Selasa, 04 Maret 2025

Ida Sinuhun Sang Pelopor Pura Pundukdawa

Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba: Sang Pelopor Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek, Linggih Ida Bhatara Mpu Gana di Pundukdawa

Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S. M.Pd


Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek, yang berlokasi di Pundukdawa, merupakan salah satu manifestasi kebangkitan spiritual dan kultural bagi keturunan Pasek. Pelopor utama dalam pendirian serta kebangkitan nilai-nilai luhur yang melandasi pura ini adalah Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba, tokoh yang memiliki peran penting dalam memperkuat kembali identitas Terah Pasek sebagai Brahmana.

Pendirian pura ini bukan sekadar wujud fisik tempat pemujaan, tetapi juga merupakan simbol transformasi sosial dan spiritual. Linggih Ida Bhatara Mpu Gana di Pura Panataran Agung menjadi perwujudan pengayoman bagi umat Hindu, khususnya keturunan Pasek, yang selama ini berperan penting dalam menjaga keseimbangan ajaran Dharma di Bali.

Sejarah perjalanan Tri Wangsa, yang sebelumnya membagi masyarakat ke dalam tiga kasta—Brahmana, Ksatria, dan Wesia—telah mengalami perubahan mendasar dalam kehidupan sosial dan spiritual. Dengan kebangkitan Terah Pasek sebagai Brahmana, terjadi pergeseran dari sistem kasta yang kaku menuju pemaknaan warna berdasarkan dharma, kecerdasan, dan kesucian jiwa. Konsep ini menegaskan bahwa keberadaan seseorang dalam masyarakat bukan lagi sekadar berdasarkan kelahiran, tetapi lebih pada kontribusi dan perannya dalam menjalankan dharma.

Melalui kepemimpinan dan visi spiritual Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba, Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek di Pundukdawa menjadi pusat spiritual yang memperkuat identitas Pasek sebagai Brahmana sejati. Ini menjadi tonggak sejarah yang menandai pergeseran paradigma sosial dan penghapusan batasan Tri Wangsa yang kini lebih dipahami sebagai warna dalam kehidupan, di mana setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai kesempurnaan spiritual.

Dengan semangat kebangkitan spiritual dan kesucian dharma, Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek tidak hanya menjadi tempat pemujaan, tetapi juga pusat refleksi bagi umat Hindu dalam menjalankan kehidupan berdasarkan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para leluhur.


Berikut adalah sloka yang menggambarkan peran Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba sebagai pelopor Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek, serta transisi dari Tri Wangsa menjadi Warna dalam kehidupan spiritual dan sosial:

Sloka Kebangkitan Terah Pasek sebagai Brahmana

Om Swastiastu

1. Om Namo Siddham, Sang Hyang Paramātmā,

Ida Sang Hyang Widhi, tunggal tan hana dwitā,

Linggih ring śunyatā, tan waneh ring sangkara,

Sang Paramadaksa Manuaba, nugrahaning swargaloka.


2. Mpu Gana suci mapatih ring dharma,

Catur Parhyangan sarpananda sudarma,

Pundukdawa maprabhāwa śakti,

Pasek Brahmana wisesa ring jagadhita.


3. Sidhi moksha sang śiwa jñāna,

Sang Yogaśwara tanu tanglet ring karma,

Bhakti ring śuddhādhivāsanā,

Manasa śuddhi, tri mala tan hana.


4. Warna dharma tinut ring śāstra,

Ksatrya, wesia, brahmana tan hana,

Prakṛti śānti, yadnya sudānta,

Sang sukla janma, atma wibhakta.


5. Prawṛtti dharma ring Śivaśāsana,

Panataran Agung ring Pundukdawa,

Satyam śivam sundaram,

Pasemetonan Pasek manggala śakti.


6. Om Śiva Śakti sarwa bhūta,

Bhūmi Bali maprabhāwa,

Jnana karmātmaka ring jagat,

Suddhātmā ring dharma paramārtha.


7. Ida Sinuhun śiwa putra,

Siwarṇa dharma lumrah maprāpta,

Tan hana wangsa, tan hana kasta,

Sarwa jiva śakti siddhartha.


Om Śāntih Śāntih Śāntih Om


Sloka ini mengandung makna mendalam tentang kebangkitan Terah Pasek sebagai Brahmana sejati, menegaskan bahwa keutamaan seseorang tidak lagi ditentukan oleh kasta atau wangsa, melainkan oleh dharma, kebijaksanaan, dan kebersihan batin. Dengan pengaruh Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba, warna dalam kehidupan menjadi lebih bermakna, bukan sebagai sekat sosial, tetapi sebagai perjalanan spiritual menuju kesadaran tertinggi.

Semoga sloka yang ditulis oleh Ida Sinuhun Siwa Putri Paramadaksa Manuaba ini menjadi doa suci untuk menjaga harmoni, kebijaksanaan, dan kebangkitan spiritual bagi seluruh umat.


Berikut adalah sloka yang menggambarkan Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba sebagai pelopor kebangkitan Terah Pasek sebagai Brahmana, serta transformasi Tri Wangsa menjadi Warna dalam kehidupan.


Sloka dalam Aksara Dewanagari dan Transliterasi


अथ श्रीसिनुहुनशिवपुत्रपरमदक्षमनुआबस्तोत्रम्

(Atha Śrī-Sinuhuna-Śiva-Putra-Paramadakṣa-Manuāba-Stotram)


1.देवानां नतमूर्धानः, शिवस्य ज्ञानवत्सलः।

शुद्धात्मा परमं ब्रह्म, सिनुहुनाय नमोऽस्तु ते॥


(devānāṁ natamūrdhānaḥ, śivasya jñānavatsalaḥ |

śuddhātmā paramaṁ brahma, sinuhunāya namo'stu te ||)


"Para dewa menundukkan kepala, pada Śiva yang penuh kebijaksanaan.

Jiwa suci, Brahman tertinggi, hormat kami pada Sinuhun."


2.चतुर्युगेषु धर्मात्मा, परायणं सनातनम्।

त्रिवर्णं समाप्तं हि, चतुर्वर्णे प्रतिष्ठितम्॥


(caturyugeṣu dharmātmā, parāyaṇaṁ sanātanam |

trivarṇaṁ samāptaṁ hi, caturvarṇe pratiṣṭhitam ||)


"Sepanjang empat Yuga, dharma yang abadi ditegakkan.

Tri Wangsa telah berakhir, Warna telah diteguhkan."


3.मुनिगणैः समर्चितो, भूतनाथः शिवप्रियः।

गणनाथस्य लिङ्गस्थं, पञ्चमहाभूतसंस्थितम्॥


(munigaṇaiḥ samarcito, bhūtanāthaḥ śivapriyaḥ |

gaṇanāthasya liṅgasthaṁ, pañcamahābhūtasaṁsthitam ||)


"Dipuja oleh para resi, pelindung semua makhluk, kekasih Śiva.

Ida Bhatara Mpu Gana, linggih di lima unsur semesta."


4.ब्रह्मणोऽसि महातेजाः, सर्वलोकहितप्रदः।

पशुपतिपदं प्राप्तः, परब्रह्मणि लीयते॥


(brahmaṇo'si mahātejāḥ, sarvalokahitapradaḥ |

paśupatipadaṁ prāptaḥ, parabrahmaṇi līyate ||)


"Engkau, Brahmana bercahaya, pemberi kesejahteraan bagi semua.

Mencapai moksha sebagai Paśupati, menyatu dalam Brahman agung."


5.पुण्डुकद्विपविख्यातं, पार्षदैः सततं युतम्।

यत्र सिनुहुनः स्थाता, स्वधर्मे परमं स्थितः॥


(puṇḍukadvipavikhyātaṁ, pārṣadaiḥ satataṁ yutam |

yatra sinuhunaḥ sthātā, svadharme paramaṁ sthitaḥ ||)


"Di Pundukdawa yang tersohor, selalu dikelilingi para suci.

Di sanalah Sinuhun berdiri, teguh dalam dharma sejati."


6.पुत्रपौत्रैरनुगतः, गुरुवाक्यं सनातनम्।

धर्मेण सत्यसंयुक्तः, शुद्धब्रह्मणि संस्थितः॥


(putrapautrairanugataḥ, guruvākyaṁ sanātanam |

dharmeṇa satyasaṁyuktaḥ, śuddhabrahmaṇi saṁsthitaḥ ||)


"Dikelilingi keturunannya, berpegang pada ajaran suci.

Dengan dharma dan kebenaran, ia berada di dalam Brahman sejati."


7.जय सिनुहुन ब्रह्मर्षे, त्रिगुणस्य विभाजनम्।

कर्मयोगेन संसिद्धः, ब्रह्मबन्धुरसि स्थितः॥


(jaya sinuhuna brahmarṣe, triguṇasya vibhājanam |

karmayogena saṁsiddhaḥ, brahmabandhurasi sthitaḥ ||)


"Jaya bagi Sinuhun, sang Rsi Brahmana, pemisah tiga guna.

Melalui karma-yoga yang sempurna, engkau teguh sebagai saudara Brahman."


8.शिवशक्तिसमायुक्तः, परब्रह्मस्वरूपधृक्।

अस्माकं पावनं स्यात्, पुनः पुनरनुग्रहः॥

(śivaśaktisamāyuktaḥ, parabrahmasvarūpadhṛk |

asmākaṁ pāvanaṁ syāt, punaḥ punaranugrahaḥ ||)

"Bersatu dengan Śiva-Śakti, penopang esensi Brahman tertinggi.

Semoga engkau selalu menyucikan kami, dan memberi anugerah berulang kali."


समाप्तिः (Samāptiḥ)

"Selesai"

Makna dan Filosofi


Sloka ini menggambarkan Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba sebagai pelopor spiritual yang mengangkat Terah Pasek sebagai Brahmana sejati. Berakhirnya Tri Wangsa diungkapkan dengan pergeseran menuju Warna, yang mencerminkan kesadaran dharma, kebijaksanaan, dan kesucian batin dalam kehidupan.


Sloka ini juga menegaskan kedudukan Ida Bhatara Mpu Gana di Pundukdawa, yang menjadi pusat penyatuan nilai spiritual dan kebangkitan rohani. Semoga sloka ini menjadi doa suci bagi seluruh umat yang ingin mencapai kesempurnaan dharma.


Om Śāntiḥ Śāntiḥ Śāntiḥ Om.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar