TARIAN MASKOT SPENFOURAB
Nama Tarian "HAMSA Nritya Sastra" diambil dari logo sekolah SMP Negeri 4 Abiansemal
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S., M.Pd
Konsep Tarian : Ni Made Wiryawati, S.Pd, Ni Luh Trisna Dewi, S.Sn & GUSTI AYU RAI KARTIKA PRADNYANI,S.Pd.H
Tari maskot adalah suatu bentuk tarian yang menggambarkan tentang rasa kebanggaan dan identik dijadikan sebagai ikon yang mencerminkan kekhasan suatu wilayah atau sekolah SMP Negeri 4 Abiansemal
Dalam Rapat tanggal 5 September 2022, Bapak I Made Antara, S.Pd sebagai Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Abiansemal mengusulkan agar SMP Negeri 4 Abiansemal memiliki tarian maskot sebagai bentuk kreativitas seni di SMP Negeri 4 Abiansemal. Beliau juga mengungkapkan bahwa Bongkasa adalah Desa Wisata dan Seni, banyak potensi siswa di bidang seni yang perlu digali dan ditingkatkan, maka dari itu, sebagai upaya peningkatan kreativitas di bidang seni sangat bagus sekali apabila tari maskot ini dibentuk.
Makna SASTRA
Sastra (Sanskerta: शास्त्र, IAST: śāstra, IPA: /ʃɑstraː/) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta yaitu shaastra, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman". Shaastra berasal dari kata dasar śās- atau shaas- (bahasa Sanskerta: शास्) yang berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau instruksi, dan tra (bahasa Sanskerta: त्र) yang berarti alat atau sarana.
“Hamso yatha ganam”
angsa putih menghendaki bergerak dalam kelompok yang banyak.(Rgveda IX.32.3)3.
Angsa putih selalu bergerak atau terbang secara bersama-sama dalam jumlah yang banyak.
Dalam kebersamaan mencapai tujuan yang utama.
Simbolisme Angsa, antara Cantik dan Dunia Mistik. Burung ini kerap dijadikan lambang keelokan dalam tarian balet. Angsa juga erat dengan makna keindahan, sebagai simbol cinta dan kesetiaan, karena perilaku kawin mereka yang monogami dan biasanya bertahan seumur hidup. Filosofi Angsa Mengajarkan Kita untuk Kompak.
Makna OBOR
Api obor melambangkan semangat keperkasaan.
Makna NRITYA
Nrtya
Ini adalah roh dari kekekalan dan waktu.
Ini adalah roh pria dan wanita.
Ini adalah Purusha dan Prakriti ,
ekspresi dari evolusi gerakan,
kekuatan yang benar-benar kreatif yang telah turun kepada kita sejak berabad-abad.
Perwujudan suara dan ritme ini,
yang menciptakan puisi ekspresi spiritual
disebut tarian atau nritya .
Nritya secara luas dikategorikan sebagai salah satu dari tiga bagian Sangita , dua lainnya adalah gita (musik vokal, lagu) dan vadya (musik instrumental). Ide-ide ini muncul dalam literatur Veda Hindu seperti dalam Aitareya Brahmana , dan dalam teks Sansekerta era pasca-Veda awal seperti Natya Shastra , Panchatantra , Malvikagnimitra dan Kathasaritsagara .
Nritya dan Nata muncul dalam sastra era Veda. Misalnya, bagian 4.104 Sutra Unadi menyebut Nata sebagai "penari, pantomim, aktor". Panini juga menyebutkan istilah Nritya dan Nartaka masing-masing sebagai penari dan penari, dalam risalahnya tentang tata bahasa Sansekerta.
Nritya ( Sansekerta : , diromanisasi : nṛtya ) , juga disebut sebagai Nritta', Nritta , Natana atau Natya , mengacu pada "menari, beraksi di atas panggung, bertindak, menggerakkan tangan, bermain" dalam tradisi India. Kadang-kadang dibagi lagi menjadi dua bentuk: nritta atau tarian murni, di mana gerakan penari tanpa ekspresi memainkan ritme dan frasa musik; dan nritya atau tarian ekspresif, di mana penari memasukkan ekspresi wajah dan bahasa tubuh untuk menggambarkan suasana hati dan gagasan dengan gerakan berirama untuk berkomunikasi dengan penonton.
Nritya berarti tarian dalam bahasa Sanskerta.
Nritya secara luas dikategorikan sebagai salah satu dari tiga bagian Sangita , dua lainnya adalah gita (musik vokal, lagu) dan vadya (musik instrumental). Ide-ide ini muncul dalam literatur Veda Hindu seperti dalam Aitareya Brahmana, dan dalam teks Sansekerta era pasca-Veda awal seperti Natya Shastra, Panchatantra , Malvikagnimitra dan Kathasaritsagara .
Nritya dan Nata muncul dalam sastra era Veda. Misalnya, bagian 4.104 Sutra Unadi menyebut Nata sebagai "penari, pantomim, aktor". Panini juga menyebutkan istilah Nritya dan Nartaka masing-masing sebagai penari dan penari, dalam risalahnya tentang tata bahasa Sansekerta.
Istilah Nritya muncul dalam semua bentuk tari klasik India utama sebagai salah satu bentuk repertoar mereka, terinspirasi oleh pedoman Natya Shastra . Ini adalah Nritta , Nritya dan Natya
Pertunjukan Nritta adalah aspek tarian yang abstrak, cepat dan berirama. Penari melakukan langkah-langkah tarian murni dengan menggunakan adavu . Dengan kata sederhana, kita dapat mengatakan bahwa Nritta berarti tarian klasik murni.
Nritya adalah aspek yang lebih lambat dan signifikan dari tarian yang mencoba untuk mengkomunikasikan perasaan, alur cerita terutama dengan tema-tema spiritual dalam tradisi tari Hindu. Dalam nritya , tarian-akting diperluas untuk memasukkan ekspresi diam kata-kata melalui gerak tubuh dan gerak tubuh diatur ke not musik. Aktor mengartikulasikan legenda atau pesan spiritual. Bagian dari repertoar ini lebih dari sekadar kenikmatan indrawi, dan bertujuan untuk melibatkan emosi dan pikiran pemirsa.
Natyam adalah sebuah drama, biasanya kinerja tim, tetapi dapat dimainkan oleh pemain solo di mana penari menggunakan gerakan tubuh standar tertentu untuk menunjukkan karakter baru dalam cerita yang mendasarinya. Sebuah Natyam menggabungkan unsur-unsur dari Nritya
HAMSA ATAU ANGSA
Angsa adalah burung air berukuran besar dari genus Cygnus famili Anatidae. Bebek dan Angsa berleher pendek juga terdapat di famili Anatidae.
Tak seperti elang, angsa hidup berkawan. Mandi bersama, tidur bersama, dan mencari makan bersama. Dalam dunia sosiologis mereka lebih mencirikan diri sebagai masyarakat kolektif. Tetapi mereka tidak menyebut diri seperti itu. Apapun istilah yang ingin dilekatkan oleh para ilmuwan, silahkan saja, yang penting kami selalu bersama. Kira-kira begitulah sikap politik mereka.
Ini adalah isyarat alam yang dasyat. Kita tidak pernah menyadari keberadaannya karena semua berlalu secara alami. Padahal angsa mengajarkan kita banyak hal tentang arti tata tertib, kekompakan dan pertemanan.
Pelajaran pertama:
Di musim dingin, mereka bermigrasi ke Selatan, dan dimusim panas mereka kembali ke asalnya di Utara. Lalu lihatlah formasi yang mereka bentuk disaat terbang bermigrasi itu. Mereka membentuk formasi huruf V. Bukan tanpaalasan, karena para fisikawan mencatat bahwa tingkat resistensi terhadap angin akan lebih rendah, dalam formasi seperti itu, dibandingkan dengan terbang sendiri. Ini jauh lebih bermanfaat bagi mereka guna memacu kecepatan.
Pelajaran kedua:
Bila ada anggota yang sakit, atau sayapnya kelelahan, lalu terlempar dari formasi, maka akan ada angsa yang lain yang datang mengapit untuk tetap terbang dalam formasi huruf V kecil yang baru. Dukungan sosial ini begitu penting, dalam menjaga kekompakan dan keberlangsungan hidup, agar yang lemah bisa tetap terbang dan tidak terjatuh sendirian. Berangkat bersama, terbang bersama, hingga sampai ditujuan juga bersama-sama. Seakan begitu filosofi mereka. Terbang sendirian bukan hanya soal keamanan, tetapi juga soal efektivitas kecepatan dan kepakan sayap.
Pelajaran ketiga, dan terpenting, setiap angsa saling bergantian mengambil alih komando. Bila si A kelelahan, maka si B dengan spontan menggantikannya. Tidak ada ketamakan untuk terus menjadi komandan, Juga tidak ada keinginan untuk mengkudeta kekuasaan. Semua bertindak menjadi imam yang baik dan makmum yang juga baik. Beginilah harusnya kerja sebuah tim dalam membawa misi kesuksesan. Apapun itu.
Jauh lebih penting, alih komando itu tidak hanya diantara angsa-angsa jantan saja, tetapi angsa betina juga mendapat tempat dan kesempatan. Tak ada istilah angsa jantan mesti di depan, dan angsa betina mengawal di belakang. Tetapi mereka terbang bersama, berbagi tugas, berbagi ruang serta peluang sama rata untuk menuju danau-danau bercuaca hangat. Luar biasa!
Alangkah indahnya bila hidup kita -- orang-orang kolektivistik-- bisa mencontoh kehidupan angsa -- yang juga kolektivistik.
Sayangnya, kita lebih senang menerapkan gaya hidup individualistik. Seperti kepiting, hidup penuh persaingan dan saling menjatuhkan. Padahal semua memiliki kesamaan cita-cita yaitu kabur dari keranjang. Si empunya tidak pernah khawatirakan kaburnya kepiting itu satu demi satu karena mentalitasnya memang mentalitas individualistik. Kepiting tidak punya kecerdasan sosial yang mumpuni, mereka tidak mampu bekerjasama. Maksud hati mau kabur dari keranjang tapi terjebak pada egoisme individual dimana lebih senang menguasai dan menginjak orang lain.
Egoisme dan saling injak ini berakibat buruk pada kinerja kolektif, karena pada akhirnya tidak seorangpun bisa keluar secara selamat dari keranjang.
Makna Filosofi Angsa Terbang:
Kita akan melihat beberapa fakta ilmiah tentang mengapa rombongan burung angsa tersebut terbang dengan formasi "V" dan pelajaran yang bisa diambil dari peristiwa tersebut.
Fakta:
Saat setiap burung mengepakkan sayapnya, hal itu memberikan "daya dukung" bagi burung yang terbang tepat di belakangnya. Ini terjadi karena burung yang terbang di belakang tidak perlu bersusah payah untuk menembus “dinding udara” di depannya. Dengan terbang dalam formasi "V", seluruh kawanan dapat menempuh jarak terbang 71% lebih jauh daripada kalau setiap burung terbang sendirian.
Pelajaran:
Orang-orang yang bergerak dalam arah dan tujuan yang sama serta saling membagi dalam komunitas mereka dapat mencapai tujuan mereka dengan lebih cepat dan lebih mudah. Ini terjadi karena mereka menjalaninya dengan saling mendorong dan mendukung satu dengan yang lain.
Fakta:
Kalau seekor burung angsa terbang keluar dari formasi rombongan, ia akan merasa berat dan sulit untuk terbang sendirian. Dengan cepat ia akan kembali ke dalam formasi untuk mengambil keuntungan dari daya dukung yang diberikan burung di depannya.
Pelajaran:
Kalau kita memiliki cukup logika umum seperti seekor burung angsa, kita akan tinggal dalam formasi dengan mereka yang berjalan di depan. Kita akan mau menerima bantuan dan memberikan bantuan kepada yang lainnya. Lebih sulit untuk melakukan sesuatu seorang diri daripada melakukannya bersama-sama.
Fakta:
Ketika burung angsa pemimpin yang terbang di depan menjadi lelah, ia terbang memutar ke belakang formasi, dan burung angsa lain akan terbang menggantikan posisinya.
Pelajaran:
Adalah masuk akal untuk melakukan tugas-tugas yang sulit dan penuh tuntutan secara bergantian dan memimpin secara bersama. Seperti halnya burung angsa, manusia saling bergantung satu dengan lainnya dalam hal kemampuan, kapasitas dan memiliki keunikan dalam karunia, talenta atau sumber daya lainnya.
Fakta:
Burung-burung angsa yang terbang dalam formasi ini mengeluarkan suara riuh rendah dari belakang untuk memberikan semangat kepada burung angsa yang terbang di depan sehingga kecepatan terbang dapat dijaga.
Pelajaran:
Kita harus memastikan bahwa suara kita akan memberikan kekuatan. Dalam kelompok yang saling menguatkan, hasil yang dicapai menjadi lebih besar. Kekuatan yang mendukung (berdiri dalam satu hati atau nilai-nilai utama dan saling menguatkan) adalah kualitas suara yang kita cari. Kita harus memastikan bahwa suara kita akan menguatkan dan bukan melemahkan.
Fakta:
Ketika seekor burung angsa menjadi sakit, terluka, atau ditembak jatuh, dua burung angsa yang lain akan ikut keluar dari formasi bersama burung angsa tersebut dan mengikutinya terbang turun untuk membantu dan melindungi. Mereka akan tinggal dengan burung angsa yang jatuh itu sampai ia mati atau dapat terbang lagi. Setelah itu mereka akan terbang dengan kekuatan mereka sendiri atau dengan membentuk formasi lain untuk mengejar rombongan mereka.
Pelajaran:
Kalau kita punya perasaan, setidaknya seperti seekor burung angsa, kita akan tinggal bersama sahabat dan sesama kita dalam saat-saat sulit mereka, sama seperti ketika segalanya baik.
Jadi apa keuntungan yang kita dapat dari perdebatan tak berujung karena perbedaan? Bukankah lebih baik kita bahu membahu saling mengisi kekurangan kita? Mencari solusi terbaik bersama-sama disaat kita berbeda pandangan? Ingatlah kawan, bangsa ini bukan hanya milik kita tapi milik penerus & keturunan kita juga. Akankah kita mewariskan bangsa ini pada penerus kita bangsa yang carut marut tanpa arti? Jawabannya ada pada sahabat sekalian.
Burung Angsa dan Lambang Cinta
Tahukah anda selain gambar burung merpati dan gambar dua cincin bertautan ada gambar lain yang digunakan sebagai lambang pernikahan. Yaitu gambar angsa yang saling berhadap-hadapan dengan leher membentuk lambang cinta. Gambar ini sering kita jumpai dalam desain undangan pernikahan, dekorasi pelaminan, bahkan dalam bentuk patung untuk desain interior.
Pertanyaannya, mengapa burung angsa digunakan sebagai lambang cinta sejati? Alasan burung angsa digunakan sebagai lambang cinta sejati meskipun burung ini tidak sepopuler burung merpati karena ia termasuk hewan monogami.
Burung angsa hanya mencintai pasangannya, ia bereproduksi untuk menghasilkan keturunan hanya dengan pasangannya. Seperti gambar diatas menunjukan sebuah romantisme burung angsa dengan pasangannya, indah bukan klo burung angsa dijadikan obyek percontohan cinta sejati.
#tubaba@griyangbang//Hamsa Nritya Sastra#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar