Kita pada umumnya membeku saat dihadapkan pada berbagai rintangan yang mengadang.
Setiap rintangan yang kita alami berbeda. Namun tanggapan yang muncul sama: Rasa takut, Frustasi, Bingung, Tak berdaya, Depresi, Marah.
Kita tahu apa yang ingin kita lakukan, tapi rasanya seolah-olah ada musuh tak kasatmata yang sedang menghalangi, yang merintangi jalan kita. Jadi kita tidak melakukan apa-apa.
Bagian pertama menghadapi rintangan adalah masalah Persepsi. Persepsi adalah cara kita melihat dan memahami apa yang terjadi di sekeliling kita, dan bagaimana kita memaknainya. Persepsi bisa menjadi sumber kekuatan atau kelemahan besar kita. Ada beberapa hal yang perlu diingat ketika kita dihadapkan dengan rintangan yang tampaknya tak mungkin teratasi. Kita harus berusaha: bersikap objektif, mengontrol emosi dan keseimbangan mental kita, memilih melihat kebaikan dalam situasi, tetap menenangkan diri, mengabaikan apa yang mengganggu atau membatasi orang lain, melihat berbagai hal dari sudut pandang yang objektif, kembali ke masa kini, berfokus pada apa yang dapat kita kendalikan.
Kitalah yang memutuskan makna dari setiap situasi. Kitalah yang memutuskan apakah kita akan kalah atau melawan. Persepsi kita adalah hal yang dapat kita kendalikan sepenuhnya. Rintangan membuat kita penuh emosi. Satu-satunya cara agar bisa bertahan atau berhasil mengatasinya adalah dengan mengendalikan emosi. Tetap stabil apapun yang terjadi. Setelah menstabilkan diri dan menahan emosi, kita bisa melihat segala sesuatu sebagaimana adanya (objektivitas). Di tambah pula dengan sudut pandang kita yang baru dalam melihat rintangan membantu kita mengubah rintangan. Bagaimana kita mendekati, memandang, dan menempatkan suatu rintangan dalam konteks tertentu, serta car akita memaknainya, menentukan seberapa sukar dan menakutkan rintangan yang perlu diatasi.
Begitu banyak orang dalam hidup yang menasihati kita untuk bersikap realistis atau konservatif. Ini adalah situasi yang sangat tidak menguntungkan Ketika kita berupaya melakukan hal-hal besar. Walaupun kita tentu saja tidak dapat mengendalikan kenyataan, persepsi kita dapat memengaruhinya. Karena itulah kita sebaiknya tidak perlu terlalu mendengarkan apa yang orang lain katakan (atau apa yang suara di kepala kita katakan juga). Ide-ide terbaik bisa datang dari situasi nekat dan habis-habisan. Rintangan bisa mengekspos opsi-opsi baru.
Setelah berhasil menata persepsi dengan tepat, Langkah kedua adalah bertindak atau tindakan. Tindakan membutuhkan keberanian. Kita harus memastikan bahwa kita bertindak dengan penuh pertimbangan, keberanian, dan kegigihan. Tindakan adalah solusi dan obat bagi situasi sulit yang kita hadapi.
Kita selalu bisa (dan hanya) menyambut rintangan yang kita hadapi dengan: semangat, gigih, proses yang koheren dan penuh pertimbangan, beradaptasi dan tabah, sikap pragmatis, visi yang strategis, cerdik dan lihai, mata yang dapat melihat kesempatan.
Kegagalan bisa menjadi aset kalau Anda berusaha meningkatkannya, mempelajarinya, atau melakukan hal baru. Ini adalah ciri awal semua keberhasilan. Bukanlah hal yang memalukan jika Anda keliru, atau berubah haluan. Setiap kali ini terjadi, kita mendapat opsi baru. Masalah menjadi kesempatan. Penting juga bagi kita untuk fokus pada proses ketimbang hasil yang ingin kita capai. Proses berbicara tentang apa yang perlu kita lakukan saat ini. Dan lakukan itu dengan baik.
Bagian ke 3 dalam menghadapi rintangan adalah tekad untuk keluar dari rintangan. Tekad adalah kekuatan dari dalam yang tidak akan pernah dipengaruhi oleh faktor faktor dari luar. Tekad adalah kekuatan yang mengubah situasi yang nampaknya tidak dapat diubah menjadi pengalaman pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar