Kamis, 31 Oktober 2024

Petilasan Sang Pelopor

Makna sebuah petilasan


Masyarakat secara khusus Jawa, cukup familiar dengan istilah petilasan. Kata ini merujuk pada “tilas” atau bekas. Suatu tempat yang pernah di datangi atau ditinggali oleh seseorang yang memunyai jasa besar bagi kehidupan. Dalam konteks ini seseorang yang pernah tinggal dan mendatangi suatu tempat merupakan orang penting. Dan karena itu terutama di tanah Jawa, tercatat cukup banyak petilasan yang pernah di tinggali atau didatangi. Didaerah Sunda ada pengertian petilasan yaitu suatu tempat yang "Diwasiatkan" oleh nenek moyang pendiri perkampungan untuk jangan diganggu, tempat itu biasanya berupa bukit, hulu sungai, atau hutan kecil. Hampir semua tempat petilasan memililki Juru kunci atau kuncen untuk menjaga kelestarian dan kesakralan tempat tersebut. Dalam bahasa Arab, petilasan disebut maqam (berarti "kedudukan" atau "tempat"). Oleh senab itu lah tidak menutup kemungkinan kita sebagai orang Bali meminjam istilah tersebut karena kita belum memiliki padanan kata tersebut, untuk dapat menghormati sejengkal tanah yang telah di sukat atau dikeramatkan di sebuah tempat. 

Karena petilasan tersebut pernah dipilih dan disinggahi lebih-lebih beliau telah menapakan sukat kaki orang penting/sebagai popor yang mengawali Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Linggih Ida Bhatara Mpu Gana di Pundukdawa, maka dalam perkembangannya orang memandang bahwa lokasi tersebut wajib untuk dihormati dan dijaga. 

Walaupun begitu, ada saja orang yang menggunakannya sebagai tempat untuk mencari sesuatu. Meminta sesuatu secara instan, yang pada akhirnya menjadikan petilasan tersebut mengalami pergeseran makna sesungguhnya. Perkembangan ini tidak lepas dari pengaruh budaya materi yang kian mendesak manusia, sehingga pada kenyataannya mengharapkan sesuatu secara instan. Sejatinya petilasan bukan dimaksudkan untuk itu, melainkan menjadi tempat untuk dapat diingat bagi generasi tersebut, bahwa di tempat itu pernah terjadi peristiwa penting.

Dalam hal mistik, petilasan cukup banyak mengandung penafsiran, yaitu tempat-tempat/petilasan yang pernah didatangi oleh orang penting mengandung energi positif bagi seseorang yang bisa merasakannya. Paling mudah adalah dengan merasakan suasana dan kesejukan hati disaat berada di petilasan tersebut selama beberapa menit. Mengapa energi tersebut positif? Biasanya orang penting tersebut memunyai kesaktian yang mana menurut paranormal diyakini masih berada di petilasan tersebut. Selain nuansanya pun, bagi orang-orang yang gemar bertirakat petilasan adalah lokasi yang cocok untuk mengambil/menyerap energi positif. Tempat tersebut menjadi sakral-suci sehingga perlu dijaga dari hal-hal yang menjauhkan dari makna sesungguhnya

Dalam alam pikiran yang logis saat ini, petilasan dapat dipahami sebagai tempat bersejarah yang patut untuk dijaga dan dilestarikan. Dengan begitu, ada makna tersirat dari sebuah petilasan untuk dapat menjadi “tetenger” atau penanda (tanda) bahwa generasi sekarang tidak saja menikmati suasana fisik namun menangkap makna historis dari tempat dimana peristiwa tersebut terjadi.

Hal ini penting, karena melihat laju perkembangan zaman saat ini sepertinya menjauhkan diri dari apa yang dinamakan “eling”. Eling atau ingat pada diri dan orang lain. “Eling”, karena dengan eling setiap manusia dapat menemukan jati diri. Yaitu jati diri sebuah bangsa yang dilatarbelakangi oleh sebuah nilai (value) perjuangan. Itulah yang sedang saya kunjungi, yaitu sebuah lokasi dataran tinggi di daerah Ngawen Gunung Kidul. Lokasi yang pernah di jadikan tempat bertapa dan membangun strategi pangeran Sambernyowo ini sedang mulai berbenah diri. Kiranya dapat diingat oleh generasi sekarang, bahwa tempat ini sebuah perjuangan dimulai. Dan tempat ini juga menyiratkan semangat akan nilai-nilai luhur yang seharusnya dapat dirasakan oleh generasi sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar