pikiran tak mampu mencapai-Nya dan kata-kata tak dapat menerangkan-Nya. Didefinisikan pun tidak mungkin, sebab kata-kata hanyalah produk pikiran hingga tak dapat digunakan untuk menggambarkan kebenaran-Nya. Karena Tuhan itu sifatnya Acintya (tak terpikirkan dan tak berwujud). Sehingga kita membutuhkan simbol dan makna dari fungsi Tuhan itu sendiri untuk memudahkan pemahaman.
Tuhan yang gaib disimbolkan dengan berbagai-bagai simbol. Ia disimbolkan dengan gambar dan aksara. Dewa Brahma disimbolkan dengan aksara Ang, Wisnu dengan aksara Ung dan Siwa dengan aksara Mang. Apabila simbol dari ketiga Dewa tersebut digabungkan, maka akan menjadi AUM yang dibaca "OM" yang merupakan simbol suci agama Hindu. OM adalah lambang Tuhan Yang Maha Kuasa. Lambang-lambang juga kita jumpai dalam berbagai upakara yajna. Dasar pemujaan kepada Tuhan adalah bhakti. Bhakti itu direalisasikan dalam beraneka macam cara dan bentuk. Barang siapa yang bhakti kepada-Nya akan diberkahi. Aksara suci OM ini juga disebut Pranawa Mantra, yaitu intisari dari semua mantra yang biasanya diucapkan untuk memulai pengucapan mantra-mantra lain. Pranawa Mantra sangat disucikan oleh Pendeta dan umat Hindu secara menyeluruh.
Karena Tuhan tidak terjangkau oleh pikiran, maka orang membayangkan bermacam-macam sesuai dengan kemampuannya. Tuhan Yang Tunggal itu dipanggilnya dengan banyak nama sesuai dengan fungsinya. Ia dipanggil Brahma sebagai pencipta, Wisnu sebagai pemelihara dan Siwa sebagai pemralina (pelebur). Banyak lagi panggilan-Nya yang lain. Ia Maha Tahu, berada di mana-mana. Karena itu tak ada apapun yang dapat kita sembunyikan dihadapan-Nya. Orang-orang menyembah-Nya dengan bermacam-macam cara pada tempat yang berbeda-beda. Kepada-Nyalah orang menyerahkan diri, mohon perlindungan dan petunjuk-Nya agar ia menemukan jalan terang dalam mengarungi hidup ini.
Tuhan Yang Maha Kuasa juga disebut " Hana Tan Hana" yaitu wujud yang ada tetapi tidak ada. Karena kita tidak mampu melihat wujud Tuhan. Namun sebenarnya Tuhan itu ada. Beliau disebut Sang Hyang Acintya artinya Tuhan tak dapat dibayangkan oleh manusia.
Tuhan itu tidak nampak oleh mata, namun dirasakan, diyakini ada, seperti nafas di dalam tubuh kita sendiri. Ia ada namun, bagaimana rupanya?
Sampai saat ini belum ada wujud patung dari Tuhan atau Brahman atau Sang Hyang Widhi, karena Beliau sifatnya Acintya (tak terpikirkan dan tak berwujud) yang ada adalah patung dari sinar suci Brahman (Tuhan) yang disebut dengan Dewa.
Patung Dewa-dewi itu menandakan bahwa fungsi Tuhan yang disebut Dewa berasal dari kata "DIV" yang artinya sinar. Sinar inilah yang digambarkan sesuai dengan fungsi Beliau.
Tuhan menurut Hindu itu tidak laki maupun tidak perempuan dan juga tidak banci. kita tidak bisa mengukur Tuhan yang bersifat tidak terbatas dengan ukuran-ukuran yang terbatas. Laki, perempuan dan banci itu hanya ukuran makhluk nyata dan terbatas. Ukuran itu hanyalah untuk membantu manusia dalam memahami sesuatu yang abstrak dan tak terbatas. Sebenarnya kekuatan hakikih Tuhan itu adalah Purusa dan Prakerti. Maka Tuhan juga dikatakan sebagai Ardhanareswari.
Sifat-sifat dan karakter Tuhan itu sangat banyak. Kalau dalam kenyataan bahwa kisah Dewa dalam Hindu ada laki atau perempuan itu hanyalah metode awam untuk menjelaskan sesuatu yang abstrak. Malah dalam Upanisad dikatakan bahwa Tuhan itu Neti-neti yang artinya bukan ini dan bukan itu. Atau Tuhan itu jauh tetapi juga dekat. Tuhan itu memenuhi segala ruang. Tuhan bersifat Wyapi Wyapaka, meresapi segala. Tidak ada suatu tempatpun yang Beliau tiada tempati. Beliau berada di sini dan berada di sana. Tuhan itu ada dimana-mana.
Tuhan dipuja dalam manifestasi-manisfestasi tertentu sesuai dengan keinginan pemujanya (bhakta). Dewa-dewa yang dipuja dan ingin dihadirkan saat pemujaan tersebut disebut Ista Dewata. Banyaknya sebutan bukanlah cermin politheisme. Seperti halnya seseorang mempunyai sebutan lebih dari satu, misalnya sebutan di rumah, di kantor, di masyarakat, nama kecil, nama samaran, dan sebagainya bukanlah berarti orangnya banyak, melainkan hanya satu.
Pada bangunan pelinggih Padmasana ini berwujud niskala, gaib, parama sukma, parinirmala sehingga tidak lagi diwujudkan dalam bentuk nyasa-nyasa, seperti arca, lingga, dan sebagainya. Ini juga disebut Acintya Puja tidak lagi Murti Puja.
Satyam Eva Jayate.
Dharma Raksati Raksitah.
OM Shanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar