Seperti halnya Itihasa, maka Purana memiliki beberapa manfaat:
Pertama. Pustaka (literary significance), dari sudut pandang pustaka, kitab-kitab Itihasa dan Purana mengandung makna yang sangat penting. Hampir semua rakavi (pengarang) sangat tergantung dan mendapat inspirasi dari karya tersebut. Barangkali semua karya Sansekerta juga termasuk Jawa Kuno, tidak ada yang terlepas dari karya tersebut. Semua karya tidak terlepas dari karakter Itihasa dan Purana.
Kedua. Sebagai ensiklopedi, Mahabharata sebagai bagian dari Itihasa dan Purana merupakan ensiklopedi abadi, dan merupakan ensiklopedi hari atau masa tertentu seperti halnya ensiklopedi dewasa ini. Di dalamnya ditemukan semua pengetahuan dan sains pada masa yang amat tua (relevan hingga kini), hukum, pandangan hidup, sejarah, mitologi, fable dan legenda, kepercayaan (agama) yang sangat popular, tradisi dan praktek kehidupan sosial, doktrin-doktrin tentang pengetahuan umat manusia dan ajaran suci.
Di dalamnya juga terdapat bagaimana cara dan seharusnya hidup sebagai manusia, kebahagiaan keluarga seperti pula spiritual. Seorang akan kagum, semuanya tersebut dalam satu teks.
Sungguh karya ini merupakan teks-teks sangat besar penuh uraian tentang berbagai hal, mitologi, pedoman tingkah laku, agama, dan budaya. Dr. Winternitz menyatakan manfaat sebagai berikut: “Kita menemukan dalam karya sastra suci yang agung dan menarik ini berbagai hal demikian berkaitan, lagu-lagu kepahlawanan dengan deskripsi pandangan mata tentang perang yang berdarah, pandita “rakavi” yang sangat budiman, yang menekankan berbagai hal tentang pendidikan, juga filsafat, ajaran agama, hukum dan ajaran spiritual yang penuh kebijaksanaan, cinta kasih terhadap kemanusiaan dan semua ciptaan-Nya”.
Dengan tegas bahwa kitab-kitab tersebut merupakan eksiklopedi, sejarah nasional, dan sekaligus dokumen sosial keagamaan pada masa itu.
Ketiga. Sejarah (historical significance). Data yang diungkapkan dalam karya sastra di atas juga amat penting bagi penyusunan sejarah. Hal ini dapat dibuktikan dari silsilah raja-raja seperti Candravamsa yang menurunkan Pandawa dan Kaurava. Mereka merupakan keturunan dari dinasti Kuru yang hidup di India Utara ribuan tahun yang silam.
Keempat. Kebudayaan (culture significance). Kitab Mahabharata (seperti halnya Ramayana) merupakan kitab yang sangat penting dari sudut pandang kajian budaya. Merupakan potret yang asli dari kebudayaan dan peradaban yang disiapkan oleh kitab Mahabrata dan karya sastra suci lainnya.
Kelima. Agama (religion significance). Kitab Mahabrata, yang merupakan salah satu dari kitab Itihasa juga Purana India disebut sebagai Weda yang ke-5.
Keenam. Sosial (sosial significance). Kitab Mahabrata juga Ramayana adalah kitab-kitab yang di dalamnya mengandung ilmu-ilmu sosial. Permasalahan sosial yang berkaitan dengan moralitas, etnik, pendidikan, seksualitas, pandangan psikologi dan sebagainya yang dikaji secara mendalam.
Ketujuh. Politik (politik significance). Di dalam Mahabrata dan Ramayana terkandung ilmu pengetahuan tentang ekonomi dan politik. Kedua ilmu tersebut dikaji dengan baik. Di dalam Santiparwa, dijelaskan bagaimana pemerintah memiliki moralitas agama yang kuat. Sungguh mengejutkan di dalam kitab tersebut diuraikan dengan pikiran dan pengetahuan yang mendalam tentang ilmu politik dan ekonomi pada masa itu.
Taktik dan strategi memenangkan perang merupakan satu karakteristik yang unik dan alami. Hal itu ditunjukkan secara praktis untuk membangkitkan kesadaran seseorang tentang kebenaran, penghargaan kepada wanita, tugas dan kewajiban masyarakat menurut profesi (warna) dan lain-lain.
Kedelapan. Geografi (geografi significance). Di dalam Mahabrata dijumpai ilmu pengetahuan tentang geografi. Di dalam Vanaparwa dijelaskan secara panjang lebar tentang topografi India (juga di luar India) tentang sungai-sungai, gunung-gunung, dan tempat-tempat suci untuk Tirtayatra.
Kesimpulannya kitab Mahabrata dapat dikaji dari berbagai sudut pandang ilmu pengetahuan (Dr.O.N. Bimali dan Isvar Chandar dalam Dutt, 2001:X).
Kitab-kitab Purana mempunyai peranan dan manfaat yang sangat besar dalam khasanah Weda dan susastra suci Hindu. Purana merupakan penjabaran dari ajaran suci Weda, karena itu kedudukan Weda sebagai sumber pertama ajaran Hindu sedangkan Weda selalu menjadi rujukan bagi kitab-kitab Purana. Walaupun cerita-cerita yang dikandung dalam kitab-kitab Purana sudah ada ketika sabda suci Weda ditulis dalam huruf devanagari oleh para Maharsi di masa yang silam.
Demikian pula seperti halnya hubungan kitab-kitab Purana dengan kitab suci Weda, maka kitab-kitab Purana juga berkaitan dengan susastra suci Hindu lainnya seperti kitab-kitab Dharmasastra, Manawa Dharmasastra, juga kitab-kitab Darsana karena di dalam kitab Purana juga dijumpai ajaran filsafat.
Purana juga disebut sebagai salah satu sumber hukum Hindu, karena kitab-kitab ini juga merupakan satu rujukan yang amat penting dalam menegakkan hukum Hindu. Kitab Purana disusun atau diceritakan kembali oleh Suta (story teller) di masa yang silam praktis merupakan rujukan yang sangat penting dan memiliki peranan yang sangat penting bagi peminat susastra suci Hindu (Ida Weda Nanda/Titib, 2004:6).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar