Peran Strategis Sulinggih dalam Menjaga Keajegan Bali: Telaah Spiritualitas Berdasarkan Sloka Hindu
Oleh:
I Gede Sugata Yadnya Manuaba
---
Abstrak
Keajegan Bali sebagai pulau yang lekat dengan nilai-nilai spiritual tidak terlepas dari peran para sulinggih sebagai penjaga moral, adat, dan dharma. Wakil Gubernur Bali, Bapak I Made Giri Prasta (Pak Man Giri Prasta), menegaskan bahwa para sulinggih memiliki peran sentral dalam merawat ajegnya Bali. Artikel ini membahas urgensi persatuan para sulinggih dalam pelayanan keumatan berdasarkan pandangan Hindu, dengan dukungan kutipan sloka dari teks suci sebagai fondasi spiritual dan filosofis.
---
Pendahuluan
Bali tidak hanya dikenal karena keindahan alamnya, tetapi juga karena kekayaan spiritual dan tradisi Hindu yang mendalam. Dalam konteks ini, sulinggih—rohaniwan Hindu—berperan sebagai penjaga nilai-nilai dharma dan keseimbangan sosial-spiritual masyarakat. Wakil Gubernur Bali, Bapak I Made Giri Prasta, menyampaikan:
> “Keberadaan sulinggih memegang peran penting dalam menjaga Bali tetap ajeg. Oleh sebab itu, saya memohon agar para sulinggih bersatu dalam memberikan pelayanan kepada umat.”
Pernyataan ini membuka ruang penting untuk merefleksikan peran sulinggih secara lebih mendalam dalam perspektif Hindu.
---
Telaah Sloka Hindu: Spiritualitas Pemimpin dan Penyatuan Umat
Salah satu ajaran utama dalam agama Hindu adalah tentang tugas pemimpin spiritual untuk menegakkan dharma. Sloka berikut mendukung urgensi persatuan dan peran rohaniwan dalam menjaga harmoni:
Sanskerta:
संगच्छध्वं सं वदध्वं सं वो मनांसि जानताम्।
Transliterasi:
Saṅgacchadhvaṁ saṁ vadadhvaṁ saṁ vo manāṁsi jānatām.
Makna:
Bersatulah kalian, berbicaralah dengan satu suara, dan semoga pikiran kalian menyatu dalam keharmonisan.
(Sumber: Ṛgveda X.191.2)
Sloka ini mengandung makna mendalam yang relevan dengan seruan Wakil Gubernur Bali. Kesatuan hati dan pikiran para sulinggih diperlukan agar pelaksanaan dharma di masyarakat tetap terjaga, tidak tercerai berai oleh perbedaan pandangan maupun kepentingan.
---
Peran Sulinggih dalam Konteks Sosial dan Spiritualitas Bali
1. Sebagai Pemangku Dharma
Sulinggih bertugas menjaga dan menegakkan ajaran dharma. Melalui upacara yajña, pengajaran kitab suci, dan pembinaan spiritual, sulinggih menjadi fondasi moral masyarakat Bali.
2. Sebagai Penuntun Keumatan
Pelayanan sulinggih mencakup tuntunan dalam krama adat, pembimbing upacara, hingga nasihat etika kehidupan. Ketika sulinggih bersatu, arah pelayanan menjadi seragam dan kuat.
3. Sebagai Simbol Kesucian dan Keteladanan
Kehidupan seorang sulinggih adalah simbol brahmacarya, ahimsa, dan titik tumpu spiritualitas. Masyarakat akan melihat figur sulinggih sebagai tolok ukur kebajikan.
---
Penutup
Keajegan Bali bergantung pada keseimbangan antara dunia sekala dan niskala. Sulinggih sebagai jembatan antara keduanya memiliki tanggung jawab spiritual yang sangat besar. Dukungan pemimpin daerah seperti Pak Man Giri Prasta harus ditindaklanjuti dengan konkret—yakni bersatunya para sulinggih dalam satu suara dan pelayanan.
Sebagaimana disebutkan dalam Ṛgveda, kekuatan sejati lahir dari persatuan. Maka, sudah selayaknya para sulinggih bersinergi untuk menjaga Bali tetap ajeg, suci, dan harmonis.
---
Daftar Pustaka
Ṛgveda Saṁhitā X.191
Bhagavad Gītā
Manu Smṛti
Titib, I Ketut. Etika dan Tattwa Kehidupan Sulinggih Hindu di Bali. Denpasar: UHN Sugriwa Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar