PERHITUNGAN JARAK RUMAH DENGAN TEMBOK MERAJAN BERDASARKAN TAPAK KAKI DENGAN PERHITUNGAN ASTAWARA
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S., M.Pd
Dalam tradisi arsitektur Bali, setiap pembangunan rumah adat, terutama dalam kaitannya dengan tempat suci seperti merajan, memiliki aturan tersendiri berdasarkan tattwa, etika, dan perhitungan wariga. Salah satu metode perhitungan yang sering digunakan untuk menentukan jarak rumah dengan tembok merajan adalah berdasarkan tapak kaki yang dikombinasikan dengan sistem Astawara.
1. Konsep Tapak Kaki dalam Wariga
Tapak kaki sebagai satuan pengukuran dalam arsitektur tradisional Bali bukan hanya sekadar ukuran fisik, tetapi juga mengandung makna spiritual dan keseimbangan kosmis. Setiap individu dapat mengukur jarak dengan langkah kaki sendiri atau menggunakan metode standar yang telah ditentukan oleh para undagi (ahli bangunan tradisional).
2. Perhitungan Astawara dalam Penentuan Jarak
Astawara adalah sistem siklus delapan hari dalam kalender Bali yang memiliki makna filosofis tertentu. Dalam konteks perhitungan jarak rumah dengan tembok merajan, tiap langkah atau tapak kaki dihitung sesuai urutan Astawara:
1. Sri (Kemakmuran)
2. Indra (Kewibawaan)
3. Guru (Kebijaksanaan)
4. Yama (Keadilan)
5. Rudra (Kehancuran)
6. Kala (Waktu/Kematian)
7. Uma (Kesucian)
8. Ludra (Kesengsaraan
Dari siklus ini, perhitungan yang baik biasanya berhenti pada Sri, Indra, Guru, atau Brahma, yang memiliki makna positif dan mendukung keharmonisan rumah tangga. Dalam menentukan jarak yang baik, umumnya dipilih Sri, Indra, Guru, dan Uma, karena memiliki makna yang baik. Jarak dihitung berdasarkan satuan Tampak kaki (25 cm) atau tapak tangan, dengan memulai hitungan dari titik awal (misalnya pondasi kamar) hingga pondasi tembok merajan.
Cara Menghitung:
a). Mulai dari titik awal (pondasi kamar) dan hitung setiap depa (atau hasta) dengan menyebutkan urutan Asta Wara.
b). Pastikan jarak berhenti pada Sri, Indra, Guru, atau Uma untuk mendapatkan energi yang baik.
c). Jika jatuh pada Rudra, Kala, atau Ludra, sebaiknya sesuaikan jarak dengan menambah atau mengurangi sedikit.
3. Penggunaan Tiga Tapak Kaki + Tapak Ngandang
Selain Astawara, metode yang cukup sering digunakan adalah tiga tapak kaki ditambah tapak ngandang. "Tapak ngandang" merujuk pada tambahan langkah sebagai penyempurna atau koreksi jarak agar sesuai dengan wariga yang baik.
Tiga tapak kaki sering dikaitkan dengan konsep Tri Hita Karana, yaitu keseimbangan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan lingkungan.
Tapak ngandang berfungsi untuk memastikan bahwa perhitungan jatuh pada Sri, Indra, Guru, atau Brahma, sehingga membawa kesejahteraan dan keberuntungan bagi penghuni rumah.
4. Contoh Perhitungan Jarak Rumah dengan Tembok Merajan
Misalkan seseorang mengukur jarak dengan tapak kaki sendiri, lalu menghitungnya dengan urutan Astawara:
Langkah 1 → Sri
Langkah 2 → Indra
Langkah 3 → Guru
Langkah 4 → Yama
Langkah 5 → Rudra
Langkah 6 → Brahma
Langkah 7 → Kala
Langkah 8 → Uma
Jika hasil jatuh pada Kala atau Rudra, maka langkah ditambah dengan tapak ngandang agar jatuh pada Sri, Indra, Guru, atau Brahma.
5. Kesimpulan
Dalam pembangunan rumah adat Bali, perhitungan jarak antara rumah dengan tembok merajan tidak hanya memperhatikan aspek teknis, tetapi juga aspek spiritual dan filosofi wariga. Dengan menggunakan perhitungan tapak kaki yang diselaraskan dengan Astawara, masyarakat Bali meyakini bahwa mereka dapat menciptakan harmoni dalam hunian dan kehidupan sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar