Kamis, 19 Juni 2025

Mendengar Suara Bumi Bali Lewat Taj

🗞️ TRIBUN BALI WIDYA KULTUR
🎙️ Edisi Podcast Khusus | #Tajen #Podcast #TribunBali
---

🐓 TAJEN: Antara Tradisi Leluhur dan Tantangan Zaman🌺 
📻 Oleh Redaksi Tribun Bali – Mendengar Suara Bumi Bali Lewat Tajen
---

🎧 “Tajen: Suara Dari Arena, Suara Dari Jiwa Tradisi”

Dalam atmosfer penuh aroma dupa, deru gamelan dan sorak semangat, Tajen—sabungan ayam Bali—bukan sekadar pertarungan hewan, melainkan ritual warisan budaya yang telah hidup dalam denyut masyarakat Bali sejak zaman purwa kala. Tajen bukan sekadar “adu ayam”, ia adalah taksu upacara, persembahan semangat, dan harmoni semesta dalam bentuk yadnya.

Namun kini, tajen menghadapi ujian zaman. Ketika praktiknya bergeser dari arena ritual ke dunia perjudian brutal, muncul polemik. Insiden di Songan, Bangli, membawa luka dan membuka mata: tradisi yang luhur bisa berubah arah jika kehilangan nilai sakralnya.
---

🕊️ Di Mana Seharusnya Tajen Berpijak?

💬 “Tajen itu bagian dari caru. Ketika dipisahkan dari yadnya, ia kehilangan jiwa. Maka, bukan tajennya yang harus dihapus, tapi kita harus menghidupkan kembali rohnya,” — Jro Mangku Gde Tu Baba
---

🧭 Solusi Bukan Penghapusan, Tapi Penataan

📌 Apa langkah ideal menurut para narasumber?

1. Regulasi Adat yang Tegas
Tajen hanya boleh dilaksanakan sebagai bagian dari upacara adat, di bawah pengawasan bendesa adat dan pemangku.

2. Zona Sakral vs Zona Komersial
Penetapan zona tajen khusus di tempat suci, bukan arena umum. Tajen di luar konteks upacara dilarang keras.

3. Pendidikan Budaya Sejak Dini
Generasi muda perlu dikenalkan tajen sebagai bagian dari simbol pengorbanan dan tidak identik dengan perjudian.

4. Digitalisasi dan Dokumentasi Budaya
Tajen sebagai simbol yadnya bisa diabadikan lewat podcast, film dokumenter, dan aplikasi edukasi budaya.
---

🌾 Suara Leluhur dalam Tajen

> "Ajakang ring tajen puniki tan wenten rasa nyilih nyawa ring wija, nanging rasa nyanggra angga sarira ring bhuwana alit miwah bhuwana agung."
– Petikan lontar Dresta Bhuwana Bali


Maknanya: Dalam tajen yang suci, tak ada dendam antar ayam, hanya ada simbol pengorbanan tubuh demi keselarasan jagat kecil (diri) dan jagat besar (alam).
---

📲 TETAP TERHUBUNG DENGAN WARISAN BALI

📥 Unduh aplikasi berita TribunX di Play Store atau App Store dan nikmati pengalaman baru dalam menjelajahi berita penuh makna budaya.
---

🎙️ Podcast Tajen – Dengarkan Tradisi, Rasakan Identitas
🪔 Jangan salah paham pada warisan leluhur—pahamilah dengan hati dan budi yang jernih.
---

🖋️ “Kita tidak sedang menolak tajen. Kita sedang mencari cahaya dalam kabutnya.” – Redaksi Tribun Bali


Taru Pramana adalah Ucapan Cinta dari Alam

📜🪷 WIDYA TAMBA BALI
🗞️ Edisi Istimewa – Pewaris Warisan Leluhur
📍 Bali, 19 Juni 2025
---
🌿 TARU PRAMANA

Ilmu Kehidupan dari Tumbuhan Leluhur

🖋️ Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba

> "Yadā vāi bhūtāni auṣadhībhūtāni bhavanti, tadā vai dehāh svāsthyaṁ gacchanti".
— Ketika makhluk hidup bersahabat dengan tumbuhan sebagai obat, maka tubuh akan mencapai kesembuhan sejatinya.
---

🪔 Pendahuluan: Menyibak Tabir Kehidupan dalam Daun Lontar

Taru Pramana, sebuah lontar klasik warisan Bali kuno, adalah mahakarya pengetahuan botani suci, memuat ribuan rahasia tentang tumbuh-tumbuhan yang bukan sekadar penghias alam, namun menjadi anugerah penyembuh bagi umat manusia.

Di balik setiap daun, akar, bunga, dan getahnya—tersembunyi formula kehidupan yang diwariskan oleh para Bhisak (tabib) leluhur. Taru Pramana bukan sekadar catatan ilmiah, ia adalah doa yang ditulis dalam bahasa tumbuhan.
---

🌱 Mengenal Ragam Pengolahan Obat Tradisional Bali

Dalam lontar ini, bagian tumbuhan seperti akar (wit), batang (babakan), daun (suh), bunga (kembang), dan getah (santen) memiliki fungsinya masing-masing. Proses pengolahannya tidak dilakukan secara sembarangan, melainkan melalui teknik warisan yang telah diuji oleh waktu dan kearifan rohani:

1. Loloh – Eliksir Kehidupan
Obat cair hasil remasan atau tumbukan, biasanya dicampur dengan bahan suci dan diminum untuk memulihkan energi dalam tubuh.


2. Sembar / Simbuh – Tiupan Penyembuh
Bahan kunyahan langsung yang kemudian disemburkan pada bagian tubuh yang mengalami gangguan, sering digunakan untuk sakit kepala atau gangguan nadi.


3. Boreh – Sentuhan dari Luar Menuju Dalam
Lulur herbal dari ramuan yang dihaluskan, digunakan untuk demam, pegal linu, atau gangguan bayu (energi tubuh).


4. Tutuh – Tetes Obat dalam Hening Nafas
Obat yang ditetes atau dihirup setelah penyaringan, lazim digunakan untuk gangguan pernapasan atau mata.


5. Tempel – Lapis Penetrasi Obat pada Titik Dewa Angga
Ramuan ditempelkan pada bagian tubuh yang perlu penyembuhan. Praktik ini memanfaatkan getaran energi tumbuhan.


6. Ses – Kompress Warisan Bhisak Bali
Pengobatan dengan cara mengompres bagian tubuh yang sakit, untuk menghilangkan pembengkakan atau nyeri dalam.
---

🍃 Contoh Resep Tradisional dalam Taru Pramana

📖 Tityang taru sotong, daging anget, rasa sepet, dados anggen tamba pangemped mising, sa, muncuk tityange ulig, anggen papuser ring pungsed, ra, katumbar bolong, 3, lunak.

Artinya:
Hamba pohon jambu biji (Psidium guajava)—buahnya bersifat hangat dan rasanya sepat, dapat digunakan untuk mengobati penyakit diare. Ambil pucuk daun jambu biji, tambahkan 3 butir biji ketumbar dan asam jawa, haluskan dan tempelkan pada bagian pusar.

🌺 Sebuah resep sederhana yang menyimpan harmoni antara elemen bumi, rasa, dan energi tubuh.
---

🧘‍♂️ Filsafat Penyembuhan dalam Taru Pramana

Dalam ajaran Hindu Bali, tubuh disebut Panca Mahabhuta—perpaduan lima unsur: tanah, air, api, angin, dan akasa. Penyakit muncul saat kelima unsur ini tidak harmonis. Taru Pramana hadir untuk menyelaraskan kembali unsur-unsur itu melalui getaran tumbuhan yang sejalan dengan Bayu Sabda Idep manusia.
---

📚 Penutup: Dari Daun Menuju Jiwa

Taru Pramana bukan hanya teks pengobatan, ia adalah filsafat hidup yang mengajarkan manusia untuk kembali pada alam. Dalam dunia yang makin modern, kearifan lokal menjadi jalan pulang—dan Taru Pramana adalah petanya.

> "Sarvam auṣadham bhūtam – Segalanya adalah obat, jika kita tahu cara memaknai."
---

📎 Catatan Redaksi:
Rubrik Widya Tamba Bali mengajak para siswa, guru, tabib muda, dan pecinta lontar untuk menggali kembali ilmu herbal Bali sebagai bentuk pelestarian budaya dan solusi alternatif dalam dunia kesehatan modern.

📬 Kirim pendapatmu:
📧 redaksi.widya@daksha dharma.sch.id
📌 PASRAMAN– Rangdilangit Center
---

🪷 Menumbuhkan Pengetahuan, Menyembuhkan Jiwa — Taru Pramana adalah Ucapan Cinta dari Alam.
🖋️ Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba



Rabu, 18 Juni 2025

Sabar pasti ada hasilnya

"Balok Kecil dan Waktu yang Bijak"


Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba


Di antara lantai yang tampak sempurna,
terdapat lubang yang belum terisi.
Balok kecil berdiri di sudut semesta,
bukan lemah… hanya sabar menanti.

"Katanya sabar pasti ada hasilnya..."
ucapnya lirih namun penuh daya.
Bukan karena pasrah ia diam,
melainkan karena percaya: tempatnya belum sirna.

Ia tahu bentuknya unik,
tidak bundar, tidak pula pipih,
namun dalam dirinya ada keyakinan,
bahwa takdir pun punya arsitek yang bersih.

Tak semua yang melaju duluan akan sampai,
kadang jalan terdekat malah melambai,
sedang balok kecil itu tak tergesa,
karena ia tahu,
waktu sedang menata skenario yang sempurna.

Kālaḥ pacati bhūtāni, kālaḥ saṃharate prajāḥ.
Waktu mematangkan segalanya,
lalu merangkulnya kembali dalam satu cerita.

Wahai jiwa-jiwa yang menunggu,
belajarlah dari balok kecil itu:
Diamnya bukan tunda,
tapi tarikan napas panjang sebelum “jadi sesuatu.”


Penutup Puitik:

Jadilah seperti balok kecil,
yang tak minder karena tak seperti yang lain.
Yang tak ingin cepat-cepat jadi milik,
karena tahu—ketika saatnya datang,
ia akan pas pada ruang yang bahkan semesta pun mengagumi.

💠 Sabar itu bukan diam yang lelah,
tapi bentuk lain dari percaya dengan penuh karisma.
Tunggulah… dengan senyum yang tak luntur,
karena Tuhan pun mencintai mereka yang sabarnya tidak surut.


🪵 Balok kecil bukan hanya kayu—
ia adalah filosofi dari kita yang sedang menunggu tempat terbaik,
untuk menjadi bagian paling pas dalam puzzle kehidupan.

Pemedalan Sandang Lawe

"Pemedalan Sandang Lawe: Solusi Hindu Atasi Arsitektur yang Berpapasan"

Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S., M.Pd
---

🌿 Pendahuluan

Dalam arsitektur tradisional Bali dan Hindu, setiap elemen rumah tidak sekadar desain fisik—tetapi manifestasi energi, arah, dan harmoni kosmis. Ketika dua pintu keluar (pemedalan) saling berhadapan lurus atau berpapasan langsung, kondisi ini disebut Pemedalan Sandang Lawe. Secara spiritual, posisi ini diyakini mengganggu keseimbangan energi, menciptakan jalur luang (kosong) yang menyebabkan prāṇa (energi kehidupan) mudah mengalir keluar tanpa kontrol—sering disebut sebagai penyebab kekeringan rejeki, konflik rumah tangga, atau ketidakstabilan spiritual.
---

🔱 Makna Pemedalan Sandang Lawe Menurut Tattwa

Sandang Lawe berarti "pakaian yang menguntai atau bergesekan"—sebuah simbol bahwa energi antara dua pintu mengalami "gesekan" yang tak terkendali. Dalam kosmologi Hindu, hal ini merujuk pada ketidakharmonisan antara Purusha (jiwa) dan Prakriti (materi), seperti arus keluar masuk yang tidak melalui proses penyesuaian nyasa (penyucian arah).


---

📖 Kutipan Sloka Hindu Terkait Energi Ruang dan Harmoni

संस्थापनं सदा कार्यं गृहद्वारे विशेषतः।
वास्तुविचारतः कुर्यात् प्रक्षेपं नैव लंघयेत्॥

Saṁsthāpanaṁ sadā kāryaṁ gṛhadvāre viśeṣataḥ।
Vāstu-vicārataḥ kuryāt prakṣepaṁ naiva laṅghayet॥

Artinya:
Penempatan harus selalu diperhatikan, terutama pada pintu rumah. Dalam pertimbangan vastu (energi ruang), tidak boleh ada lintasan (aliran langsung) yang melanggar prinsip keseimbangan.

Sloka ini menjelaskan bahwa pintu rumah yang saling berhadapan tanpa penghalang menciptakan prakṣepa, yaitu efek lontaran energi yang saling bertabrakan—dan harus dihindari menurut vāstu śāstra dan āgama śāstra.
🕉️ Solusi Spiritual dan Arsitektural Mengatasi Pemedalan Sandang Lawe
1. Pemasangan Pancadatu dan Panuwed di Pekarangan Sikut Satak
Keseimbangan energi rumah bukan hanya ditentukan oleh bentuk fisiknya, tetapi terutama oleh penjagaan secara niskala.

Dalam ajaran Wastu Śāstra, keberadaan Pancadatu (lima logam sakral: emas, perak, tembaga, besi dan perunggu) serta Panuwed (tumbal simbolik) ditanam di titik as tengah pintu masuk pekarangan utama, khususnya area pintu keluar-masuk (sikut satak). Ini berfungsi sebagai penjaga spiritual yang menstabilkan arus keluar-masuk energi agar tidak liar dan merusak ketenteraman rumah.

2. Pemasangan Aling-Aling atau Tirai Genta
Aling-aling tidak hanya berfungsi sebagai penghalang pandangan, tetapi juga penyeimbang arus bayu – energi halus yang bergerak bersama angin.

“Bayu tan kasengguh, nginget ing rasa, suksma ngider ring mandala.”
(Angin tak terlihat, namun dirasakan; ia menyebar ke seluruh ruang spiritual.)

Rekomendasi Praktis:

Dinding rendah berjarak ±1 meter dari pintu utama.
Tirai gantung berbahan tembaga atau kuningan, dilengkapi genta kecil.
Setiap kali pintu terbuka, suara genta menjadi gelombang vibrasi pembersih, penyeimbang polaritas.
3. Upacara Ruwatan dan Pemuput Caru Apit Lawang
Sloka Suci dalam Ruwatan Apit Lawang:

ॐ आपो हि ष्ठा मयोभुवः। ता न ऊर्जे दधातन।
Oṁ Āpo hi ṣṭhā mayobhuvaḥ, tā na ūrje dadhātana.

Makna:
“Wahai air suci, engkaulah pembawa kesejahteraan. Anugerahkanlah kekuatan pelindung.”

Menurut Lontar Bhuta Dungulan, Caru Eka Sata atau Caru Rsi Gana diperlukan untuk meruwat dan menetralisir Bhuta Kala yang kerap “tersedot” masuk karena dua pintu saling berpapasan.

Dilakukan saat tilem atau kajeng kliwon.
Didampingi mantra penglukatan untuk menetralisasi frekuensi jahat.
Tertuju khusus pada dua sisi pintu (apit lawang) dengan lingkaran tirtha panglukatan.
4. Pemasangan Tapak Dara atau Yantra Dewa
Tapak Dara adalah simbol polaritas energi Siwa dan Wisnu – keseimbangan antara diam dan gerak, masuk dan keluar.

Dalam Tantra Śāstra, disebutkan:
“Yatra śakti praviśati, tatra tejas nirgacchati.”
“Di mana śakti masuk, di sanalah tejas harus dikendalikan keluar.”

Sri Yantra atau Tapak Dara ditempatkan di lantai, tepat antara dua pintu tersebut, biasanya berbentuk ukiran atau logam yang disucikan.

Manfaatnya:

Mencegah kebocoran energi dharma.
Mengalihkan energi buruk agar tidak langsung menembus ruang utama.
Menciptakan sirkuit energi positif yang sirkuler.
5. Karya Prayascitta dan Sloka Sakral
Ruang yang rawan gangguan arsitektural membutuhkan penyucian spiritual yang mendalam.

Mantra Sakral:

ॐ नमो भगवते वास्तुपुरुषाय नमः॥
Oṁ Namo Bhagavate Vāstu Puruṣāya Namaḥ

Makna:
“Sembah sujud kepada Vāstu Puruṣa, Sang Penjaga Keseimbangan Rumah.”

Mantra ini dilantunkan saat:

Menyucikan rumah dengan asap dupa dan tirta.
Membangun pagar niskala di pintu-pintu utama.
Menciptakan filter energi, agar hanya energi dharma yang boleh keluar-masuk.
🌺 Simpulan :
Pemedalan Sandang Lawe bukan sekadar persoalan desain bangunan, tetapi persoalan aliran prāṇa dan energi sakral yang harus diseimbangkan.

Menggabungkan prinsip Vāstu Śāstra, Tantra, dan ajaran Bali kuno, solusi ini tidak hanya estetis secara fisik, tetapi sakral secara rohani – menjaga rumah sebagai mandala suci tempat atma bertumbuh dalam ketenteraman.

---

🌸 Penutup Estetik

Pemedalan Sandang Lawe bukan sekadar soal bentuk rumah—ini adalah isyarat spiritual bahwa hidup kita butuh jalur energi yang tepat: tidak terlalu terbuka, tidak pula terperangkap. Dalam rumah, kita bukan hanya membangun dinding dan atap, tapi menata gelombang energi, vāyu, prāṇa, dan śakti.

Dengan menerapkan ajaran Vastu Purusha Mandala dan warisan Śāstra Hindu, rumah menjadi mandala kecil, tempat keselarasan antara bumi dan langit, antara manusia dan Sang Hyang Widhi.
---

🕉️ Rumah yang selaras, hidup pun berkarakter.
Bukan soal pintunya—tapi soal pintu batin yang terbuka untuk harmoni.


Semangat Presiden Tetap Bersama Kita

📰 KORAN WIDYA JNANA
📯 Edisi Spesial Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47
📅 Bali, Juni 2025

🎨 “Bayu Budaya Menembus Batas Waktu”

Dari Moskow Menuju Bali: Semangat Presiden Tetap Bersama Kita

🙏 Om Swastyastu, Dumogi Sami Rahayu.
Salam sejahtera untuk kita semua.


---

🇮🇩 Presiden Prabowo Subianto, Dalam Misi Negeri Namun Hati Tetap di Bali

Dengan segala hormat dan kasih, kami informasikan bahwa Presiden Republik Indonesia, Bapak Prabowo Subianto, tidak dapat hadir secara langsung pada pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 yang akan dilangsungkan 21 Juni 2025.

Beliau tengah menjalankan misi diplomatik penting ke Federasi Rusia, memenuhi undangan kenegaraan dan pertemuan bilateral dengan Presiden Rusia pada 18–20 Juni 2025.

Secara teknis dan waktu, perjalanan pulang dari Moskow ke Indonesia membutuhkan sedikitnya 16 jam. Maka, kehadiran langsung beliau di Bali pada hari yang sama secara logistik tidak memungkinkan.

Namun, semangat, cinta, dan komitmen beliau tetap menyertai Pesta Kesenian Bali.


---

🏛️ Fadli Zon Wakili Presiden, Budaya Tetap Mendapat Tempat Utama

Sebagai bentuk kehadiran simbolik, Presiden Prabowo telah menginstruksikan Menteri Kebudayaan, Bapak Fadli Zon, untuk mewakili beliau dalam membuka secara resmi PKB ke-47. Ini menjadi penegasan bahwa budaya adalah prioritas nasional, bukan hanya seremoni, tetapi denyut jantung bangsa.


---

🌺 Cinta Presiden untuk Bali Tak Pernah Redup

> “Bali bukan sekadar pulau, tapi adalah candi hidup peradaban Nusantara.”
— Presiden Prabowo Subianto



Kami memahami harapan besar krama Bali agar Presiden hadir membuka langsung PKB. Namun, mari kita yakini bahwa kehadiran fisik bisa tertunda, tapi cinta tidak pernah tertinggal. Presiden Prabowo adalah milik seluruh bangsa. Dan di hatinya, Bali memiliki tempat khusus.


---

🕊️ Hentikan Narasi Negatif, Mari Bergandengan untuk Budaya

Kami mengajak seluruh masyarakat agar tidak memelintir narasi ini dengan prasangka politik. Ketidakhadiran Presiden bukan bentuk pengabaian, tetapi bagian dari tugas besar kenegaraan.

🎗️ PKB 2025 bukan tentang siapa yang hadir, tapi tentang apa yang kita lestarikan bersama.
Mari kita jadikan ini sebagai momentum kolaboratif: rakyat, pemerintah, dan budaya berjalan satu jalur menuju kejayaan Indonesia.


---

📿 Sloka Hindu sebagai Pelita Kesadaran

> धर्मेणैव हि राष्ट्राणि रक्षन्ते न आत्मनः सदा।
dharmeṇaiva hi rāṣṭrāṇi rakṣante na ātmanaḥ sadā

“Negeri-negeri terlindungi bukan karena kekuatan semata, melainkan karena dharma yang ditegakkan bersama.”




---

💌 Doa untuk Pemimpin Negeri

Mari kita haturkan doa tulus untuk Bapak Presiden:

> Om Sarwa Roga Vināśāya, Sarwa Shānti Karāya Ca
Om Sri Prabowo Swasti Bhavatu Te

“Semoga segala kesulitan sirna, dan kedamaian senantiasa menyertai jalan Bapak Presiden Prabowo.”




---

✨ Penutup: Seni adalah Napas Bangsa, Budaya adalah Akar Kekuatan

PKB bukan hanya agenda tahunan, ia adalah jiwa Bali yang bicara kepada dunia. Mari kita sambut PKB ke-47 dengan semangat purnama budaya—yang menerangi, menenangkan, dan menghidupkan nilai-nilai luhur leluhur kita.

🕯️ Karena walau jarak bisa memisah jasad, rasa dan restu tak pernah jauh dari yang tulus.


---

Om Santhi Santhi Santhi Om.
🙏 Salam Budaya, Salam Kebajikan, Salam Nusantara.


---

🖋️ Redaksi Widyātmanews – Suara Luhur dari Bali untuk Dunia
📬 Hubungi kami: widyatmanews@budayanusantara.id
🌐 Edisi Cetak & Digital: Bali Edition | Juni 2025


SENI MENGARAHKAN PIKIRAN

📰 KORAN KARISMATIK & ELEGAN
🌟 “PSY-TACTICS: 5 Trik Halus Mengendalikan Komunikasi”
📅 Edisi Eksklusif | Rabu, 18 Juni 2025


---

🎭 SENI MENGARAHKAN PIKIRAN: 5 TRIK MANIPULASI ELEGAN DALAM KOMUNIKASI

📣 Dalam dunia komunikasi, debat, dan negosiasi—kata-kata bukan hanya alat tukar informasi, tapi juga senjata, seni, dan strategi. Seperti bidak catur dalam tangan Grandmaster, pikiran lawan bisa diarahkan tanpa disadarinya. Berikut adalah 5 trik manipulatif yang halus, cerdas, dan memikat, lengkap dengan cara kerjanya dan tips pemakaian secara elegan.


---

1. 🌀 Reframing – Ubah Sudut Pandang, Bukan Argumen

> 🧠 “Realitas bukan apa yang terjadi, tapi bagaimana kita menyebutnya.”



📌 Tujuan: Mengganti label negatif dengan narasi positif.

🔍 Contoh:
Lawan: “Kamu terlalu keras kepala.”
Kamu: “Aku bukan keras kepala, aku konsisten pada prinsipku.”

🎯 Kapan digunakan: Saat kamu disudutkan secara verbal tapi ingin tampil kuat dan positif tanpa bersikap reaktif.

🧩 Tips Elegan: Gunakan kata-kata yang penuh nilai seperti integritas, komitmen, ketegasan. Ubah permainan tanpa menyentuh bidaknya.


---

2. 🎭 Ilusi Pilihan – Semua Jalan Menuju Tujuanmu

> 🎯 “Berilah pilihan agar orang merasa berkuasa, padahal kendali tetap di tanganmu.”



📌 Tujuan: Menyusun dua atau lebih opsi yang semuanya menguntungkanmu.

🔍 Contoh:
“Kita bahas ini sekarang atau nanti malam?”
(Padahal kamu tetap ingin diskusi hari ini.)

🎯 Kapan digunakan: Ketika kamu ingin arah pembicaraan sesuai target tanpa kesan memaksa.

🧩 Tips Elegan: Pastikan semua pilihan tidak terlalu mencolok. Tambahkan nada peduli seperti: “Terserah kamu, yang nyaman aja.”


---

3. ❓ Loaded Question – Tuduhan dalam Wujud Pertanyaan

> ⚖️ “Pertanyaan yang tampaknya netral, tapi jawabannya menjerat.”



📌 Tujuan: Membuat lawan tampak bersalah tanpa harus menuduh.

🔍 Contoh:
“Kapan kamu berhenti menyebar hoaks itu?”
Jawaban ‘belum’ atau ‘sudah’ = sama-sama mengaku.

🎯 Kapan digunakan: Dalam debat tajam, interogasi retoris, atau ingin menggiring opini publik.

🧩 Tips Elegan: Gunakan dengan wajah datar dan nada lembut. Biarkan kebingungan lawan jadi senjatamu.


---

4. 🔕 Silent Pressure – Keheningan yang Mengguncang

> 🧘 “Dalam diam, terkadang informasi keluar tanpa dipaksa.”



📌 Tujuan: Menciptakan ketidaknyamanan psikologis agar lawan tergelincir.

🔍 Caranya:
Ajukan pertanyaan penting — lalu diam dan tatap matanya.
Tunggu… tunggu… kebanyakan orang akan merasa perlu bicara kembali.

🎯 Kapan digunakan: Saat ingin mendapatkan kejujuran, atau menguji niat lawan.

🧩 Tips Elegan: Jangan terlihat memaksa. Biarkan keheningan jadi magnet kebenaran.


---

5. 🪞 Mirroring – Cermin yang Membangun Kepercayaan

> 💞 “Kita menyukai orang yang secara tak sadar menyerupai kita.”



📌 Tujuan: Menciptakan kenyamanan dan koneksi emosional.

🔍 Caranya:
Tiru gaya bicara, postur, atau bahasa lawan secara halus.
Contoh:
Lawan: “Saya rasa ini tidak adil.”
Kamu: “Saya juga merasa ada yang kurang seimbang.”

🎯 Kapan digunakan: Saat negosiasi pertama, presentasi penting, atau ingin membentuk kedekatan instan.

🧩 Tips Elegan: Jangan berlebihan. Kuncinya adalah kehalusan dan ketepatan waktu.


---

✨ PENUTUP: SENJATA PALING HALUS ADALAH KEHALUSAN ITU SENDIRI

Dalam strategi komunikasi, keanggunan tak selalu berarti lemah, dan keheningan tak selalu kosong. Taktik-taktik ini bukan untuk menyakiti, tapi mengasah pengaruh dalam interaksi. Seperti filosofi Hindu dalam Bhagavad Gītā:

> न हि कश्चित् क्षणमपि जातु तिष्ठत्यकर्मकृत्।
na hi kaścit kṣaṇam api jātu tiṣṭhaty akarma-kṛt

“Tak seorang pun dapat tinggal diam tanpa bertindak, walau sesaat.”
(Bhagavad Gītā III.5)



Maknanya: Bahkan dalam keheningan dan percakapan, kita terus bertindak. Maka, bertindaklah dengan seni, dengan niat, dan dengan kesadaran penuh.


---

🖋️ Disusun oleh: Redaksi
KORAN WIDYAJNANA | Keanggunan Ilmu & Ketajaman Pikiran
Edisi Karismatik | 18 Juni 2025
📩 Untuk kolom lanjutan, kirim ke: widyajnana@psytacticjournal.bali


Jawaban Ujian


1. Sebutkan 18 Jenis Purana dalam Agama Hindu lengkap dengan karakter dari masing-masing Purana tersebut.

Dalam tradisi Hindu, Purana merupakan bagian dari Smrti yang berisi kisah kosmogoni, teologi, mitologi, silsilah raja, dan ajaran moral. Berikut 18 Mahapurana beserta karakternya:

1. Brahma Purana – Fokus pada penciptaan dan pujian terhadap Brahma.


2. Padma Purana – Berisi kisah dewa-dewi, dharma, dan tirthayatra.


3. Vishnu Purana – Mengagungkan Vishnu sebagai dewa utama.


4. Shiva Purana – Menjelaskan ajaran dan kisah Dewa Siwa.


5. Bhagavata Purana – Pusat devosi pada Krishna, termasuk kisah avatara.


6. Narada Purana – Ajaran moral, upacara, dan bhakti.


7. Markandeya Purana – Kisah Durga dan ajaran karma.


8. Agni Purana – Berisi ajaran Veda, Ayurveda, dan dharma.


9. Bhavishya Purana – Nubuat tentang masa depan dan Kali Yuga.


10. Brahmavaivarta Purana – Tentang Radha-Krishna dan penciptaan.


11. Linga Purana – Pemujaan terhadap lingga Siwa.


12. Varaha Purana – Kisah avatara Varaha dan teologi Vaishnawa.


13. Skanda Purana – Cerita Kartikeya/Skanda dan ajaran tirtha.


14. Vamana Purana – Kisah Vamana Avatara dan dharma.


15. Kurma Purana – Berisi ajaran filsafat dan pengabdian pada Vishnu.


16. Matsya Purana – Tentang Avatara Matsya dan cerita pralaya.


17. Garuda Purana – Tentang kehidupan setelah mati dan karma.


18. Brahmanda Purana – Kosmologi Hindu dan kisah besar kalpa.




---

2. Dalam tradisi Kematian di Bali, bahwa dalam menentukan hari baik pelaksanaan Ngaben biasanya pada saat Uttarayana, jelaskan kaitannya dengan Kitab Mahabharata terutama dalam Parwa beberapa dalam 18 jenis parwa yang ada!

Dalam Mahabharata, khususnya Swargarohanika Parwa, disebutkan bahwa Bhisma Pitamah memilih wafat pada saat Uttarayana, saat matahari bergerak ke utara (periode dianggap suci). Hal ini menginspirasi tradisi Hindu-Bali untuk melaksanakan Ngaben pada waktu Uttarayana karena diyakini mempercepat Atma mencapai Moksha. Terdapat pula dalam Anushasana Parwa, ajaran tentang karma dan kematian yang relevan dalam penentuan hari suci untuk pelepasan roh.


---

3. Mengapa dalam melakukan persembahan yang memakai sarana bunga dianjurkan bunga yang dipilih memiliki keharuman, dupa yang dipilih juga yang harum, kaitkan dengan ajaran yang tertuang pada Upanisad!

Dalam Chandogya Upanisad dan Taittiriya Upanisad, disebutkan bahwa rasa, bau, warna adalah bagian dari bhuta (unsur) halus yang memengaruhi batin dan pikiran. Bunga harum dan dupa yang wangi menciptakan vibrasi positif, menyucikan suasana, dan menarik perhatian deva. Persembahan bukan sekadar fisik tetapi sarana menyampaikan bhakti (pengabdian). Wangi harum disimbolkan sebagai persembahan rasa suci dan kesungguhan hati.


---

4. Seorang Brahmana Dwijati memakai Tongkat atau Teken ketika hendak pergi keluar Griya, jelaskan maknanya serta berapa ukuran Tongkat sebenarnya menurut ajaran Nitisastra dan apa makna ajaran tersebut!

Menurut Nitisastra, tongkat melambangkan dharma, kekuatan spiritual, dan perlindungan diri. Ukurannya ideal adalah tinggi pinggang, agar seimbang saat digunakan. Dalam Manusmriti, tongkat menandakan jalan hidup Brahmana yang lurus dan suci. Tongkat menjadi simbol kesiapan moral dan spiritual untuk membimbing masyarakat, bukan sekadar alat bantu fisik.

MAKNA SPIRITUAL DAN STANDAR TONGKAT SULINGGIH DALAM AGAMA HINDU BALI

Dalam tradisi Hindu Bali, tongkat sulinggih bukanlah sekadar alat bantu ritual, melainkan simbol spiritual yang sarat makna. Meskipun tidak memiliki standar baku universal secara tertulis, ukuran tongkat sulinggih umumnya berkisar antara 23–30 cm dengan diameter 2–4 cm, serta memiliki berat minimal 50 gram. Tongkat ini dapat dibuat dari bahan kayu sakral seperti cendana atau jati, atau logam suci seperti perak atau tembaga.

Tongkat ini digunakan oleh Sulinggih atau Pedanda, pemimpin spiritual yang telah melalui proses Dwijati (kelahiran rohani), dalam upacara pemahayu jagat, pawintenan, melaspas, ngaturang banten, serta mudrā pengarahan energi spiritual. Sebagai perpanjangan dari kekuatan mantra, tongkat ini menandai arah perhatian rohani, fokus batin, dan simbol kekuasaan dharma.

🕉️ Makna Simbolis Tongkat Sulinggih

Tongkat tersebut merepresentasikan prajña (kebijaksanaan) dan śakti (daya spiritual). Dalam teks-teks Hindu klasik, tongkat pendeta disebut sebagai "daṇḍa", yang bermakna tiang tegak kebenaran. Dalam Manusmṛti 11.128 disebutkan:

> सर्वं दण्डजमित्याह धर्मं धर्मविदां वरः ।
sarvaṁ daṇḍajam ity āha dharmaṁ dharmavidāṁ varaḥ

“Segala sesuatu lahir dari daṇḍa (tongkat penegak disiplin), demikian dikatakan oleh mereka yang bijak dalam dharma.”



Maknanya: Tongkat adalah simbol tegaknya hukum dharma, menjadi alat kontrol spiritual dan moral. Bagi seorang sulinggih, tongkat bukan hanya lambang otoritas, tapi juga peneguh kesadaran diri sebagai wakil Dewa dalam upacara yajña.


---

🔍 Dimensi Tongkat dalam Perspektif Ritual Hindu

Aspek Keterangan

Panjang 23–30 cm (ideal untuk penggunaan tangan kanan sebagai mudrā pemberkahan)
Diameter 2–4 cm (cukup untuk digenggam kokoh namun elegan)
Berat ± 50 gram (ringan namun terasa berbobot secara simbolis)
Bahan Kayu cendana, jati, bambu gading, atau logam suci
Fungsi Spiritual Membantu konsentrasi, penghantar energi doa, dan simbol arah kesucian



---

📿 Transenden di Balik Ukuran: Spirit Lebih Penting dari Standar

Meskipun tongkat ini memiliki ukuran umum, esensi utamanya bukanlah pada angka-angka itu sendiri. Justru yang paling penting adalah kualitas batin pengguna dan kesucian hati saat menggunakannya. Tongkat sulinggih menjadi wadah energi ilahi, sebagaimana disebut dalam Yajurveda 19.30:

> वाङ् मे मनसि प्रतिष्ठिता मनो मे वाचि प्रतिष्ठितम्।
vāṅ me manasi pratiṣṭhitā mano me vāci pratiṣṭhitam

“Ucapan-Ku bersemayam dalam pikiran, dan pikiranku bersemayam dalam ucapan.”



Makna: Kesatuan antara pikiran, ucapan, dan tindakan—itulah yang menjadikan tongkat sebagai alat penghubung antara dunia niskala (tak kasat mata) dan sekala (kasat mata).


---

🌺 Tongkat Sebagai “Daṇḍa Tattwa” dalam Sulinggih Bali

Dalam laku sulinggih Bali, tongkat digunakan saat:

Memberkahi umat (dengan air suci atau bija)

Menunjuk arah pemujaan (menetapkan mandala)

Menyimbolkan “tegaknya dharma” dan tidak goyah oleh adharma

Memusatkan tenaga batin saat nyurya sewana, japa, atau meweda


Salah satu kutipan dari Sloka Sarasamuccaya juga menguatkan hal ini:

> Śāstreṇa hi vinā daṇḍo daṇḍaḥ pāpaharo bhavet
“Tanpa sastra dan kebijaksanaan, tongkat hanyalah alat penganiayaan. Tapi dengan dharma, daṇḍa menjadi penghancur dosa.”




---

✨ Kesimpulan Ilmiah dan Spiritualitas

Ukuran tongkat sulinggih boleh saja bervariasi. Namun spirit dan fungsi simboliknya tetap ajeg. Tongkat ini bukan sekadar benda mati, tetapi perpanjangan kesadaran rohani sang sulinggih yang telah menyatu dengan Brahman. Ia adalah lambang arah spiritual, kekuatan sabda suci, dan wujud manifestasi adhyātmika śakti dalam ritual-ritual Hindu Bali.

Dengan demikian, ukuran boleh berubah, tapi suci tetaplah abadi.



---

5. Mengapa seseorang yang melakukan Pawintenan di Rajah bagian tubuhnya memakai Aksara Suci, di tulis dalam Lontar apa tentang Aksara tersebut jelaskan!

Rajah aksara adalah simbol pemurnian tubuh dan pengaktifan kekuatan spiritual. Dalam Lontar Wrhaspati Tattwa dan Lontar Tutur Aksara, aksara dianggap suci karena merupakan manifestasi Shabda Brahman. Penulisan aksara suci di tubuh saat pawintenan menyimbolkan pembukaan cakra-cakra dan perlindungan rohani bagi calon pandita atau pemangku.


---

6. Dalam Teks Lontar tatwa bahwa bhawa Siwa berada didalam diri manusia, jelaskan di bagian mana secara spesifik keberadaan Siwa tersebut menurut Teks Lontar yang dikutip jelaskan!

Menurut Tattwa Jñana dan Lontar Siwatattwa Purana, keberadaan Siwa Tattwa ada pada hrdaya (jantung) dan sahasrara cakra (ubun-ubun). Ini menegaskan bahwa Siwa adalah jiwa terdalam (Atman) dalam manusia. Dalam Tutur Aji Sangkya, disebutkan: "Sang Hyang Siwa jnana anut wisesaning urip ring angga sarira"—Siwa sebagai kesadaran murni bersemayam dalam diri sebagai penggerak utama.


---

7. Apa Tujuan Manusia dilahirkan di dunia ini, jelaskan menurut sumber susastra dan bunyi kutipannya!

Menurut Taittiriya Upanisad, tujuan utama kelahiran manusia adalah mencapai Ananda (kebahagiaan abadi) melalui pengetahuan Brahman. Dalam Bhagavad Gita IV.7:

“Yada yada hi dharmasya glanir bhavati bharata…”
"Kapanpun dharma menurun, Aku datang untuk menegakkannya."

Tujuan manusia: menegakkan Dharma, mengalami karma, dan pada akhirnya mencapai Moksha (pembebasan dari siklus samsara).


---

8. Jelaskan Definisi Manusia Utama diantara Manusia menurut Teks Manavadharma Sastra!

Dalam Manavadharmaśāstra (Manusmriti II.13) disebutkan:

“Vedākhilam dharma-mūlam smṛti-śīle ca tadvidām”
"Weda adalah sumber segala Dharma, dan orang yang berpegang padanya disebut manusia utama."

Manusia utama adalah mereka yang hidup berdasarkan Veda, memiliki siladarma (etika luhur), dan tanggung jawab sosial dan spiritual. Ia bukan hanya pintar, tetapi juga bijak dan bermanfaat bagi sesama.


---

9. Bagaimana Pengalaman sebelum Kuliah Kesusastraan Hindu dan sesudahnya jelaskan!

Sebelum mempelajari Kesusastraan Hindu, saya menganggap ajaran Hindu hanya sebatas ritual lahiriah. Namun setelah mengikuti kuliah ini, saya menyadari bahwa sastra Hindu adalah inti kebijaksanaan suci. Saya menemukan bahwa lontar, sloka, dan Purana bukan sekadar teks kuno, tetapi cermin budaya, spiritualitas, dan filsafat hidup. Kesadaran ini mengubah cara saya berpikir, berdoa, dan bersikap dalam kehidupan sehari-hari.



Jawaban Ujian

JAWABAN 

Mata Pelajaran: Bahasa Bali
Topik: Aksara, Lontar, dan Kewibawaan Bahasa Ibu
---

1. Basa Bali sekadi bahasa Ibu utawi basa sane kapertama kaanggen olih masarakat Bali dados piranti komunikasi. Sakadi napi kawentenan Basa Bali ring ab jagate kad mangkin?

Jawaban: Basa Bali ring jaman global puniki kapanggihin dados basa lokal sane ngametuang indik jati diri budaya Bali. Nanging, kawentenannyane pinaka basa Ibu pemargi krama nganggen basa bali sampun arang utawi wenten penurunan ritatkala mabaosan ring pakraman, utamannyane ring generasi muda. Globalisasi lan teknologi nyarengin krama nganggen basa Indonesia lan basa asing. Ngiring ring aab jagate puniki ulati lan cihnayang ngedengin kautaman angga nyarengin nyuratang aksara miwah basa Bali. Dadosne punika, prasida nglimbakang aksara lan budaya Bali, panureksa, pangajarang, miwah pemanfaatan basa Bali ring sekancan ajang edukatif, mediamassa, miwah teknologi, dados kawajiban sakral sang sane nyantenang ajeg Bali.
---

2. Basa Bali wantah silih sinunggil tetamian lelangit krama Baline sane kantun katami tur kaupapira antuk krama Baline. Sapunapi sapatutne mangda indik punika tetep rajeg lan lestari?

Jawaban: Mangda indik punika tetep rajeg lan lestari, wenten satata upaya sekala-niskala sane kaagem. Sekala, tegese ring tingkat praktisi, prasida kaanggen strategi pelestarian ring widang pendidikan, sane ngametuang basa Bali ring kurikulum ajar sekancan tingkatan. Ring level niskala, kapertama rasa asih ring basa Bali dados panglimbak kesadaran budaya. Miwah, kawigunan basa Bali ring upacara adat, tatwa Weda, miwah kawentenan sastra klasik Lontar, nglimbakang suksmaning rasa seneng ring basa Bali punika. Ngelaksanayang wimbakara kompetisi nyurat Aksara Bali, gelar seminar budaya, sareng penyuluhan dados upaya strategis sane dados kawigunan patut.
---

3. Ri kala nyurat lontar, wenten makudang-kudang tata cara nyurat lontar. Indayang surat indik tata cara nyurat lontar!

Jawaban: Tata cara nyurat lontar ngemargiang aturan klasik sane wenten ring sastra Bali kuna. Sekadi:

1. Lontar musti sane sampun kasiyagayang.

2. Pangrupak, alat nyurat sane kawilang tajem, dados pipil tipis.

3. Tinta (arang kemiri/tingkih) nganggén arang, miwah ngidungang minyak kemiri.

4. Tata cara nyurat miwah posisi duduk sane patut nganggep dulang, alas nyurat, nyurat saking kiwa ka tengen.

5. Tetuekan sesuratan mangda lemuh, mecai, ngetumbah, mejit rumah, ngegalih.

6. Risampune puput nyurat nganggep pengrupak, don lontar sane kasurat kadagingin/kaolesin areng kemiri. 

7. Mangda resik taler kaoles minyak sere mangda nenten amah ngetnget nyegah kerusakan

8. Etika nyurat nganutin dharma leluhur, ring widhi tatwa, tata titi nyurat, tur ayahan ring konteks suci.
---

4. Wewehan marupa (pangater, seselan, pangring) kasurat …………… ring kruna linggannyane.

Jawaban: Wewehan marupa pangater, seselan, miwah pangring kasurat satmaka ring kruna linggannyane. Punika nglaksanayang proses morfologi ring basa Bali. Upaminipun:

Pangater (awalan): ma-, pa-

Seselan (sisipan): -in-, -um-, -er-, -el-

Pangring (akhiran): -ang, -in


Conto: ma- + karya = makarya, 
-in- + tulis = tinulis, 
basa + -ang = basang

Wewehan punika ngametuangang makna baru saking kruna dasar, sane dados ciri khas basa Bali.
---

5. Indayang surat makudang-kudang pahan aksara Bali!

Jawaban: Makudang-kudang pahan aksara Bali, inggih punika:

1. Aksara Wrehaṣtra: Ha, Na, Ca, Ra, Ka, Da, Ta, Sa, Wa, La, Ma, Ga, Ba, Nga; aksara sane anggen nyurat aksara Bali Lumbrah

2. Aksara Swalalita: aksara sane anggen nyurat Kidung lan kekawin.

3. Aksara Modre: Aksara agung sane kaanggen nyurat kadiatmikan

4. Aksara Suara, Pasang Aksara, lan Aksara Modre

5. Sandhangan: cecek, pepet, ulu, tedong, taling, taling tedong, lan suku. 

6. Pangangge aksara: untuk membuat bunyi rangkap, pasangan huruf, dan perubahan fonetik.


Pahan aksara punika ngemargiang sistem orthografi tradisional sane nglaksanayang warisan aguron-guron Balinese.
---

Salam Kawi Dharma,
Ajegang basa, aksara, lan sastra Bali.


Selasa, 17 Juni 2025

Bukan sekadar membaca kisah, tapi menghidupkan maknanya

📰 SATYA ARTHA DHARMA
📅 Edisi Refleksi Kehidupan • Rabu, 18 Juni 2025
📌 Rubrik: Cermin Kehidupan & Kearifan Abadi
💫 “Pesan yang Sama, Jalan yang Berbeda”
#JanganPernahMenagihHutang #MindsetIsEverything
---

🧭 JANGAN PERNAH MENAGIH HUTANG

Kisah Dua Anak dari Satu Ayah, Dua Takdir dari Satu Nasihat.

Di sebuah desa yang tenang, hiduplah seorang ayah bijak yang meninggalkan dua pesan kepada kedua anaknya sebelum berpulang ke alam sunyi:

1. “Jangan pernah menagih piutang.”
2. “Jangan biarkan tubuhmu tersengat sinar matahari langsung.”


Lima tahun berlalu...
---

👔 Kisah Anak Sulung: Menelan Kata, Tapi Tak Mencerna Makna

Saat sang ibu berkunjung ke rumah si sulung, tampaklah bisnis yang nyaris bangkrut.

> “Kenapa bisnismu demikian, anakku?” tanya sang ibu.


Sang sulung menjawab:

> “Saya hanya menjalankan pesan ayah, Bu...
Saya tak pernah menagih hutang, akibatnya modal saya habis.
Saya juga tak ingin terkena sinar matahari langsung, jadi saya naik taksi tiap hari.
Itulah sebab hidup saya seperti ini...”
---

💼 Kisah Anak Bungsu: Merenungi, Menafsirkan, dan Menjemput Berkah

Saat sang ibu datang ke rumah si bungsu, ia mendapati sang anak hidup makmur, penuh syukur.

> “Wahai anak bungsuku, rahasia keberhasilanmu apa?” tanya sang ibu dengan haru.


Si bungsu tersenyum dan berkata:

> “Saya juga menjalankan pesan ayah, Bu...
Tapi saya renungkan, bukan hanya saya ikuti.
Ayah bilang jangan menagih hutang, maka saya tidak pernah memberi hutang—saya memilih bersedekah agar harta saya membawa berkah.
Ayah bilang jangan terkena matahari, maka saya berangkat sebelum fajar, pulang setelah matahari terbenam.
Pelanggan melihat saya lebih rajin dan datang lebih awal...
Maka rezeki pun datang lebih deras.”
---

🪔 Pesan Moral: Tafsir Menentukan Nasib

> Dua anak.
Dua takdir.
Dua jalan.
Dari satu pesan yang sama.


📌 Karena cara pandang menentukan arah hidup,
📌 Dan kebijaksanaan bukan hanya tentang mengingat, tapi tentang mengolah dan menerapkan.
---

📜 Sloka Hindu Penguat Kearifan

Sanskerta:
यथा चिन्तयसे तत्तद्भवति।
Yathā cintayase tattad bhavati.
"Apa yang engkau pikirkan, itulah yang akan terjadi."

> Jika pikiranmu terang, hidupmu pun bercahaya.
Jika tafsir hatimu penuh makna, maka langkahmu akan membawa berkah.
---

🕉️ Catatan Redaksi:

Jangan terburu menilai pesan.
Renungi makna terdalamnya.
Sebab petuah leluhur bukanlah perintah membabi buta,
melainkan kunci misteri kehidupan yang menunggu dibuka oleh kebijaksanaan anak-anaknya.
---

📌 SATYA ARTHA DHARMA
"Bukan sekadar membaca kisah, tapi menghidupkan maknanya."

Cai Tarka

🌀 Teks Asli (Bahasa Bali):

Cai Tarka
Kar ke toko ngaba pipis
Lakar meli jaja
Beliang meme a besik
Dimulihne megagapan
---

🌺 Arti Bahasa Indonesia:

Kamu pintar sekali
Pergi ke toko membawa uang
Berniat membeli jajanan
Ibunya dibohongi sendiri
Pulangnya malah tergopoh-gopoh
---

🌸 Makna Estetis, Karismatik, dan Unik:

“Cai Tarka” bukan sekadar sindiran ringan—ia adalah sebuah satire lembut yang menyindir kepintaran licik yang berbalut keluguan. Seperti seorang anak yang berpura-pura hendak membeli sesuatu, padahal menyimpan niat tersembunyi, puisi ini mencerminkan keunikan karakter manusia yang pandai membungkus kelicikan dengan kepolosan.

Dalam narasi sederhana ini, terlukis ironi:

Pergi membawa uang, simbol niat dan tanggung jawab,

Namun berniat membeli jajan, adalah simbol keinginan pribadi.

Bohongi ibu sendiri, menyiratkan retakan kecil dalam kejujuran yang sering dianggap sepele,

Pulang tergopoh-gopoh, mengindikasikan rasa bersalah, ketakutan, atau mungkin sekadar terburu-buru karena takut ketahuan.
---

🌿 Filosofi dan Refleksi:

Puisi pendek ini mengajarkan bahwa:

> “Kepintaran tanpa budi pekerti adalah jalan menuju kepalsuan yang tersembunyi rapi.”


Cai tarka mengajak kita menertawakan kebiasaan kecil yang berakar dalam budaya: kebohongan putih (white lies) yang tampak lucu namun bisa membentuk karakter. Ia memanggil kesadaran untuk berpikir ulang tentang integritas dalam tindakan kecil.
---

🔱 Penutup Puitis:

> Di toko hidup, kita semua membawa pipis—bekal niat dan tekad.
Tapi hanya hati yang jujur yang benar-benar pulang dengan tangan bersih,
bukan tergopoh menyembunyikan remah-remah jajan dari nurani. 🌺


Minggu, 15 Juni 2025

⟁ Pejalan Di Antara Tengkorak dan Garuda ⟁

Puisi Mistika Jiwa dan Arah Abadi

Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba

Tengkorak adalah bumi,
penuh retakan sunyi dan gema doa yang membatu.
Ia bukan hanya sisa—
tetapi akar segala ziarah dalam tubuh waktu.

Garuda adalah langit,
mengepak dengan nyala mantra di sayapnya.
Ia bukan sekadar lambang—
melainkan napas purba dari cakrawala para leluhur.

Di antaranya,
berdirilah tubuh sang pejalan.
Tubuh yang bukan miliknya,
tapi telah dipinjamkan oleh semesta
untuk menjadi jembatan—
antara kematian dan pencapaian,
antara yang hancur dan yang kekal.

Langkahnya bukan langkah biasa,
tetapi satu langkah suci.
Langkah yang menjadikan tanah kubur
sebagai pondasi kesadaran,
dan langit sebagai kubah terang keabadian.

Yang mati menjadi dasar.
Yang suci menjadi cahaya.
Dan jiwa pun terbang—
dibawa sayap Garuda,
menembus batas dunia,
menuju matahari yang tidak pernah padam.

Ia tidak hilang,
tapi menyatu dalam lintasan agung
antara tulang dan langit,
antara akar dan awan,
antara tengkorak yang diam
dan Garuda yang abadi terbang.


TAJEN

🗞️ BALI NEWS
📅 Edisi Khusus | 16 Juni 2025
📍KALANGAN TAJEN | Bali


🐓 DPRD DORONG LEGALKAN TAJEN?

🧠 Suara Kritis dan Bijak

📜 SASTRA SANSEKERTA

सर्वं चक्रं प्रवर्तते, यज्ञः तस्य केन्द्रबिन्दु:।
ताजेनोऽपि धर्मचक्रे नियोज्यते यदि, तदा लोको ह्यनुगृहीतः।
धर्मेण संविधाय नियमं, करं सञ्चिनोति राष्ट्राय।
न केवलं लाभं, किन्तु समृद्धिं जनाय सम्पादयति।
ताजेनं सन्तुलनं यथा नर्त्यति कालचक्रे,
तथा धर्मं स्थापयित्वा नियमं समारभेत्।


🔤 TRANSLITERASI LATIN

Sarvaṁ cakraṁ pravartate, yajñaḥ tasya kendrabinduḥ।
Tājeno'pi dharmacakre niyojyate yadi, tadā loko hyanugṛhītaḥ।
Dharmeṇa saṁvidhāya niyamaṁ, karaṁ sañcinoti rāṣṭrāya।
Na kevalaṁ lābhaṁ, kintu samṛddhiṁ janāya sampādayati।
Tājenaṁ santulanaṁ yathā nartyati kālacakre,
Tathā dharmaṁ sthāpayitvā niyamaṁ samārabhet।


🇮🇩 TERJEMAHAN MAKNA DALAM BAHASA INDONESIA

Segala sesuatu berputar seperti roda, dan Yadnya adalah poros pusatnya.
Tajen pun, jika ditempatkan dalam roda Dharma, menjadi berkah bagi masyarakat.
Dengan menetapkan aturan secara dharmika, negara memungut pajak darinya.
Bukan hanya keuntungan pribadi, tetapi kemakmuran bagi seluruh rakyat.
Tajen menari dalam keseimbangan seperti waktu yang terus berputar,
Maka hukum pun hendaknya ditegakkan dengan dasar Dharma yang sejati.


⚖️ PRINSIP PERATURAN DHARMIKA TENTANG TAJEN

  1. Dharma-Bhūta Niyamaḥ – Tajen harus tunduk pada hukum negara dan tidak boleh melanggar nilai-nilai kemanusiaan, seperti kekerasan yang tak terkendali.
  2. Yajña-Sambhāgaḥ – Sebagian hasil Tajen wajib dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk:
    • Dana pendidikan,
    • Pelestarian seni budaya Bali,
    • Kesejahteraan petani ayam dan pakan lokal,
    • Dana pengobatan bagi korban judi kompulsif.
  3. Rāja-Karaḥ – Pajak dari Tajen harus disetor ke kas daerah dan diawasi melalui lembaga akuntabel.
  4. Anugraha-Mārgaḥ – Dana dari Tajen juga menjadi dana punia untuk mendukung yadnya adat, pura desa, dan kegiatan sosial nirlaba.
  5. Samaya-Saṅgatiḥ – Waktu dan tempat Tajen harus diatur agar tidak mengganggu ketertiban umum dan moralitas publik.

📚 FILOSOFI PERTIMBANGAN

  • Dalam ajaran Hindu Bali, Yadnya adalah putaran pengorbanan untuk harmoni alam semesta. Jika Tajen diarahkan sebagai bagian dari putaran itu—yaitu menjadi siklus ekonomi, sosial, dan budaya yang membawa manfaat bagi masyarakat luas—maka dia menjadi bagian dari Cakra Yadnya.
  • Seperti dalam Bhagavad Gītā 3.16:

"evaṁ pravartitaṁ cakraṁ nānuvartayatīha yaḥ,
aghāyur indriyārāmo moghaṁ pārtha sa jīvati"

“Barang siapa tidak mengikuti roda pengorbanan ini, ia hidup sia-sia, hanya memuaskan indria, dan hidupnya berdosa.”


🕊️ PENUTUP

Jika Tajen ditata secara dharmika—bukan sekadar dilegalkan, tapi juga dimaknai sebagai bagian dari siklus yadnya sosial, maka ia bukan hanya hiburan, tapi alat regenerasi budaya, ekonomi rakyat, dan kebajikan kolektif.