𝙋𝙖𝙨𝙪𝙠 𝙬𝙚𝙩𝙪𝙣𝙞𝙣𝙜 𝙆𝙖𝙣𝙙𝙖 𝙋𝙖𝙩 𝙧𝙞𝙣𝙜 𝙨𝙖𝙧𝙞𝙧𝙖𝙣𝙩𝙖
𝙋𝙖𝙧𝙖 Dewa menyatakan kekuatan-kekuatan alam.
Iswara menyatakan angin, Brahma menyatakan api, Mahadewa menyatakan tanah, dan Wisnu menyatakan air
Namun, walaupun di dalam agama Hindu, termasuk di dalam ajaran Kanda Pat Dewa ini. Dikenal banyak Dewa, bukanlah berarti tidak mengakui adanya asas Ketunggalan. Seperti yang sudah dijelaskan dimuka.
“Hanya satu Tuhan Yang Maha Esa orang arif bijaksana menyebutnya dengan banyak nama”.
Selain itu, di dalam doa-doa para Arya Weda kita menemukan kecenderungan untuk memuliakan Dewa-Dewa yang dipuja. Seperti, bila Dewa Wisnu atau Dewa Brahma yang dipuja, maka Dewa-Dewa tersebut memiliki segala atribut dari Yang Maha Tinggi, atau Tuhan Yang Maha Esa. Pandangan ini jelas menyangkal adanya kejamakan para Dewa. Akan tetapi, walaupun hanya ditekankan satu Ketuhanan, berulang-ulang sejenis trinitas (trimurti) diakui pada Brahma, Wisnu dan Siwa. Sementara Brahma adalah prinsip penciptaan, Wisnu adalah pemelihara dan Siwa pelebur. Diantara para Dewa Weda, Wisnu dan Siwa terus bertahan, dan agama Hindu tanpa Wisnu dan Siwa bukanlah Agama Hindu. Akhirnya, dengan serangkaian perkembangan Wisnu dan Siwa disamakan dengan Brahman dalam kitab-kitab Upanisad.
Dalam sebuah Upanisad ada suatu kutipan yang menarik perhatian sebagai berikut :
“Para Dewa senang tersamar sedemikian rupa dan tidak menyukai yang menonjol”.
Banyak sarjana yang tidak memperhatikan kalimat esoterik ini. Dan bila anda memahami makna kalimat tersebut, anda akan menjadi Manusia setengah Dewa sakti manderaguna. Artinya, bila anda ingin berhasil menguasai ajaran Kanda Pat Dewa ini, anda harus memiliki semangat, murah hati, sabar, welas asih, bijaksana memiliki sifat berkeadilan dan bertoleransi. Jauh dari keberadaannya sadhana, dan filsafat merupakan pengalaman spiritual.
Dalam Kanda Pat Dewa, simbolis dan kebenaran, esoteris adalah suatu permainan kecerdasan yang sangat indah dan mempesona.
Pelajaran tentang Kanda Pat Dewa mempunyai kesulitan yang sama seperti pesonanya. Mempesona karena beragam keberadaannya. Sulit karena ia merupakan lambang atau symbol.Inilah ajaran Kanda Pat Dewa yang bermula dari ajaran Kanda Dewa, yang disebut sebagai
"sanak Dewa, ne melingga ring Gedong Kusuma, Ida meraga Sang Hyang Siwa"
Dari Sang Hyang Siwa inilah, kemudian lahir Dewa-Dewa yang lainnya. Seperti, Sang Hyang Rwa Bineda, Sang Hyang Tiga Sakti, Sang Hyang Panca Dewa, Dewa Nawa Sangga dan sebagainya. Semua itu adalah merupakan pamurtian atau manifestasi dari Siwa sendiri.
Pada waktu kita lahir ke Dunia ini, maka pada saat yang sama lahir pula Sang Hyang Tiga Sakti. Beliau Sang Hyang Tiga Sakti, amor ring Buwana Agung, kemudian dipuja oleh semua makhluk di Dunia. Beliau bersthana di Pura Desa, Pura Puseh dan Pura Dalem, dalam konsep Tri Kahyangan Desa. Yang tidak lain adalah Siwa sendiri dalam trinitasnya sebagai Brahma, Wisnu dan Siwa. Bila melayang-layang di ambara beliau berwujud Sang Hyang Agni atau Brahma, dan yan sira amarga ring soring pretiwi, beliau berwujud Sang Hyang Wisnu. Di dalam angga sariranta beliau melingga ring bayu, sabda lan idep.
Buwana agung dan Buwana alit
Ketika anda akan menelusuri ajaran Kanda Pat Dewa, maka yang harus anda pahami lebih dahulu adalah pengertian tentang Buwana agung dan Buwana alit.
Buwana agung adalah jagad Dunia, alam semesta raya, dan Buwana alit adalah “hati nurani” yang tersimpan di dalam diri manusia. Namun demikian, walaupun disebut Buwana alit sesungguhnya ia adalah Buwana agung.
Mengapa bisa demikian?
Karena Buwana Alit, yang berada pada kedalaman hati nurani manusia akan menggenggam Buwana Agung. Sebab, meskipun kelihatan kecil, tetapi hati manusia sebenarnya seluas langit dan Bumi. Dalam istilah Balinya “sing ada gedenan teken keneh”, tidak ada yang lebih besar dari keinginan manusia.
Termasuk dalam ajaran Kanda Pat Dewa ini. Karena apa yang ada di Buwana agung, akan kita jumpai pula di dalam Buwana alit. Seperti Dewa Nawa Sangga misalnya, ada di Buwana agung, berarti ada juga di Buwana alit. Sebab, pada hakekatnya Buwana agung dan Buwana alit adalah tunggal.
Beginilah keberadaan para Dewa di Bhuwana alit, ring angga sariranta, mantra:
Om Bhatara Iswara, ring purwa prenahira, rupanira putih, kayangan nira ring papusuh, senjatanira Bajra. Merunira tumpang lima, babahanira ring kuping tengen, wetunira ring idep.
Om Bhatara Maheswara (Mahesora), ring Gneyan prenahira, rupanira dadu, kayangan nira ring paparu, senjatanira Dupa, merunira tumpang kutus, babahanira ring kuping kiwa, wetunira ring cita, lintiran tan salah cita.
Om Bhatara Brahma, ring Daksina prenahira, rupanira bang, kayangan nira ring ati, senjatanira Danda (Gada), merunira tumpang siya, babahanira ring mata tengen, wetunira ring panon, lintiran tan salah panon.
Om Bhatara Rudra, ring neriti prenahira, rupanira kuning, kayangan nira ring ungsilan, senjatanira Moksala, merunira tumpang telu, babahanira ring mata kiwa, wetunira ring tutur.
Om Bhatara Mahadewa, ring Pascima prehanira, rupanira kuning, kayangan nira ring ungsilan, senjatanira Nagapasah, merunira tumpang pitu, babahanira ring irung tengen, wetunira ring sabda.
Om Bhatara Sangkara, ring wayabya prenahira, kayangan nira ring limpa, senjatanira Angkus, rupanira gadang, merunira tumpang besik, babahanira ring irung kiwa, wetunira ring ambek.
Om Bhatara Wisnu, ring utara prehanira, rupanira ireng kahyangan nira ring ampru, senjatanira Cakra, merunira tumpang papat, babahanira ring cangkem, wetunira ring pangwangan.
Om Bhatara Sambu, ring ersanya prenahira, rupanira biru, kayangan nira ring ineban, senjatanira Trisula, merunira tumpang nem, babahanira ring pamungkar, wetunira ring bayu.
Om Bhatara Siwa, ring Madya prenahira, rupanira Mancawarna, kayangan nira ring tumpuking ati, senjatanira Padma, merunira tumpang solas, babahanira ring papusuh, wetunira ring manah, lintiranira tan salah manah.
Om Bhatara Guru, haneng madyaning awyakti prenahira, wetu nira ring adnyana, lintiran angadegaken adnyana. Hyang Wisesa wetuning angen-angen ring byantara, babahanira ring uneng-unengan, lintiran angadegaken adnyana. Hyang Wisesa wetuning angen-angen ring byantara, babahanira ring uneng-unengan, lintiran angen-angen.
Om, Sang, Bang, Tang, Ang, Ing, Nang, Mang, Sing, Wang, Yang. Amepeki jagat Buwana kabeh, anilahaken paksane, sakwehing kinaya-upaya, tuju teluh teranjana, desti, pepasangan, sesawangan, rerajahan, tan tumama ring awak sariranku, apan aku sarining tunjung putih
Bila anda dapat meyakinkan angrangsukin mantra tersebut di atas, maka akan banyak sekali kegunaannya, sakwehing gawenya wenang. Dan bila anda hanya akan angrasukin Ajaran Kanda Pat Dewa, maka mantra tersebut diatas menjadi lebih singkat sebagai berikut :
Om Bhatara Iswara, ring purwa prenahira, rupanira putih, kayangan nira ring papusuh, senjatanira Bajra, Merunira tumpang lima, babahanira ring kuping tengen, wetunira ring idep.
Om Bhatara Brahma, ring Daksina prenahira, rupanira bang, kayangan nira ring ati, senjatanira Danda (Gada), merunira tumpang siya, babahanira ring mata tengen, wetunira ring panon, lintiran tan salah panon.
Om Bhatara Mahadewa, ring Pascima prenahira, rupanira Kuning, Kayangan nira ring ungsilan, senjatanira Nagapasah, merunira tumpang pitu, babahanira ring irung tengen, wetunira ring sabda.
Om Bhatara Wisnu,ring utara prenahira, rupanira ireng kahyangan nira ring ampru, senjatanira Cakra, merunira tumpang papat, babahanira ring cangkem, wetunira ring pangwangan.
Om Bhatara Siwa, ring madya prenahira, rupanira Mancawarna, kayangan nira ring tumpuking ati, senjatanira Padma, merunira tumpang solas, babahanira ring papusuh, wetunira ring manah, lintiranira tan salah manah.
Om Bhatara Guru, haneng madyaning awyakti prenahira, wetu nira ring adnyana, lintiran angen-angen.
Om, Sang, Bang, Tang, Ang, Ing, Nang, Mang, Sing, Wang, Yang. Amepeki jagat Buwana kabeh, anilahaken paksane, sakwehing kinaya-upaya, tuju teluh teranjana, desti. Pepasangan, sesawangan, rerajahan, tan tumama ring awak sariranku, apan aku sarining Tunjung Putih”.
Ajaran Siwa Guru, arti sebenarnya dari Siwa adalah pada siapa alam semesta ini “tertidur” setelah pemusnahan dan sebelum siklus penciptaan berikutnya. Semua yang lahir harus mati. Segala yang dihasilkan harus dipisahkan dan dihancurkan. Ini merupakan hukum yang tidak dapat dilanggar. Prinsip yang menyebabkan keterpisahan ini, daya dibalik penghancuran ini adalah Siwa. Tapi Siwa lebih daripada itu. Keterpisahan alam semesta berakhir pada pengurangan tertinggi, menjadi kekosongan tanpa batas, adalah bagian dari keberadaan, dari mana berulang-ulang muncul alam semesta yang tampaknya tanpa batas. Kekosongan tanpa batas, adalah bagian dari keberadaan, darimana berulang-ulang muncul alam semesta yang tampaknya tanpa batas ini, adalah Siwa. Dengan demikian, walaupun Siwa dilukiskan sebagai yang bertanggung jawab terhadap penciptaan dan pemeliharaan keberadaan ini. Dalam pengertian ini. Brahma dan Wisnu juga adalah Siwa.
Dan dalam pengertian Kanda Pat Dewa ini, Siwa tidak lain adalah Brahman itu sendiri, maka wajarlah kalau semua Dewa lahir dan lebur kembali kepada-Nya. Seperti yang sudah dijelaskan di muka bahwa. “Brahman datang kepada pemikiran”, Dia tidak dapat dicapai oleh pemikiran.
Tetapi kapankah Dia datang?
Dia datang pada saat gejolak pemikiran tidak ada lagi. Dia hanya datang dalam situasi yang dikendalikan oleh Siwa. Seperti yang dikatakan oleh Mitologi Hindu, Siwa adalah pengembara di malam hari Dia dapat dihubungi hanya dalam kegelapan malam. Maka pada malam harilah, dan hanya disitu saja, Siwa menyampaikan isyarat-isyarat, atau ajaran-ajaran rahasia lewat saktinya Uma.
Tetapi siapakah Dewi Uma?
Satu diantara arti perkataan Uma adalah malam. Ini juga berarti ketenangan.
Apakah yang lebih tenang dan hening daripada malam hari?
Ketika malam tiba, ada sesuatu yang meresap di dalam kegelapan malam semua kemajemukan telah lenyap. Pikiran yang terbebaskan dari aktivitasnya pasti berhadapan dengan malam yang kosong ini. Manusia harus menemukan sifat Brahman secara langsung dan ini dapat terjadi hanya apabila dalam keadaan pikiran yang terbebaskan dari semua aktivitasnya, kesadaran manusia itu sendiri tanpa bergeming, dihadapan malam yang belap dan hening itu. Kemudian sang malam (Dewi Uma) menyampaikan pemberiannya atau ajarannya kepada manusia. Pemberian, ajaran, anugrah atau wahyu itu datang tanpa nama dan wujud si pemberi, karena itu manusia tidak tahu siapa yang telah memberinya, mengajarinya tentang rahasia kehidupan ini. Tapi manusia meyakini itulah ajaran dari Sang Hyang Siwa Guru.
Inilah ajaran Sang Hyang Siwa Guru. Ini ilmu pengetahuan suci namanya, jangan diinformasikan kepada orang lain.Ini cara membuat mantra,yang akan membersihkan badanmu luar-dalam, lahir-batin. Ajaran rahasia tabik pakulun Sang Hyang Siwa Guru.
Dimanakah stana beliau?
Sang Hyang Siwa Guru bertempat dalam jantungmu, dan bila beliau keluar dari dalam jantungmu, maka ubun-ubunmu itu jalannya, Sang Hyang Siwa keluar-masuk pada badanmu. Apabila kamu ingin memanggil Sang Hyang Siwa Guru, sucikanlah badanmu, budimu, dengan teguh satukanlah indriya penglihatanmu, indriya penciumanmu, indriya pendengaranmu, indriya pikiranmu, kumpulkan dengan kegaiban pada hatiu hingga bersatu. Bila sudah baikberkumpul dalam rasamu, bayangkan Sang Hyang Siwa Guru keluar dari jantungmu, jalannya keluar adalah dari ubun-ubunmu dengan mantra:
“Om Siwa astiti ya namah”
Masukkan pada ujung hidung, kembalikan pada pangkal tenggorokkan, disana Sang Hyang Siwa Guru di puja untuk distanakan dengan mantra:
“Sa Ba Ta A I Na Ma Si Wa Ya, Namah, Om Om dewa pratista ya namah, Mang Ung Yang”
Astiti dengan mantra:
“Sa Ba Ta A I Na Ma Si Wa Ya, Om Om Dewa pratista ya namah, Ung Ang Ung Mang Namah”
Bila sudah baik Sang Hyang Siwa Guru berstana pada tenggorokan, bayangkan di atas perasaanmu pada bulu kaki kanan, sebagai pasepan dengan mantra : “Ang”, namanya pasepan dalam hati. Bulu puhu namanya adalah bulu kaki kanan, bayangkan Sang Hyang Siwa Guru menurunkan api di atas, di tengah dan di bawah. Yang berbadan api di atas adalah darah bening jantungmu. Yang berbadan api di tengah adalah darah bening hatimu. Yang berbadan api di bawah adalah darah bening tulang cikta. Ketiga api disatukan dengan mantra dalam hati, mantra :
“Ong Ung Pat namah”.
Bayangkan Sang Hyang Siwa Guru sebagai penyebab api ini, bernama api penyebab, itu api pada badanmu, bila sudah besar keluarkan menuju jalan di luar. Sang Hyang Siwa Guru dibayangkan membakar kotoran badanmu luar-dalam, dan tiga kotoran (trimala) segala dosamu, makanan dan minuman yang kotor, penyebab ayah-ibu, wawikon, dan musuhmu dengan mantra:
Om sarira mityukem, tryanta, karamyanem, saptongkara bayo nahnem, bhojatawuti tatwa,
Om Kalarudra, phat windhu ya namah
Apabila telah dibakar segala kotoran badanmu luar dalam isaplah di atas perasaanmu pada bulu kakimu, sebagai pijakan kehidupan (amerta), naikkan pada dubur dengan cara:
Ah idep Sang Hyang Siwa Guru, manjingakena ring tungtunging grana, ulihakena ring otot kolonganta, sakeng irika anerus anuju ring tungtunging amprunta
Bila air kehidupan sudah pada empedu, jatuhkanlah pasepan dalam hatimu, namanya memadamkan api pada pasepan dengan mantra:
Om Siwa Merta ya Namah,
Om Sadasiwa merta ya namah,
Om Paramasiwa merta ya namah.
Bila sudah padam api itu, keluarkan asapnya api itu melalui alat pelepasan dengan mantra :
“Ang Namah”
Asap api jatuh di barat daya. Bila sudah demikian, bayangkan Sang Hyang Siwa Guru turun dari kerongkongan, menuju pada tutud ineban terus menuju ujung jantung. Di sana Sang Hyang Siwa Guru lagi lahir dan hidup. Setelah itu, bayangkan Sang Hyang Siwa Guru membuat padma badanmu.
Peparu adalah daun padma pada arah Timur, Iswara Dewatanya.
Ineban daun padma pada arah selatan, Brahma Dewatanya.
Tutud daun padma adalah arah Barat Daya, Rudra Dewatanya.
Ungsilan daun padma pada arah barat, Mahadewa Dewatanya.
Limpa daun padma pada arah barat laut, Sangkara Dewatanya.
Empedu (ampru) adalah daun padma di utara, Wisnu Dewatanya.
Tumpuking hati adalah daun padma di timur laut, Sambhu Dewatanya.
Diantara daun padma, didalamnya sebagai sari dari padma adalah jantungmu, dengan Sang Hyang Siwa Guru sebagai Dewatanya.
Dan ini pemekaran pada di 8 penjuru angin dengan mantra :
"Om Ang Ung Namah” di barat laut
“Om ing ing namah” di timur laut.
“Om ung ung namah” di timur.
“Om reng reng namah” di selatan.
“Om leng leng namah” di Barat.
“Om Aeng-aeng namah” di utara.
“Om ung ung namah” di tenggara.
“Om ang ah" di barat daya.
“Om ah a namah” di tengah pada jantungmu.
Setelah demikian jalankan Sang Hyang Siwa Guru, seperti yang sudah dijelaskan di muka, menuju ujung hidungmu, dari sana terus ke atas, tempatkan di ubun-ubun dengan mantra :
“Om ang ung mang namah”.
Sekarang bayangkan Sang Hyang Siwa Guru membuat pada di luar badanmu.
Daun padma di timur, Iswara Dewatanya di bahu kanan tempatnya.
Daun padma di selatan. Brahma Dewatanya di tengkuk belakang tempatnya.
Daun padma di barat, Mahadewa Dewatanya, di bahu kiri tempatnya.
Daun padma di utara, Wisnu Dewatanya di tengkuk depan tempatnya.
Pelipismu kanan, daun padma di tenggara, Maheswara Dewatanya.
Kepala di belakang telingamu yang kanan, daun padma di barat daya, Rudra Dewatanya.
Kepala di belakang telingamu yang kiri, daun padma di barat laut, Sangkara Dewatanya.
Pelipismu yang kiri, daun padma di timur laut, Sambhu Dewatanya.
Sebagai asalnya padma, inti jantungmu di tengah, Paramasiwa Dewatanya. Paramasiwa adalah perwujudn dari Sang Hyang Siwaguru.
Ini pebagian pada di luar berdasarkan aksaranya : Sang di timur. Bhang di selatan. Tang di barat. Ang di utara. Ing di jantung. Nang di tenggara. Mang di barat daya. Sing di barat laut. Wang di timur laut. Yang di tengah dalam jantungmu ang a dah namanya, bertempat di jantungmu di bawah. Mang ur dah namanya, bertempat di jantungmu di atas.
Bila sudah ada padma diluar dan di badanmu sebagai intinya padma, sebagai stananya Sang Hyang Siwa Guru lewat mana berliau selalu mencipta dan menjaga. Maka setelah demikian ucapkanlah pengastawa padma dengan mantra :
“Om purwantu Iswara Dewam, agneyan Maheswara, daksina Bhagawan Brahma, nerityam Rudra mewanca, Pascimantu Mahadewah, Wayabya Sangkara swaha, utaram Wisnu Dewata, arsanya Sambhu siyana, Madya SadaSiwa Dewam, anah tayaSiwa swasta, urda Paramasiwanca, sara Dewata udyane”
Kemudian dilanjutkan dengan mengucapkan mantra berikut, mantra :
“Om Iswara purwa bajrantu, dupa gneyan Maheswara, danda Brahma daksinanca, neritya Rudra mosalam, pascima Mahadewa nagapasah, wayabyam Sangkara angkusrakem, Cakranca Wisnutara desa, aersania Sambhu Trisule. Om Padma Sadasiwa, adah Siwanca Paramasiwa urdwasta, guru Trisula daranam”
Dan ini adalah mantra pemujaan untuk sakti beliau, mantra :
“Om Iswara Uma Dewica, Maheswara Laksmi Dewica, Brahma Saraswati Dewi, Rudra Sentani Dewisca, Mahadewa Sacidewi, Sangkara Mahadewisca, Wisnu Bhatara Sri Dewi, Sambhudewa Umadewi, madya sawitri gayastra, Uma tatwa Mahadewam, Ung Ang Ang Ung Ang Ung Ong, Sri Dewi Sangkara Swaha”
Itulah mantra pengastawa padma di dalam, namanya padma rangkap. Bila engkau tidak mengetahui pasuk wetu dari padma rangkep, sebagai tempat jiwamu, menyebabkan pendek umur. Tapi bila kamu tahu tentang pasuk wetunya padma rangkep, supaya selalu waspada, karena amat rahasia, jangan disebarkan kepada orang lain, jangan sembarangan bercerita karena sangat berbahaya.
Ini merupakan ilmu rahasia Sang Pandita, jarang yang mengerti, karena itu, jangan sembarangan memberikan kepada orang lain, bisa kuwalat, karena sangat utama, poma-poma-poma. Rahasiakan menjaga dalam hatimu.
Sekarang ketahuilah pula tata cara membuat dan meletakkan bhasma (bija) pada dirimu. Ada tiga tempat meletakkan bhasma atau bija pada dirimu.
diantara kedua alis mata atau kening.
di kerongkongan dan ketiga di hulu hati.
Bhasma atau bija ini biasanya dipakai setelah selesai sembahyang. Yang disebut bhasma atau bija ini adalah, gosokan cendana ditambah dengan biji beras.
Bhasma atau bija ini taruh di telapak tangan kiri, disana uraikan biji beras tersebut dengan jari manis dan ibu jari tangan kananmu. Habis itu, katupkan bhasma atau bija itu dengan tangan kananmu, lalu diisi mantra. Caranya adalah tangan kanan memegang bhasma atau bija, dialasi dengan tangan kiri, mantranya :
“Om Ung ksaksa Siwa mka bhasmam, ksaksa Iswarandanam, ksaksa Kumara wijasca, sarwa papa winasanam, ya namah swaha”.
Setelah itu lalu kamu memakai bhasma atau bija dengan tangan kananmu, mantranya :
"Ung" ring lalata-diantara kedua alis,
"Mang" ring mulakanta-kerongkongan, dan
"Ang" ring wredaya-ulu hati.
Tujuan memakai bhasma atau bija ini adalah, untuk memperkokoh tempat kedudukan Ida Sang Hyang Siwa Guru pada badanmu, dan untuk menghilangkan dosa di badanmu. Tan hana wong suasta anulus-tidak ada manusia yang sempurna, begitu kata orang-orang bijaksana. Karena itu sebagai manusia, disadari atau tidak kamu tidak akan pernah lepas dari perbuatan-perbuatan salah atau dosa. Maka dari itu, memohon pengampunan ring Ida Sang Hyang Siwa Guru, adalah sebuah kebaikan. Pujalah Sang Hyang Siwa Guru dengan mantra yang utama, karena Sang Hyang Siwa Guru dalah inti dari semua mantra dan juga mulia.
Dan ini adalah mantra memohon pengampunan ring Ida Sang Hyang Siwa Guru, mantra :
Om ksama swamam Mahadewa, Sarwa prani hitang karah, Mamoco sarwa papebyah, Palaya swa Sadasiwa.
Om papoham papa karmaham, papatma papo sambawah, Trahimam pundarikaksa, Kenacin nama raksatu.
Om ksantawiya kayiko dosah, ksantawiya wacika mama, ksantawiya manasa dosah, tat pramadat ksama swamam.
Om hinaraksaram hinapadham, hina mantram tat hiwaca, hina bhakti hina wredim, Sada Siwa namastute.
Om mantra hinam, kriya hinam, Bakti hinam Mahrswaram, Yat pujinam Mahadewa, Pari purnam tadas tume.
Om ksamaswamam Jagatnatha, Sarwa pap nirastaram, Sarwa karya minandahem, Prananam sureswaram.
Om twam suryatam Siwakara, Twam rupyo bahim laksana, Twangi sarwa takara, mam karya prajayate.
Om ksamamswamam mahasekta, Yates warya unat makah, Nasa yetsa tanam papam, Sarwa loparyana narana namah swaha
Sehabis memohon ampun ring Ida Sang Hyang Siwa Guru, atau Ida Hyang Jaganatha, maka setelah itu pralina Ida Sang Hyang Siwa Guru. Ini caranya mempralina. Tutuplah mata ketigamu, satukan ujung matamu ketiga diantara kedua alis. Bila sudah menyatu, bayangkan sudah praline Ida Sang Hyang Siwa Guru, masukkan ke dalam jantungmu, jalannya masuk dari ubun-ubun, dengn mantra :
“Ong Ung Ang Mang”.
Jangan gegabah, jangan menginformasikan kepada orang lain, karena sangat utama, agar tidak menjadi kualat oleh Bhataa.
Bila ingin mendapatkan atau menghidupkan daya mantra, jangan lupa untuk selalu menyucikan diri, dengan melakukan mandi keramas. Ini adalah mantra untuk mandi keramas, mantra :
Ung Rang Sri windhu Dewi dibya mahabarem.
Ong Gangga Sindhu Saraswati, wipasakosi kidanam, Yamuna metati sretah, srayunca maha nadhi.
Ong tirtha mijil sakeng lor, angebetaken lara wighna.
Ong tirtha mijil sakeng daksina, angeseng, angempungaken lara roga petaka. Matemahan sang ayu narapati, hening jati sarira ningsung. Ah Siwadwara upeti pat tastra, sudha ya namah.
Ang Ung Mang Tirtha Gangga pwitrani nama siwaya
Selain itu, hendaknya selalu astiti bakti ring Ida Hyang Widhi, Sang Hyang Siwa Guru, mayoga semadhi lewat meditasi dengan sarana, dupa, kemenyan, cendana, dan majegau. Jangan lupa canang burat wangi. Ini caranya, duduk bersila menghadap ke timur dengan kokoh, menyatukan pikiran, dengan hening, memustikarana dengan mempertemukan ibu jari tanganmu kanan-kiri, mata dipejamkan dan dikosentrasikan seolah-olah memandang ujung hidung, pertahankan disana, jangan buyar, jangan goyah, jangan ragu-ragu. Bila sudah demikian mulailah mengucapkan mantra, memusatkan seluruh kesadaranmu pada mantra dan juga pada badanmu, sebab Sang Hyang Widhi sebagai badanmu, jangan gegabah, nanti tidak berhasil mantra itu.
cara mengeluarkan Weda mantra.
Satukan perasaanmu, bayu, sabda dan idepmu. Bayu keluar dari jantung, sabda keluar dari hati, dan idep keluar dari empedu. Itu disatukan lewat perasaanmu pada ujung lidahmu, dari sana keluarlah Weda mantra, berjalan di tengah lidahmu, terus ke ujung lidahmu, rahasiakanlah, jangan gegabah. Bilamana menghadapi musuh sakti mawiseesa, lebih-lebih bila datang ke tempat peperangan, janganlah kamu lupa kepada Ida Sang Hyang Siwa Guru, pusatkan pada hatimu, satukan pada bayu sabda idepmu. Bila sudah baik penyatuannya, bayangkan Sang Hyang Siwa Guru, pusatkan pada hatimu, satukan pada bayu sabda idepmu. Bila sudah baik penyatuannya, bayangkan Sang Hyang Siwa Guru keluar dari dalam jantungmu, jalannya keluar dari ubun-ubunmu dengan mantra :
“Om Siwa astiti ya namah”
Naikkan diantara ke dua alis, bayangkan dengan berbusana lengkap dan bersenjata, mantra :
“Om na anu swaha”,
"Om namah swaha astawasat”
Kemudian naikkan ke Siwadwara, ubun-ubun. Bayangkan Sang Hyang Siwa Guru berkepala lima, masing-masing kepala bermata tiga, bertangan sepuluh, bermuka manusia setengah Dewa sakti manderaguna, dengan senjata Brahmastra, bayangkan beliau menjaga badanmu, bila sudah demikian, pujalah Sang Hyang Siwa Guru berada di ubun-ubunmu.
Dan bila kamu sudah selesai berperang, kembali kamu memuja Sang Siwa Guru, praline Sang Hyang Siwa Guru pulangkan ke tempat asalnya di jantungmu. Ini mantra pralinanya, mantra :
“Om Ung Ang Mang”
Ingat, rahasiakanlah, jangan gegabah!
Dan janganlah kamu lupa perwujudan Padma yang ada di luar dan di dalam badanmu, adalah perwujudan dari Sang Hyang Siwa Guru. Karena Sang Hyang Siwa Guru berwujud Brahma, Wisnu, Iswara, Maheswara, Mahadewa, Rudra, Sangkara, Sambu, dan Siwa-Sadasiwa-Paramasiwa. Sang Hyang Siwa Guru adalah perwujudan semua Dewa. Karena Sang Hyang Siwa Guru sebagai badan yang utama bersemayam di dalam jantungmu.
Maka barang siapa yang ingin mempelajari ajaran Kanda Pat Dewa, wajib melakukan upacara ekajati, mawinten-mensucikan diri setingkat dengan pemangku.
Karena ini adalah ajaran rahasia sang pandita. Namun sayang, tidak smua pandita mengetahui hal ini. Mereka yang sudah tinggi tingkat yoganya, siapapun dia akan dapat menaklukkan segala bahaya, segala yang galak, segala desti, segala racun, segala banjir, segala yang menyeramkan, segala yang menakutkan. Karena itu bersumber pada dirimu. Dengan sebatang dupa dapat melebur segala mala petaka dengan mantra
“Om Ang Namah, Om Ung Namah, Om Mang Namah”
Ini mantra asep pelebur mala namanya.
Yang dimaksud dengan yoga tingkat tinggi adalah dengan mengaktifkan tri nadimu. Tri nadi adalah bayu-sabda-idep. Bayu keluar dari jantung, sabda keluar dari hati, dan idep keluar dari empedu. Bayu-sabda-idep distukan di puncak hati, baik-baik. Bila sudah baik, bersatu dipuncak hati, itu namana tri sakti. Maka setelah itu, pujalah Sang Hyang Taya.
Dimanakah tempat beliau Sang Hyang Taya?
Di pangkal jantungmu yang dibawah tempatnya, pada bulu kuduk (gigitok), bening warnaya seperti mata belalang, itulah wujud Sang Hyang Taya.
Selanjutnya satukanlah Sang Hyang Taya dengan Tri nadimu yang berada di puncak hatimu, bila sudah baik penyatuannya, maka kembalikanlah ke tengah hati. Bila memang sudah demikian, isaplah segala yang membahayakan, segala yang menakutkan, segala yang galak, segala yang menyeramkan, segala racun, segala desti, segala banjir, dengan menggunakan mantra :
“Om Ah Sah Kah Wah”
Bayangkan Sang Hyang Taya Agni membakar itu semua. Karena Sang Hyang Taya sebagai gurunya bahaya, gurunya yang menakutkan, gurunya galak, gurunya segala racun, gurunya desti, gurunya banjir, gurunya segala yang menyeramkan, gurunya segala amarah, dibakar oleh Sang Hyang Taya.
Bila sudah terbakar olehnya, berikanlah air kehidupan, bayangkan air kehidupan itu turun diantara jantungmu, jalannya pada selaput kerongkongan yang tengah, menuju pada jantungmu, terus ke pelepasan, lalu kehatimu, menuju penyatuan rasa. Dari sini air kehidupan mengalir menyiramkan api di tengah hatimu. Bila kamu sudah selesai memberikan amerta pada api itu, bila sudah sempurna api itu, maka kembalikan Sang Hyang Taya ke tempat asalnya, jalannya lewat otot besar di belakang, simpanlah pada bulu kuduk (gigitok) sebab Sang Hyang Taya sangat sakti, ini Yoga sakti namanya, jangan gegabah, rahasiakanlah!
kutipan beberapa mantra rahasia untuk berbagai keperluan.
Ini intisari Kalajastra namanya, mantrailah setiap hari, jangan berselang, hasilnya kamu akan diajuhi oleh segala senjata. Ini mantranya :
“Om Hrong Kalajastra ya namah swaha”
Ini adalah mantra pemujaan senjata Sang Hyang Iswara, hasilnya menghilangkan penyakit dan dosamu, sehingga berhasil kerjamu. Mantra :
“Om Ing Sang Iswara ya namah”
Memujalah menghadap ke selatan, Sang Hyang Brahma pemujaan itu, hasilnya panjang umurmu, mantra :
“Om tang namah swaha"
Memujalah menghadap ke barat, pemujaan kepada Sang Hyang Mahadewa, hasilnya dapat menghilangkan musuh-musuhmu dan juga menghilangkan segala penderitaanmu, mantra :
“Om Ang Ung Mang namah swaha”
Memujalah menghadap ke tengah, ke dalam jantungmu dimana Sang Hyang Siwa Guru bersemayam, hasilnya dijunjung tinggi oleh masyarakat, karena manjur ucapanmu-sakti sidi ngucap-awet muda dan panjang umur, sangat utama, jangan gegabah, mantra :
Om ang Brahma Dewata ya namah,
Om Ung Wisnu Dewata ya namah,
Om Mang Iswara Dewata ya namah,
Om I Ba Ta A Ung Yang namah,
Om Sa Ba Ta A I Na Ma Si Wa Ya.
Dan ini adalah pemujaan Rudra namanya, pakailah setiap hari, panjang umurmu, batal dosamu, segala makananmu tidak berbahaya, tidak ada guna-guna.
Agem-ageman Sang Hyang Bayu ini, juga disebut Sang Hyang Kutamantra, menjaga Atma, ini mantranya :
“Om iskamarakya jaya dik swaha”
Semua mantra ucapkan pada malam hari, hasilnya tidak akan kena kerjaan orang yang berbuat jelek, tidak mampu dibinasakan oleh orang, berfungsi sebagi penolak segala, rahasiakanlah!
Kesaktian Kanda Pat Dewa
Yan sira wruh mulaning dadi manusa, ika ingaran jalma luwih, sekala-niskala.
Barang siapa memiliki pengetahuan tentang sangkan paraning dumadi, maka dialah manusia sakti lahir dan batin. Mengetahui kesejatian yang utama di Buwana Agung dan Buwana Alit. Waspada di dalam hati, dengan cara mempertemukan kedua mata dengan mata bumi atau surya. Itulah yang menjadi sidiyaning yoga sandi, atau rahasia yoga. Carilah air di samudra, jangan digunung, carilah sinar terang di kalbumu, jangan di muka.
Beginilah caranya:
pertama, siapkan sarana canang burat wangi, dupa wangi telung tanding, idep katur ring Sang Hyang Surya, Candra, Lintang Taranggana, trinadi suksma, bayu sabda idep, mulih ring sabda, dadi sunya tanpa maya, mawas ring jro, ika sarining darma terus.
Caranya: duduk brsila menghadap ke timur, idepang Sang Hyang Tiga mijil ring raga, dan juga dri langit, di iringin oleh Dewata Nawa Sangga. Mantra :
"Ang, Ung, Yang, Na Ma Si Wa Ya, Ya Ya Ya"
Lakukan ini saat matahari terbit, atau Surya dawuh tepet, atau sandi kalaning Surya metu, sekitar jam 06.00 wita. Saat matahari masih berwarna merah. Pandanglah dengan tajam ring soring raditya, sakeng tepining aditya mingsor, yan hana katon ocah, seperti manik-sepatika, mirip naga, berarti Hyang Bapa mijil mewayang ring langit. Kalau kelihatan seperti manik, ocah kadi smerti, berarti Hyang ibu mijil mewyang ring langit. Yan hana katon kadi Windu mawelu pinggirnya kresna, berarti manusa sakti mijil ring langit, mewayang ring langit.
Ini adalah tutur menget, pertemuan Siwa, Sadasiwa, Paramasiwa, menjadi Sah Siwa, mawayang sidi ring langit. Kemudian juga terlihat adanya wana astadala, memancarkan cahaya aneka warna. Itu tidak lain adalah Hyang Dewata Nawa Sangga mijil masarira mawayang ring langit. Putihe Hyang Iswara, dadune Hyang Mahesora, abange Hyang Brahma, tangine Hyang Rudra, kuninge Hyang Mahadewa, gadange Hyang Sangkara, irenge Hyang Wisnu, pelunge Hyang Sambu, mancawarnane Hyang Siwa.
Begitulah cirinya manusa sidi, yan sampun wruh ring raga, sekala-niskala sidi mandi ta kita. Yan dadi yoganira mangkana pingitakena away wera. Bila sudah memiliki pengetahuan ini maka simpanlah dengan baik. Dan ini adalah mantra penyimpanannya, mantra :
"Ang, Ah Ya Ya Ya"
Ini bernama tutur jati, bagi mereka Sang Hyang Wruh ring raga, mawas ring jro, mawas ring jaba, suda luwih pangawruhing rahayu, tan lali ring raja solah. Makeh wong bakti ring sira, utama aturu-atangi, menget ring Aji Saraswati, seperti ini. Ada tiga Dewa malingga ring angga sarira seperti;
Sang Hyang Gurureka malingga ring idep,
Sang Hyang Saraswati malingga ring canteling lidah, mingsor-mingluhur, ring otot pasimpangan nira.
Sang Hyang Kawiswara malingga ring pantaraning papusuh, ring sabda pasuk wetunya.
Ini adalah mantra pangrangsukkannya, mantra :
“Pukulun Sang Gurureka, Sang Hyang Kawiswara, Sang Hyang Aji Saraswati, anyusup ring bayu sabda idep, angisisep sastra, angesep tatwa carita, patastra suda ya namah. Om Saraswati ya namah, Ang, Ah”
Oleh karena itu, bila ingin panjang umur, maka ucapkanlah mantra ini, mantra:
"Ang ring nabi (puser), ah ring siwadwara"
Tapi bia anda ingin mati, atau akan mengalami kematian maka mantra tersebut dibalik, ini disebut mantra praline rahasiakanlah. mantra :
"Ah ring nabi (puser), Ang ring Siwadwara"
Malih yan sira arep ngamong Sang Hyang Aji Saraswati, maka selalu membersihkan diri pada hari-hari purnama, tilem, atau hari-hari suci lainnya, dengan mantra sebagai berikut :
“Om sisigku Sang Hyang Menget tatwa carita, aku Sang Hyang Sidi, sabdaku sastra sarotama, aku Sang Hyang Aji Saraswati, amengku tatwa carita. Menget aturu, menget atangi, menget carita patastra, paripurna ya namah swaha. Om Saraswati ya namah”
Selanjutnya dikutipkan beberapa mantra yang menjadi rahasia kesaktian dari ajaran Kanda Pat Dewa ini. Ini adalah Pengembak Swara, agar suara kedengaran besar, keras, bergema dan berwibawa. Caranya : ucapkan mantra tersebut sambil mengunyah jahe. Mantra :
“Om sagara danu maobak-obakan, kadi gelap swaraku, tumurun Sang Hyang Widiadara-widiadari, tuninggalin awak sariranku, teka pada asih, pada welas atine wong kabeh, wirya tar-adarat, ya nama swaha”
Ini adalah mantra Pamungkem, agar orang lain tidak berani berbicara sembarangan dengan kita, atau malah menjadi ngeb, duduk atau berdiri seperti patung. Caranya : ucapkan mantra ini dikuburan (sema) sebanyak 3x sambil menjumput tanah sema tersebut 3x. Tanah tersebut ditabur di tempat pertemuan.Mantra :
“Om Sang Buta Wadon, matep ma-tan manusane, celek kupinge, tekep matane, pecik cunguhne, talinin limane, impus batisne, sing andeleng aku, teka bungkem 3x"
Ini adalah mantra Pengebek Buwana, untuk menghisap budinya orang banyak, dan mengumpulkannya di dalam diri. Sehingga sepintas orang akan melihat kita seperti orang besar atau raksasa. Mantra :
“Om idep aku anduwat budining wong kabeh, mulih ring Tri mandalah guying. Budining wong lanang mulih ring kama petak, budining wong wadon mulih ring kama bang, budining wong kedi mulih ring kama dadu. Sakwehing jadma manusa, apupul ring awak sariranku, pada mawijah-wijah, tan waneh sira nggrungu umulat, lah meremnya, Om sidi swaha ya wong”.
Ini adalah mantra pengingat-ingat, agar tidak mudah menjadi lupa atau pikun. Dan juga berfungsi supaya mudah untuk menghapal mantra. Mantra :
“Om pada dirang kayu jati, eling mantra, inget ati, inget aturu, inget atangi, teka inget ring atinku, ika panginget-inget” 3x.
Ini adalah mantra panugrahan berguna untuk berbagai keperluan, asing solah wenang, Siwalingga Gurureka, pradnyan ta sira. Sarana, toya, kadi tingkahing matoya. Mantra :
“Om Ang Ung Mang, Siwa, Sadasiwa, Paramasiwa, ring bayu sabda idep, wenang ganal alit, wenang sor luhur paripurna ya namah swaha Ang Ah Sah Siwa yogaya namah swaha”
Ini adalah pemandi suwara, menjadi sidi ngucap, maka ucapkan mantra berikut. Mantra :
“Om bungkahing lidah Sang Hyang kedep, madyaning lidah Sang Hyang sidi, pucuking lidah Sang Hyang mandi, teka mandi ideping ulun. Om tungtuning bayu, tungtunging idep, mulih ring tungtungku, sakecapku sidi”
Ini adalah pematuh desti, leak dan sebagainya, agar tidak mencelakai kita. Mantra :
“Om patuh ih Nini Bhatari Durga, maring setra Gandamayu, matuhang Dewa patuh, manusa, buta, leak patuh, gumatap-gumitip pada patuh, mematuhang Bhatari Durga”
Ini adalah pangraksa jiwa, mantra untuk keselamatan sekala dan niskala. Saran toya, kadi tingkahing matoya, disucikan dulu dengan mantra berikut ini. Mantra :
“Om ingsun angidepaken Sang Hyang Sucinirmala, licin, pangawakku sakti, tan kataman aku gering wisya mandi, tan kataman aku satru leak, aku luput licin. Pangawak aji sapta sunya nirmala, om sri jagat pake byo nama swaha, Ang Ang Ang Ah”
Ini adalah mantra untuk keselamatan di jalan, membuat mata orang-orang yang melihat menjadi silau, ulap. Ini namanya sarining Sang Narayana. Sarananya paes bayu, air ludah, usapkan di dada. Tentu saja setelah mengucapkan mantra berikut ini. Mantra :
“Om Ang Agni, jalma manusa ulap, Om desti leak ulap, anguyup ring awak sariranku, sakadi gni ujwala, teka murub”3x.
Ini adalah mantra pengesengan, pengelebur dasamala ring raga. Juga bisa berguna untuk memusnahkan cetik yang ada di dalam makanan yang sudah termakan. Ucapkan mantra ini. Mantra :
“Om cangkemku api, upas kalebur ring pawon, sing manjing teka geseng, sing metu teka geseng”. 3x.
Dilanjutkan dengan mantra :
“Om Bhatara Brahma ring cangkem, Bhatara Rudra ring weteng, apan Bhatara Rudra maraga sira, sing tumiba teka geseng”3x.
Lanjutkan lagi,
“Om sing kesampar, sing kesandung, sing kelangkahan, sing kainem, aja sira ngeracunin, angarubeda, anyangkala-nyengkali, manggawe ala ring awak sariranku, apan aku pangawakking Sang Hyang Tunggal”.
Away wera angangge mantra ini, rahasya temen, saletuh-letuh ring raganta pada sirnya dennya. Jangan sembarangan menggunakan mantra ini. Tidak boleh dipakai guyonan, karena gaibnya akan hilang. Dan bila menggunakan mantra-mantra ini, ucapkanlah dalam hati, jangan sampai kedengaran orang lain. 𝘼𝙥𝙖𝙡𝙖𝙜𝙞 memperlihatkan diri sebagai orang yang berilmu, itu tidak boleh.
Kadi iki reregepane :
I anggapati regep manjing ring cangkem, terusang ring papusuhan, jantung, rumaksa jiwa apang pageh.
I mrajapati regep manjing ring irung, terusang maring hati, ati, rumaksa bayu apang kukuh.
I banaspati regep manjing ring tingal, terusang ring ampru atau limpa, rumaksa idep apang tan obah.
I banaspati raja regep manjing ring karna, terusang sakna maring ungsilan atau empedu, rumaksa sabda apang dadi sidi ngucap
𝙅𝙚𝙣𝙜 𝙥𝙤𝙢𝙖, 𝙥𝙤𝙢𝙖, 𝙥𝙤𝙢𝙖, 𝘼𝙣𝙜-𝘼𝙝
Ika kaweruhe pasuk-wetun sanakta kabeh rinegep sapalakun rahina 𝙬𝙚𝙣𝙜𝙞 𝙗𝙞𝙡𝙞𝙝-𝙗𝙞𝙡𝙞𝙝 𝙧𝙞𝙠𝙖𝙡𝙖 𝙣𝙜𝙖𝙣𝙩𝙚𝙗.
Setelah itu genahang ring raga, tempatkan di dalam badan, seperti ini mantranya:
Ih I anggapati, manjengakena sira ring cangkem, anerus ring papusuh.
Ah I merajapati, manjingakena sira ring irung, anerus ring ampru.
Eh I banaspati, manjingakena sira ring soca, anerus ring hati.
Uh I banaspati raja, manjingakena sira ring karna, anerus ring ungsilan.
Dan diteruskan dengan mantra berikut :
Ih I anggapati mungguh ring pempatan, dada, putih rupanira.
Ah I merajapati mungguh ring bahu kiwa, abang rupanira.
Eh I banaspati mungguh ring bahu tengen, ireng rupanira
Uh I banaspati raja mungguh ring ungkur, rupanya kuning.
Lagi ada mantra :
“Ih ah eh uh, sanakta kabeh aja sira anglaranira, ingsun aweha mreta ring dyun manic, ameta mangke amreta saking ibunira, syamukanku mijil ikang mreta. Iki mangke tadah sajinira, hana kita amreta iki, anahan ajak sanakta kabeh. Mangke alungguha sira ring ragan ingsun, aja sira papacuhan, pomo-pomo-pomo”
#𝙩𝙪𝙗𝙖𝙗𝙖@𝙜𝙧𝙞𝙮𝙖𝙣𝙜𝙗𝙖𝙣𝙜//𝙍𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖𝙠𝙖𝙣𝙡𝙖𝙝!#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar