Selasa, 22 Oktober 2024

Warak KERURON Di Griya Agung Bangkasa

UPACARA WARAK KERURON

Di Griya Agung Bangkasa melaksanakan sebuah upacara ritual yang dinamakan upacara warak keruron. Sejauh ini, masih banyak masyarakat Hindu Bali yang belum mengenal secara mendalam tentang upacara yang sekilas mirip ngelangkir dan ngelungah ini.

Upacara warak keruron memang tidak umum dilaksanakan dalam rangkaian ngaben massal di desa-desa adat, seperti halnya ngelangkir dan ngelungah. Pelaksanaan upacara warak keruron justru banyak diselenggarakan secara massal oleh pasraman atau yayasan keagamaan Hindu.

Lalu apa makna upacara warak keruron ini? Apa perbedaan warak keruron dengan upacara ngelangkir dan ngelungah yang sudah lebih umum dikenal di desa-desa?

Berkaitan dengan hal ini, I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S., M.Pd menjelaskan kutipan sastra pustaka Dharma Kahuripan dan Kama Reka druwen Ki Dalang Tangsub. Upacara warak keruron adalah upacara untuk menghilangkan hal-hal negatif bagi orang tua bayi (ibu) seperti sakit, ketidak harmonisan dalam keluarga, pekerjaan, dan lain-lain akibat pernah mengalami keguguran atau menggugurkan kandungan.

Bahkan (sang ibu atau ayahnya-red) dari janin yang keguguran, nantinya kemungkinan akan sering mengalami musibah atau kecelakaan karena Atman sang janin yang mereka gugurkan masih berada di marcapada dan menuntut untuk kembali ke alam suargan. 

Sebab Peristiwa Keguguran akan membawa sebel atau kekotoran sepanjang hidup bila belum diupacarai. Makna Upacara Warak Keruron atau Pengepah Ayu adalah untuk mengembalikan Atman calon bayi agar tidak di marcapada ngrebeda atau menimbulkan masalah.

Upacara Warak Keruron atau Pangepah Ayu, artinya kalau sejak usia 2 minggu kandungan, janin itu sudah bernyawa, artinya jika ia digugurkan haruslah ibunya/ayah janin mempersiapkan upacara yang layak. 

Diyakini, Bila tidak diupacarai, Atman calon bayi yang keguguran itu tetap mengikuti ayah maupun ibunya kemanapun. Meskipun ayah dan ibunya tidak menikah ataupun tinggal bersama. Warak keruron khusus untuk ibu yang keguguran atau aborsi, maka ia dianggap sebel, sehingga perlu diberikan pembersihkan secara niskala lewat upacara ini. 

Sementara itu, upacara ngelangkir adalah upacara pembersihan untuk bayi yang belum kepus pungsed (lepas pusar). Termasuk jabang bayi itu masih berupa darah atau belum terbentuk sempurna di dalam kandungan.

Kalau dulu tidak ada upacaranya. Tetapi gejala di masyarakat, baik secara kenyataan ataupun lewat mimpi, sering terjadi gangguan kepada mereka yang mengalami hal tersebut, sehingga anak itu perlu diupacarai. 

Adapun upacara ngelungah, ritual ini diperuntukkan untuk bayi yang meninggal sudah kepus pungsed tetapi belum tumbuh dan atau tanggal gigi. Kalau ngelungah upacaranya lebih besar sedikit dari ngelangkir, antara lain ada sarana upakara bubur pirata dan sebagainya. Ngelangkir maupun ngelungah ini semua pakai tirta pengentas. 

Upacara warak keruron ini juga suatu peringatan bagi mereka yang melakukan aborsi secara sengaja. Karena kenyataannya bahwa orang-orang yang keguguran itu dia sering diganggu, baik dala kehidupan ekonominya, kehidupan pribadinya seperti dia tidak punya anak atau sulit hamil kembali.

Artinya, dilarang membunuh walaupun itu masih dalam bentuk darah sekalipun. Karena dalam pertemuan sukla swanita itu sudah ada roh yang masuk. 

Terkait rangkaian pelaksanaan upacara warak keruron, prosesi upacara ini diawali dengan ngulapin bagi suksma sarira sang bayi di perempatan agung (atau dengan membuat kangin perempatan dengan kain putih) dan menggunakan sarana sangga urip, kwangen, klungah, saet mingmang, sirowista, kalpika dan padang lepas. Dilanjutkan dengan upasaksi dipimpin oleh sang sulinggih dan Dane Jro Mangku Gde hanya ngemargiang nganteb ring natar Griya. 
Setelah itu, prosesi ngedetin sang atma, menghaturkan tarpana dan ngerastitiang, diakhiri doa bersama. Setelah semua prosesi tersebut selesai, diberikan penglukatan untuk menghilangkan trauma bagi orang tua (ibu) pascakeguguran.

Akhir prosesi ini dilaksanakan upacara ngeseng atau pembakaran adegan dan nganyut ke segara. Dalam rangkaian upacara warak keruron maupun ngelangkir dan ngelungah, tidak ada prosesi ngelinggihang karena janin atau bayi dianggap belum memiliki karma wasana di dunia ini.

Upacara Warak Karuron atau Pangepah Ayu (Keguguran) ini mungkin sangat jarang kita dengar dan jarang pernah kita lihat implementasinya karena berbagai alasan. Tetapi, sebagai umat Hindu yang percaya dengan keberadaan Sang Hyang Atma hingga sangatlah penting untuk melaksanakan upacara terhadap si cabang bayi yang mengalami keguguran (keruron), meskipun belum berwujud, agar tidak menyebabkan kekacauan (ngrubeda) dalam keluarga, melalui upacara yang disebut dengan upacara "Pangepah Ayu" akibat keguguran (Warak Karuron) atau mengugurkan kandungan (Dhanda Bharunana).

Adapun pelaksanaan upakara ini berdasarkan Lontar Tutur Lebur Gangsa dan Sunari Gama, sebagai berikut :
1. Proses pelaksanaan upakara warak keruron ini bisa dilaksanakan di Griya Sang Sulinggih dan upacara perarungan dilaksanakan di laut/segara atau di sungai. Akan tetapi, sebelum pelaksanaan upacara di laut, pertama kali wajib mengadakan upacara Pakeling dan Upacara Guru Piduka ring Ida Bhatara Siwa Guru di Kemulan, kemudian nunas tirta untuk dibawa ke tempat upacara dan ke laut, dengan upakara :

A. Upakara Meguru Piduka di Kemulan : Daksina Pejati, Ketipat, Pras dan runtutannya.

1) Banten Guru : mealed taledan, raka-raka sarwa galahan, tumpeng guru, kojong rangkadan, sampyan jeet guak.
2) Sesayut Guru Piduka/Bendu Piduka : taledan kulit sesayut, raka-raka jangkep, tumpeng putih meklongkang plekir, kojong rangkadan, limang tebih jaja bendu, suci, kwangen 1 buah, sampyan naga sari, penyeneng, wadah uyah, pebersihan dan runtutannya.

B. Upakara di tempat keguguran dilakukan pecaruan Sapuh Awu.

2. Berikut, upakara di tempat upacara, dilakukan dengan prosesi :
a. Membuat pempatan agung menggunakan kain (kasa) putih.
b. Nanceb sanggah cucuk : upasaksi ke Surya munggah banten daksina, katipat pras, punjung serta runtutannya dan ring sor sanggah : segehan gede asoroh.
c. Di natar, di perempatan kain putih, bantennya sebagai berikut :
1) Banten yang dipakai untuk roh bayi : bunga pudak (kwangen) , bangsah pisang (saet mingmang, sirowista dan kalpika), klungah, kereb sari (kasa rinajah padma), punjung dan banten bajang.
2) Banten untuk ngulapin roh bayi : sorohan, pengulapan-pengambeyan, peras, daksina, ketipat, kelungah nyuh gading disurat ong kara (genah ngadegan roh bayi), kemudian dilakukan pemujaan (mengembalikan kepada sanghyang sankan paraning dumadi) roh bayi tersebut kemudian dilakukan pebaktian bagi roh bayi tersebut untuk kembali ke asalnya. Setelah itu klungah nyuh gading dan semua banten yang digunakan dihanyutkan ke laut.

3. Pemuput pelaksanaan upacara Pangepah Ayu ini boleh dilakukan oleh pemangku (Pinandita/Jro Mangku Gde) yang diyakini atau khususnya Pemangku Khayangan Dalem / Prajapati. Apabila upacara yang dilaksanakan masal/bersama hendaknya di puput oleh Ida Sulinggih. 



TATA CARA AED UPACARA PANGEPAH AYU WARAK KERURON

Tgl 22 Agustus 2020 mhn ngaturang pejati/mapekeling:

Sarana mapakeling:
1. Pejati jangkep asoroh
2. Rantasan putih kuning, madaging :
    - ring duur rantasan medaging canang, 
    - kuwangen medaging jinah bolong 5 keteng,
    - medaging dupa 5 katih, 
    - medaging kekitir ( busung masurat nama  
      ibu dan ayah )

3. Botol kratindeng mawastra putih kuning 
    anggen mundut wangsuh pada ida bhatara 
    hyang guru.

Makasami punika kagenahang ring satu bokoran, sawus ngatur piuning bakta ka segara tgl 23 pagi duluran pejati sukla.

Pejati atur piuning punika jejerang saking tgl 22 nyantos puput polah palih upacara lan pengrarungan rauh segara. Mapakeling ring Kemulan (Ida bhatara Siwa Guru) miwah ngaturang canang ring Dalem Karang/Tugu Pekarangan (linggih ida bhatari durgha manik), matur piuning jagi nyarengin upacara pangepah ayu sepisan ngelungsur tirtha pundut ring tempat ngelaksanayang upacara.

#Tgl 23 jam 8 sampun ring tempat upacara saha makta;
1. Pejati sukla jangkep segehannyane
2. Rantasan putih kuning SEKADI RING AJENG
3. Alat2 sembahyang
4. Pajeng hujan @ peserta untuk berteduh.

#IDA SULINGGIH MAPUJA SAHA NGEMARGIANG UPACARA PANGEPAH AYU

#PROSESI NGESENG ADEGAN PANGEPAH AYU

#NGAYUT areng adegan.

#Setelah nganyut areng adegan, WANGSUH PADA IDA BHATARA GURU LEBAR RING SEGARA, satmaka ida nyaksiang polah palih upacara, 

#Rantasan sane kabakta punika mangda anteg-antegang ping 3 ring toyan segara tur botol sane anggen mundut tirtha punika malih anggen nyalud/nunas toya sagara pundut budal ke rumah, suang2

#Kalau ikut warak keruron hanya selesai di segara, sesampai dirumah sebelum ngenahang rantasan ring traptrapan kemulan, katur segan putih kuning.

#Jika ikut ngelangkir/ngelungah buat upakara ngendag ring tempat bayi di kubur dulu dan selesai prosesi di segara sesampai dirumah/sebelum katur melinggih ring kemulan, wajib mecaru ayam brumbun dumun ring natar

#tubaba@griyang bang//salam manggayuh kasampurnaning urip#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar