“Mengakui Hasil Orang Lain: Ketika Kemunafikan Menjadi Jalan Hidup”
Pengantar
Dalam kehidupan bermasyarakat, sering kita temui orang yang mengambil kredit atas kerja keras orang lain. Di Bali, perilaku seperti ini sering disebut dengan sindiran pedas: “hidup nyongkokin tai kebo”. Sebuah perumpamaan yang mengandung kritik tajam terhadap mereka yang menumpang pamor, mengklaim jerih payah, atau mencuri hasil karya orang lain tanpa merasa bersalah.
---
Sloka Sansekerta tentang Kemunafikan dan Pencurian Dharma
> Sloka:
परोपकारं यः कुर्यात् परस्वं तेन वाञ्छति।
स धर्मद्रोही पापिष्ठो लोके निन्दां स लभते॥
> Transliterasi:
Paropakāraṁ yaḥ kuryāt parasvaṁ tena vāñchati
Sa dharmadrohī pāpiṣṭho loke nindāṁ sa labhate
> Makna:
“Barang siapa berbuat kebaikan tampak luar, namun di balik itu menginginkan harta atau hasil milik orang lain, dialah pengkhianat dharma, penuh dosa, dan akan mendapatkan celaan di dunia.”
Sloka ini menggambarkan sifat kemunafikan—berpura-pura berbuat baik, padahal menyembunyikan niat jahat untuk menguasai hasil kerja orang lain. Inilah wujud nyata adharma yang patut dihindari.
---
Makna Filosofis dan Moral
1. Pengkhianatan terhadap Dharma (Kebenaran)
Mengambil hasil kerja orang lain secara tidak sah adalah pengingkaran terhadap prinsip dasar dharma: satya (kejujuran), asteya (tidak mencuri), dan aparigraha (tidak serakah).
2. Menciptakan Karma Buruk
Perilaku ini akan berbuah karma negatif. Dalam hukum karma, tidak ada pencapaian yang bertahan lama dari hasil tipu daya.
3. Menghilangkan Harga Diri
Meskipun mungkin terlihat sukses dari luar, pelaku ini kehilangan kehormatan batin dan kepercayaan masyarakat.
---
Sloka Tambahan: Tentang Akibat dari Pencurian Hasil
> Sloka:
यः स्वं कर्म न कुर्वाणः परकर्मे रतः सदा।
न स वाञ्छति सिद्धिं हि पतत्येव नराधमः॥
> Transliterasi:
Yaḥ svaṁ karma na kurvāṇaḥ parakarme rataḥ sadā
Na sa vāñchati siddhiṁ hi patatyeva narādhamaḥ
> Makna:
“Dia yang tidak menjalankan tugasnya sendiri dan selalu tertarik mengambil alih pekerjaan orang lain, tidak akan pernah mencapai keberhasilan; ia pasti jatuh sebagai manusia hina.”
---
Bagaimana Seharusnya? Jalan Dharma dan Ketulusan
1. Hiduplah dengan karya nyata.
Dharma mengajarkan kita untuk berusaha jujur, karena kemurnian hati adalah sumber keberhasilan yang sejati.
2. Berikan penghargaan atas karya orang lain.
Hormati jerih payah sesama. Pengakuan yang tulus bisa menjadi bagian dari karma baik.
3. Bangun prestasi dari bawah.
Jalan dharma mungkin lambat, tetapi membekas dalam dan tidak tergoyahkan oleh waktu.
---
Penutup: Kemenangan Sejati
Hidup bukan tentang siapa yang paling cepat sampai, tetapi siapa yang paling jujur dalam setiap langkah. Menjadi pribadi yang jujur dan tulus adalah kemenangan rohani yang sesungguhnya.
> Sloka Penutup:
धर्म एव हतो हन्ति धर्मो रक्षति रक्षितः।
तस्माद्धर्मो न हन्तव्यो मा नो धर्मो हतोऽवधीत्॥
Transliterasi:
Dharma eva hato hanti dharmo rakṣati rakṣitaḥ
Tasmād dharmo na hantavyo mā no dharmo hato’vadhīt
> Makna:
“Barang siapa menghancurkan dharma, dharma akan menghancurkannya. Barang siapa melindungi dharma, dharma akan melindunginya. Maka jangan pernah melawan dharma, agar dharma tidak menghancurkan kita.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar