Makna Sloka tentang "Dewa Pencuri" dalam Ajaran Hindu
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Pendahuluan
Istilah “dewa pencuri” dalam ajaran Hindu bukan merujuk pada tindakan mencuri secara harfiah seperti dalam kejahatan, tetapi lebih pada konsep spiritual yang menggambarkan Tuhan atau aspek ilahi yang ‘mencuri’ ego, keangkuhan, dan keterikatan duniawi manusia. Dalam teks-teks bhakti seperti Bhāgavata Purāṇa, Dewa Krishna sering digambarkan sebagai chora (pencuri) yang mencuri hati para pemuja, mencuri dosa mereka, dan bahkan mencuri rasa ‘aku’ (ahamkāra) dalam diri manusia.
---
Sloka Sansekerta Tentang "Dewa Pencuri"
Sloka Sansekerta:
चौरग्रगण्यः पुरुषोत्तमो हि
हरत्यघानि हृदि भक्तियुक्तः।
कृष्णो हरिर्हृत्कमलस्थितोऽयं
न युक्तितो नापि तर्केण गम्यः॥
Transliterasi:
Chauragragaṇyaḥ puruṣottamo hi
Haraty aghāni hṛdi bhakti-yuktaḥ।
Kṛṣṇo hariḥ hṛt-kamala-sthito'yaṁ
Na yuktito nāpi tarkeṇa gamyaḥ॥
---
Makna per Baris:
1. Chauragragaṇyaḥ puruṣottamo hi
— Sesungguhnya Tuhan Yang Maha Agung adalah pencuri utama (pencuri yang paling unggul),
2. Haraty aghāni hṛdi bhakti-yuktaḥ
— Ia mencuri semua dosa dari hati mereka yang dipenuhi dengan bhakti (cinta suci),
3. Kṛṣṇo hariḥ hṛt-kamala-sthito’yaṁ
— Krishna, Sang Penghapus, tinggal di dalam teratai hati setiap makhluk,
4. Na yuktito nāpi tarkeṇa gamyaḥ
— Ia tidak dapat dicapai dengan logika atau perdebatan intelektual.
---
Makna Keseluruhan:
Sloka ini menyampaikan bahwa Krishna (Tuhan) adalah “pencuri agung”, bukan karena mencuri harta duniawi, melainkan karena mencuri segala dosa, ego, dan penderitaan dari hati para pemuja yang tulus. Ia hadir di dalam hati yang bersih, bukan dalam debat atau logika intelektual. Ia dicapai melalui bhakti (pengabdian suci), bukan argumen.
---
Filosofi "Dewa Pencuri" dalam Bhakti Yoga
Dalam ajaran Bhakti Yoga, terutama dalam tradisi Gaudiya Vaishnava, Krishna dikenal sebagai Mākhan Chora (pencuri mentega) dan Citta Chora (pencuri hati). Aksi “mencuri” ini adalah simbolik—mentega mewakili cinta murni dan hati yang lembut, dan Krishna mencurinya sebagai bentuk kasih sayang-Nya kepada pemuja. “Pencurian” ini juga berarti:
Menghapus rasa ‘aku’ dan ‘milikku’ dari jiwa,
Mencuri dosa-dosa yang menutupi kemurnian batin,
Mengambil alih hati pemuja sehingga tidak ada tempat bagi duniawi.
---
Penutup
Konsep “dewa pencuri” merupakan simbol bhakti mendalam dalam spiritualitas Hindu, di mana Tuhan menjadi pencuri bukan untuk merugikan, tetapi untuk menyelamatkan dan menyucikan. Sloka ini mengajarkan bahwa penyerahan diri secara total kepada Tuhan adalah jalan untuk mencapai kesatuan batin dan kebebasan dari ikatan duniawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar