Senin, 28 November 2022

Tugas Ida Sinuhun

Makna Hari Suci Soma Ribek, Sabuh Mas dan Pagerwesi 

Makna Hari Suci Pagerwesi dimana pager yang dimaksud adalah kita yang berada didalam harus terhindar dari hal yang tidak baik yang datang dari luar dan didalam juga kita harus berbuat baik untuk kebaikan yang ada diluar kita (mdn)
Berikut ini satu makalah yang bisa dipakai acuan dalam Hari Suci Soma Ribek.
Soma Ribek (Hari Senin Penuh Anugerah)
Om Swastyastu
Soma= Senin
Ribek berasal dari kata Ri= Hari/Dina, dan kata Bek=Penuh
Setelah umat manusia mendapatkan Ilmu Pengetahuan melalui Saraswati dan Pengetahuan itu menjadi Pangeweruh yang menyejukkan, menyehatkan, menyegarkan seperti air/banyu. Maka tiba saatnya pada hari Soma Pon Wuku Sinta, dikenal dengan nama Soma Ribek. Yang mana merupakan hari yang penuh karunia sumber urip (Amertha).
Menurut Teks Lontar Sundarigama, ada keterkaitan yang sangat erat antara Soma Ribek dan Dewi Sri.
Makna hari suci Soma Ribek. Hari Soma dengan dewanya Sang Hyang Wisnu, perwujudannya sebagai udaka (air) menjadi amertha pawitra. Hari Pon dengan dewanya Sang Hyang Mahadewa, sebagai perwujudan apah (marutha) menjadi amertha kundalini. Sementara wuku Sinta dengan dewanya Sang Hyang Yama sebagai perwujudan dari agni (api) menjadi amertha kundalini.
Ketiga amertha itulah dibutuhkan oleh kehidupan semua makhluk di dunia, khususnya manusia.
Disebutnya hari Soma Ribek sebagai hari penegdegan Batara Sri atau piodalan beras dan Padi karena pelaksanaan upacaranya menggunakan beras. Beras merupakan simbol amertha.
Berdasarkan Teks Lontar Pawukon menjelaskan dalam hari Soma Ribek, umat Hindu akan melaksanakan upacara di lumbung (tempat penyimpanan padi) serta pulu (tempat penyimpanan beras).
Sarana upakara-nya, nyanyah geti-geti, gringsing, raka-raka, pisang emas dan bunga-bunga yang harum. Yang menarik, pada hari suci Soma Ribek ada tradisi berpantang untuk menumbuk padi dan menjual beras. Bahkan, di beberapa tempat, selain menumbuk padi dan menjual beras, juga dipantangkan mengetam padi, menyosoh (nyelip) gabah, memetik buah-buahan atau sayuran, menjual hasil pertanian utamanya bahan pangan. Malah, ada juga yang berpantang memberi atau meminta bahan pangan kepada orang lain.
Pantangan untuk tmenumbuk padi dan menjual beras ini tersurat dalam lontar Sundarigama:
"ikang wang tan wenang anumbuk pari, angadol beras, katemah dening Bhatara Sri. Pakenania wenang ngastuti Sang Hyang Tri Pramana. Angisep sari tatwa adnyana, aje aturu ring rahinane."
Yang artinya: Umat manusia tidak dibenarkan menumbuk padi, menjual beras, yang melanggar pantangan itu dinyatakan akan tiada mendapat anugerah Ida Batara Sri. Sepatutnya memuja Sang Hyang Tripramana, menyerap sari tattwa jnana, dan jangan tidur di siang hari.
Yang mesti dilakukan oleh umat manusia saat hari suci Soma Ribek adalah memuja Sang Hyang Tripramana (Dewa penguasa tiga situasi dunia) yakni kenyataan, tanda-tanda dan falsafah agama (tatwa). Dan tidak tidur di siang hari, dimaksudkan agar manusia bekerja dengan penuh semangat dan tidak malas.
Hari suci Soma Ribek sebetulnya sebagai hari pangan gaya Bali. Pada hari itulah orang Bali disadarkan tentang betapa pentingnya pangan dalam kehidupan ini. Tanpa pangan manusia tidak bisa hidup dan menjalani kehidupannya. Karenanya, manusia pantas berterima kasih dan mengucap angayubagia ke hadapan Sang Pencipta atas karunia pangan yang melimpah. Adanya pantangan tidak menumbuk padi serta menjual beras saat Soma Ribek lebih sebagai bentuk sederhana dari penghormatan atas karunia pangan dari Sang Maha Ada. Pantangan semacam ini sama maknanya dengan pantangan menebang pohon saat hari Tumpek Wariga atau Pengatag.
Menurut tradisi Bali, mensyukuri karunia Ibu Perthiwi tiada lain dengan menjaga dan merawatnya melalui menanam segala jenis tanaman sumber kehidupan. Dengan menanam, tidak saja memberi sumber kehidupan pada manusia, tetapi juga menyegarkan tanah karena membuat huma terus terpelihara. Tapi, Bali kini tidak saja enggan menanam, tetapi malah lebih sering menebang. Hutan-hutan di belahan Utara Bali dibabat. Tidak hanya banjir yang kemudian kerap terjadi, keamanan pangan Bali juga semakin terancam.
Karena sawah-sawah Bali juga makin terdesak berbarengan dengan makin langkanya anak muda Bali yang mau bertani. Peringatan Dewi Sri pun menjelma kian nyata, kini.
Om Santih Santih Santih Om

Jumat, 25 November 2022

UPAKARA UTAMANING KANISTAMA UPACARA NILAPATI

DUDONAN UPAKARA UTAMANING KANISTAMA UPACARA NILAPATI

Olih : I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S.,M.Pd

Sekilas Upacara Panilapatian

Upacara panilaptian adalah sebuah upacara yang bertujuan untuk menyatukan sang catur dasa pitara manunggal ring kamulan tengah, sehinggga upacara ini pun sering disebut sebagai upacara Siwa Yadnya.

Sang Catur Dasa Pitara ini merupakan 14 generasi yang ada di Bali. Mulai dari anak, orang tua (bapak dan ibu), kakek nenek, hingga ke tingkatan yang lebih tinggi lagi.

Berikut adalah tingkatan dari Catur Dasa Pitara.

1. Anak, lahir buah karya dari bapa (ayah)
2. Bapa, Aji atau ayah lahir buah karya dari pekak (kakek)
3. Pekak, kaki, kakyang, kakek, lahir buah karya dari kumpi
4. Kumpi, kompyang, lahir buah karya dari buyut
5. Buyut lahir buah karya dari kelab
6. Kelab lahir buah karya dari kelambiung
7. Kelambiung lahir buah karya dari krepek
8. Krepek lahir buah karya dari canggah
9. Canggah lahir buah karya dari bungkar
10. Bungkar lahir buah karya dari wareng
11. Wareng lahir buah karya dari kelewaran
12. Kelewaran lahir dari buah karya klakat
13. Klakat lahir dari buah kawitan .
14. Kawitan lahir dari manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Karena kata Nila berarti kosong atau sunia. Sedangkan kata Pati, berarti raja atau mulia dan agung. Sehingga Nilapati berarti menuju tempat sunia yang maha mulia nan agung. Maksudnya adalah menyatu dengan sang pencipta atau disebut dengan moksa. Nilapati, Konsep Menuju Kosong dalam Hindu Bali, Nama yang Meninggal Tidak Boleh Disebut. Karena sesungguhnya tujuan agama Hindu adalah Moksartham Jagadhita ya Ca Iti Dharma. Artinya menuju ke alam kebahagiaan. Sebab menyatu dengan Brahman. Atau di Bali yang disebut Bhatara Hyang Guru.

Maka di dalam pelaksanaan upacara Nilapati, daksina linggih yang menyimbolkan Bhatara Hyang kemudian di-pralina. 

Pralina tersebut dengan cara membakarnya. Kemudian abunya dimasukkan ke dalam kelapa gading yang muda (bungkak nyuh gading) lalu ditanam di belakang palinggih Rong Tiga. 

Hal ini menyimbolkan bahwa Dewa Pitara atau Hyang Pitara dijadikan konsep menuju nol atau kosong (sunia).

Untuk menjadikan konsep kosong atau nol ini, maka Bhatara Hyang yang telah disucikan kini dilinggihkan atau ditempatkan di ruang paling tengah dari palinggih Rong Tiga. 

Ruang tengah itu, kerap disebut ruang Raganta. Maka setelah upacara Nilapati serta ngalinggihan (meletakkan) di rong tengah (ruang tengah dari sebuah pelinggih di merajan). Biasanya kedudukannya lebih tinggi dari kedua rong yang ada di samping kanan dan kiri. 

Maka beliau kini dianggap sudah menjadi Bhatara Hyang Siwa Guru. Dengan harapannya bahwa Hyang Pitara bisa menyatu dengan Brahman "Awor ing Acintya", manunggal ring Sang Hyang Sangkanparaning Dumadi.

Oleh karena itu, biasanya orang yang meninggal. Bila telah melakukan upacara Nilapati. Maka nama sewaktu mereka masih hidup, tidak boleh disebut-sebut/dipanggil-panggil lagi atau bisa di sebut dengan menambahkan "Ida Bhatara Hyang ....." Karena beliau sudah dijadikan nol. Atau menyatu dengan Brahman. Maka beliau disebut Bhatara Hyang Guru. 

Sedangkan dalam lontar Tattwajnana, disebutkan bahwa Bhatara Guru identik atau sama dengan Siwa yang artinya Brahman. Ini berarti telah manunggalnya Atman dengan Brahman. 

Sebab pada dasarnya umat Hindu di Bali percaya bahwa untuk pencapaian akhir dari agama Hindu. Bukan terbatas pada swargha (surga) tetapi lebih tinggi lagi, yaitu Moksa. Hal ini sesuai dengan tujuan agama Hindu yaitu Moksartam Jagathita ya ca iti Dharma. Kebahagiaan lahir batin baik dunia dan akhirat.


Utamaning Kanistama yakni Upacāra yang lebih besar dari tingkatan Upacāra yang tergolong madyaning nista. Disanggar pesaksi (Surya) 
memakai Dewa – Dewi.

BANTEN RING AJENG SANG MUPUT : Eteh-eteh pedudusan jangkep, isuh-isuh alit antuk kayu tulak, kayu sisih, padang lepas, ambengan, daun kamurugan, baas, isuh-isuh madya antuk daun pupug, isuh-isuh utama antuk daun kayu putih, sibuh pepek, pangedangan mesurat senjata pengider bhuwana, prascita sakti, buwu, pembersihan, padma, payuk, isuh-isuh lan lis gde, kukusan padma, santun gede tegep, daksina suci, pengulapan ngambe 1 soroh, karangan lan pajegan, ulam itik meguling. 

a. Upakara ring Surya:
SESAYUT SURYA : Metatakan kulit sesayut, duur nyane dagingin nasi mewarna, kutus mekepel-kepel, sarupaning warna pada 1, medasar antuk nasi putih popolan duur nyane tancebin sekar tunjung barak, kwangen 8, sedah sapatindih, tetebus manut warnaning nasi, sesanganan, raka-raka jangkep, tehenan 1, peras alit 1, sampian naga sari, canang payasan.
· Suci putih asoroh
· Prayascita luwih asoroh
· Sorohan alit 1
· Cantulung sasayut 1
· Jahuman
· Dapetan
· Salaran
· SESAYUT SIDA PURNA : Metatakan kulit sesayut, sega punjungan putih, ketipat sida purna, sekar bang, iwak niya udang, sedah woh, kwangi 1, raka sesanganan sarwa galahan dena jangkep.

. SESAYUT SIDA KARYA : Metatakan kulit sesayut, duur nyane dagingin nasi merepat, duur nasine susunin antuk tumpeng 1, kewangen 4, metanceb ring bucuning tumpenge pada 1, sekar cempaka putih 4 katih, meulam bawang putih, kelapa 1 bungkul, sesanganan, raka-raka sejangkep nyane, tehenan 1, peras alit 1, sampian naga sari, canang payasan, katur ring Ida Batara Mahesora, ritatkala nyatur megenah kelod kangin.

SESAYUT NILAPATI : Medasar kulit sesayut, duur nyane dagingin aled don purna jiwa, tumpeng putih mapucuk bang, gerang kepiting atakir, taluh bebek 1, jangan bayem kulab, beras 2 takir, raka-raka, who-wohan 7 soan, pisang mas tasak 1 ijas, iwak ayam putih siungan mulus, kwangen 9, jinah ring sekul 225, sampian naga sari don kemuning, peras daksina, penyeneng antuk busung nyuh bulan, nyuh gading.

TEBASAN KAHYANGAN TIGA : Metatakan kulit sesayut, sesayut jaga satru, penek 3, mepelekir, penek mepucak padasa, kwangen 3, tulung apasang pencok kacang ijo, mepencek me basa, kesuna cekuh, tasik, minyak, mewadah limas, ulam bawi, urab barak putih 3 limas, sate 3 katih, nasi mewadah kojong, medaging sekar pucuk bang, base tubungan, daksina busung, anaman kelanan, peras penyeneng, pembersihan, sampian naga sari, payuk pere 1, sibuh tirta empul 1, kelungah nyuh gading misi lalang 2 katih, metegul antuk benang tri datu, segehan putih 3 tanding, nunas tirta ringsang sedaka masirat ping 9, ider tengen.

TEBASAN ATMA RAUH : Metatakan kulit sesayut, sega mewadah piring sutra, susunin antuk taluh medadar mepinda padma, celekin bungan tunjung, kewangen 1, jaja, woh-wohan, canang anggen ngulapin atma.

TETEBASAN PENGULENG DEWA : Metatakan kulit sesayut, duur nyane susunin antuk beras akulak, nyuh 1 bungkul, taluh 1 bungkul, gegantusan/bijaratus, benang 1 tukel, jinah 225, duur berase susunin sangku medaging toya anyar, lis sanjata pahideran mesadah ring sangkune, padma 1, sesanganan, raka-raka jangkep, tehenan 1, peras alit 1, sampian naga sari, canang payasan anggen ritatkala mapahayu karya.

SESAYUT PENYEJEG PANILAPATIAN: Metatakan kulit sesayut, tumpeng 9 bungkul iwak ayam berumbun 2 ukud meolah dadi 9 tanding, belulang niya winangun urip, gedang setakep, raka, jaja canang, tetebus tridatu, matanceb orti bagia pulokerti 1.

SESAYUT SIDA MALUNGGUH : Metatakan kulit sesayut, duur nyane medaging nasi bunter, duur nasine susunin antuk cawan medaging nasi punjungan tancebin sekar pucuk barak 1 katih, ring sisin nasine bunter dagingin nasi pancung 4, metanceb kewangen 4 besik, genah nyane nyatur, sesanganan sarwa galahan, raka-raka jangkep, tehenan 1, peras alit 1, tulung 3, sampian nagasari, canang payasan, katur ring Ida Batara Ludra ritatkala nyatur megenah kelod kauh.

SESAYUT GURU: Metatakan kulit sesayut, duur nyane susunin antuk wastra putih, beras putih mesasahan, base tampelan 1, jinah 11 keteng, duur nyane medaging tumpeng gde 1, muncuk tumpenge medaging taluh bebek lebeng 1, tulung urip 2, sesanganan, raka-raka jangkep, ulam ayam putih mulus mepanggang, tehenan 1, peras alit 1, sampian naga sari, canang payasan 1, katur ring Ida Batara Hyang Guru.

SESAYUT IDER BHUWANA : Metatakan kulit sesayut, duur nyane medaging nasi merepat sekadi citakan, tancebin sarwa sekar meilehan, kwangen 4, megenah bilang bucuning nasi, ring tengah medaging tulung metangga 1, ulam nyane sakawenang, tulung 2, sesanganan sarwa galahan, raka-raka jangkep, tehenan, peras alit, sampian nagasari, canang payasan, katur ring Ida batari Pertiwi, yan nyatur megenah ring sor utawi ring tengah.

TETEBASAN PENGENTEG LINGGIH : Metatakan kulit sesayut, duur nyane susunin antuk nasi bunter mepelekir, duur nasine susunin antuk nasi penek triwarna, metanceb sekar tri warna padha 5 katih, orti 5 katih, tulung agung 1, tulung sangkur 2, ketipat sesayut 1, ring pinggir nyane keiter antuk sekar, sedah woh, katipat sidha purna 1, ketipat cakra 1, sesanganan, raka-raka sarwa galahan, tehenan 1, peras alit 1, sampian naga sari, canang payasan angge ritatkala ngenteg linggih ring Parhayangan.

TATEBASAN PAMAHAYU SOT:
Madasar antuk dulang, duwur nyane susunin antuk aled sesayut, duwur nyane dagingin beras aperpatan, base tampelan, benang atukelko, jinah 225, duwur nyane susunin antuk nasi maklongkong 1, duwur nasine medaging tulung urip 1 medaging nasi ulam taluh bekasem, kawangen 11 siki, sesanganan, raka-raka sejangkep nyane, sangku medaging toya anyar, panyeneng alit (tahenan) 1, pras alit 1, sampyan nagasari, canang pahyasan. Tebasan puniki magenah ring Kemulan

Medengen-dengen ring jaba
tumpeng 11 lan tebasan pegat sot

Pinaka ulu : 
a. pejati
b. pengambean
c. santun 2, nyuh 2, taluh 2

Pinaka awak : tumpeng 11 dan tebasan atma rauh

Pinaka ikut :
a. soroan gereng
b. soroan cenik
c. daksina pengayatan bengawan penyarikan
d. biukaonan
· Penuntun
· Daksina palinggih
· Segehan cacahan 5

#Segan agung ring sor surya
Segehan agung : Taled antuk ngiyu, ditengah nyane madaging daksina, disisin daksinane medaging segehan putih 11 tanding genah niya meileh, canang niya marep kesisi, ritatkala ngemargiang segehan puniki medaging sambleh ayam samalulung. 

b. Ring Bhatara ring palinggih :
· Suci asoroh
· Jahuman asoroh
· Tebasan Dewa Lingga: Metatakan kulit sesayut , misi ketan mesasah, tumpeng injin 2, tumpeng agung 1, metanceb sekar catur warna meileh: Yan nyatur megenah kaja kangin.
SESAYUT SIDA MALUNGGUH : Metatakan kulit sesayut, sege nyitak bunter, disisin segane nyitak, medaging sega pancung metanceb kewangen nyatur, ring muncuk segane bunter tancebin sekar pucuk bang, tulung 3 siki, sanganan sarwa galahan, sodan woh sarwa pala jangkep, katur ring Hyang Ludra.

· Dapetan

2. Pangayatan Ring Pura Goa Lawah :
· Suci 2 soroh
· Pras
· Ajuman
· Daksina
· Kelanan dampulan
· Rayunan alit
· Jahuman
· Dapetan
· Tebasan Sida Karya
· Segehan cacahan 5
· Pengayatan ke surya asoroh
· Katur ring Bhatara ring Gua Lawah asoroh

3. Pangayatan Ring Segara : pejati suci asoroh

4. Pangayatan Ring Telaga Waja : pejati suci asoroh

5. Pangayatan Ring Dalem Puri : 2 soroh (aturan lan pemamitan)
Upakara nyane pateh kadi upakara ring ajeng, sakemawon maweweh Daksina Krepan 2 taler ulam suci nyane taluh itik abungkul.

SESANTUN GEDE/ KEREPAN : Bebesogan gde, serombong gde, beras 4 kulak, nyuh mekelas 4, taluh 4, gegantusan 4, tetampak 4, alas-alan 4, base tamplek mewadah kojong 4, pangi 4, tingkih 4, gula 4, biyu 4 bulih, benang putih 1 tukel, jinah 425 keteng, pirak Rp.400,- canang segenepan, pengreresikan 1. 

PEJATI SUCI RING:
#Pangayatan Ring Bhatara Surya asoroh
#Pangayatan Ring Mrajapati asoroh
#Pangayatan Ring Titi Gonggang asoroh
#Pangayatan Ring Titi Ugal – Agil asoroh
#Pangayatan Ring Tegal Penangsaran asoroh

6. #Pangayatan Ring Pura Ulun Kukul pejati suci asoroh

7. #Pangayatan Ring Penataran Agung pejati suci asoroh

8. #Pangayatan Ring Pura Panataran Agung Catur Parhyangan / Pedarman pejati suci asoroh

Upakara ring Jro/Puri soang – soang :
Sedurung ngranjing, kaping riin katuran segehan alit, selantur nyane melinggih ring Piasan .

1. Upakara sane katur ring Sanggah Kemulan :
· Suci asoroh
· Jahuman
· Dapetan

2. Upakara ring Piyasan :
· Suci asoroh
· Jahuman
· Dapetan
· Rayunan
· Canang tadah woh ( soang – soang mangda wenten 5 soroh woh-wohan )

Upacara nyane :
· Sesampune maturan ring piasan, raris murwa daksina ping 3 ngiterin piasan, satunggil ring arep sanggah kemulan, ngayab ping 3.
· Daksina palinggihe unggahang ring Kemulan, pesimpenan ring Pura Dalem Puri, genahang ring beduur ( kemulan ), sedurung kagenahang acung acungang riin ping 3, wawu raris pesimpenan nyane kagenahang.
· Jejahitan Daksinane punika, geseng ring ajeng kemulan, saha katiwakin tirta Pemrelinan, lan tirta tirta sane kapaica ring pura – pura sane tangkilin wawu. Risampune puput kageseng, raris pendem ring ungkur sanggah Kemulan, saha katuran segehan alit ( cacahan 5 )
· Ring Dewa Hyang katuran banten Mayasih ring Kemulan





Catatan :

Tirta Pamralina : Nunas ring Ida Sulinggih Upakara nyane : Peras, Daksina, Suci
 
Liwet kalaksanayang ring ajeng sanggar tawang sane kawangun dumun, upakara nyane pateh kadi upakara sane katur dumun

Banten Maya Sih : tatakan nyane tempeh ageng sane anyar, masurat padma, medaging pras daksina, taler taledan lan bubuh liwet akehne 108
pulungan, medaging bungkak nyuh gading, saur lengis alasan, saet mingmang, malakar antuk ambengan 11 katih, saha madaging padang lepas 108 katih, kaiket dados asiki, antuk saet mingmang punika. Raris kagenahang ring bungkak nyuh gading sane sampun mekasturi.

Penuntunan : inggih punika antuk carang dapdap mecabang 3, matatakan antuk sibuh sane madaging jijih, lan kwangen mejinah bolong 11 kepeng, sibuh punika kabungkus antuk kase, kaiket dening benang tri datu tikelan, medaging kwangen mejinah bolong 11 keteng, taler ring muncuk benang tri datu punika,. kagantungin jinah bolong 200 keteng

Mantra Sesapan Pamegat Sot

Om Awighnam astu
Atur nghulun I Anu ....... (wasta sane mesosot) ring paduka bhatara, bhatara ring Pamarajan ..... (Nganutin genah soang-soang), Bhatara Siwa Ditya, Bhatara Giri Jagatnatha makadi Sanghyang Tri Purusa Saksi, kasaksinanya de nira Sang Hyang Trayo Dasa Saksi, Nini Citra Gotra, Kaki Citra Gotra, Tumut Sang Bhuta Galungan, Sang Lumanglang rahina wengi, sira amukti ujar-ujaring manusa. Hana sauh atur nghulun I Anu ...... ring paduka Bhatara ring ......... duk nghulun kari maurip, wenten atur nghulun ring paduka Bhatara, lamun parisentana anaking nghulun sida ngamolihang karya, irika sauh atur nghulun ring paduka Bhatara, nghulun sanggup maturan upakara yadnya Panilapatian miwah Tebasan Pegatsot kadulurin antuk saupakarania jangkep, warga sari awengi kantos maka rahina, mangke Ida Hyang Catur Dasa Pitara sampun nunggal kalawan Siwa ring kamulan tengah, mangkin nghulun anaur kadi atur nghulun nguni. I Dewa tan kari miutangang, nghulun tan kari mautang, pegat saprantasan tan kinucap malih. Mangkin tembenya ring tanggal masehi: 25 Maret 2022, rahina Sukra, Keliwon, Watugunung, titi tanggal panglong ping 8 sasih Kedasa, rah 12 tenggek 3 Caka 1944 yusaning loka.



Om Awighnam astu
Atur nghulun I Anu..... ri paduka Bhatara, Bhatara Siwa Ditya, Bhatara Siwagni, Bhatara Giri Jagatnatha, makadi Sanghyang Tri Purusa Sakti, Sanghyang Lumanglang ring rahina wengi, Bagawan Panyarikan, makadi Bhatara Gana, gaduh bhuta tiga, pangawaking patiking jagat, wruh ingulah hala ayu, amukti ujar ujaring manusa, maka saksyaning nghulun anawur sosot upakara Panilapatian majeng ring Sang Catur Dasa Pitara ring pamrajan......... , nguni hana hanata atur titiyang maturan aturan Upacara Panilapatian adandanan, maruntutan saupakaraning jangkep, pras papegat, kaatur ring Bhatara ring mrajan alit, mangke nghulun anaur sakadi ature nguni, Dewa tan kari miutangang, nghulun tan kari mautang, wus pegat saparantasan tan kaucap malih, duk manaur ring tanggal masehi: 25 Maret 2022, rahina Sukra, Keliwon, Watugunung, titi tanggal panglong ping 8 sasih Kedasa, rah 12 tenggek 3 Caka 1944 yusaning loka.

Om, Sang Sapuh Gulungan, Sang Brima Doleng, Sang Bedawang Petak, Sang Bedawang Bang, Sang Bedawang Jenar, Sang Bedawang Ireng, Sira anodyaning penauran tityang(ipun) antuk guling, Sang Bedawang Amanca Warna, sira angetok akna kancing sira Sang Ananta Boga, engelesana hutang tityang(ipun), teka keles, teka keles, teka keles, tan angangon ingesti teka pegat, rampung seperantasan, tan ana inucap malih. Hutang sinaungan amrtha sodana, tumpeng tunggal dwi sri, tri purusa, catur Dewa Panca Warna, Sapta Perana, Asta Kala, ingsun angaturaken Pegat Sot…..anawur hutang denira. Asing kirang asing luput geng rena sinampuraken.
Mantra : Om Panca warna bhawet Brahma,Wisnu saptewara waca, Sadwaraicwra dewacca, Astawara Ciwojnejah. Wrhaspati pinaka wit, Soma pinaka bungkah, Anggara pinaka godong, Buddha pinaka kembang, Sukra Pinaka woh, Sanisccara pinaka kulit, Redite pinaka warna.  
Om sarwa pras pranajanam, Sarwa karya praciddha ya ciddhi bhawantu ya namo namah swaha.
Sorowan : 
Mantra : Om, Pakulun Sang Hyang Picatur muka. Dewa byuha sira bhagawan ratangkup sira tapuke pakulun, angeseng ipenala, makadi lara rogha, sot sukata, gempung moksah hilang tanpa sesa, denira sanghyang Siwa picatur muka dewa byuha.
Om Sidhirastu astu tat astu swaha.
Om pukulun bhatara Siwa, Sada Siwa, Parama Siwa, manusanira angaturaken upakara panilapatian, anyaluk tirtha mahening, Sarayu, Saraswati, maka pangeleburan sarwa mala, maka amrtaning sarwa mahurip, siddhi siddha asung anugraha de bhatara Yang Mami.
Om Sang,Bang,Tang,Hang,Hing, Nang, Mang,Sing,Wang,Yang, Ang,Ung,Mang (+ apsu dewa)


UPAKARAN PUTRU
Suci asoroh, daksina pejati asoroh, psewan, pras lis, canang pangalang.
Iki mantra pangsêngan pras : Ong yang mrêta guna sastra suda ya namah swaha.
Iki mantra pangsêngan sasantun : Ong ang mang siwa yogi pramasidyam suda ya namah swaha.

Uduh ta kita sanghyang catur dasa hyang pitara, paranta sangkane kita sanghyang catur dasa hyang pitara, anane mnga lawang iki, ring reh nora karyanteku upacara panilapatian maring sanghyang catur dasa hyang pitara iki, ah arêp age sanghyang catur dasa hyang pitara mangke, paranta karyanta ingkene, ingong anungsung kita sanghyang catur dasa hyang pitara, paran dera anungsung maring kami, sang cikrabala utpata sira, apan ingsun wruha ring kita, iki kita panadyaning sabdaningong. Mangke kacêta kawangsula kita, lah umêntasa kita sanghyang catur dasa hyang pitara. Mangke datêng tka sanghyang catur dasa hyang pitara, masabda bhatra siwa guru, Ih,ih,oh,oh, catur dasa hyang pitara paran kita prapta ngke, sakeng ndi sangkane kamung sanghyang catur dasa hyang pitara. Ih kita sanghyang catur dasa hyang pitara, sakti tmên pwa kita, lah ya inaturakna ring hyang Sinuhun. Apan kita huwus datêng sida sampurna ring sanmukan ingsun mangke, denadira sura roteng sila sasana agama, krêta simaning loka, bakti ring sarwaning hyang, tan aceda ring widi sastra agama, den mituhu ring sadnyan sang brahmana pandita, dwêg ring darmaning kosala, nguni duk aneng stiti ring bumi pancara karma, mangke ri tkaning mulih ta sanghyang atma kabeh, aninggalakên kama sariraning manusa pada, molih ta kita dalan apadang, tan hana bêncaneng laku, ring prasanakta duk dadinta kabeh, pada suka anuduhing marga bênêr. Sadya pwa kita molih lungguh tunggal lawan sang hyang siwa guru.

Mwah ta kita sanghyang catur dasa pitara, aku madana saji upakara panilapatiab inastuti dening puja mantranira sang brahmana pandita, ika dahating rangkêp kasadyaning lakunta sanghyang catur dasa pitara, antar aglis kita tka ring paraning kapti. Apan ikang catur dasa pitara, yatanyan maguna widya sastra, mwang darma kosala, kalanya stityeng pancara bumi, yapwan tan inangaskara dening panca pitropacara nilapati, kadyeki saranta lakunya.

Uduh kita sanghyang pitara kabeh, make kita huwus krêta lugraha alungguh alinggih nunggal ring swarganta kamulan tengah, denalanggêng kita, nunggil ring para dewata, ring kamulan pinaka swarga siwaloka, tan aglis mantuk ing madya pada, yan tan hana bwating lungguh, makadi sang brahmana raja rsi, ksatrya prabu, pangreh praja mandala, byuh asisya, byuh wadwa, kala samangkana ta kita wnang tumuruneng madya pada. Mwah sang kari ring marca pada, makadi tunggakan sanghyang catur dasa pitara kabeh, moga-moga anmu kawrêdyaning maurip. Tan kuranging catur boga, tan dahat katibaning sêngara baya, sakeng sanghyang catur dasa pitara kabeh apan sira huwus anglarakên panca pitropacara panilapatian.

Samangkana sadnyanira bhatara hyang Siwa Guru, maweh stana ring sanghyang catur dasa pitara kabeh. Umatur sanghyang pitara, Pukulun hyang Sinuhun, atur nghulun catur dasa pitara kabeh, apan akêdik atur sajin hulun, mantuk ring para dewata kabeh. Pitara samudaya, denaksamakna denira, para dewata kabeh, mangke sahananing saji-saji iki, inaturakên ring padaning hyang Sinuhun. Poma (3x). Lingira hyang Sinuhun, Uduh sanghyang catur dasa pitara kabeh, denaglis kita munggah swarga, tunggal tunggil, awor ing kamulanta, iki siwa loka, apan kita wnang rumaksa kabeh, apan kita tuhu wus kahêntas denira sang siwa yogiswara, denatusta kita pada munggah ring suralaya bwana, aja ta sang dewa catur dasa pitara simpang-simpang maring ranaknya ring nraka loka. Poma (3x).

Ring Kamulan ngaran ida sang hyang atma, ngaran sang paratma lawan sang sivatma. Ring kamulan tengah apupul atunggal ngaran raganya, brahma-wisnu-iswara dadi meme bapa, ngaran siwa meraga sang hyang tuduh. 

Ngaran ira sang atma ring kamulan tengen bapanta, nga, sang paratma, ring kamulan kiwa ibunta, nga, sang sivatma, ring kamulan madya raganta, atma dadi meme bapa ragane mantuk ring dalem dadi sanghyang tunggal, nungalang raga kaiket dening upacara panilapatian. 

Mwah atur sang catur dasa pitara, marêk ring hyang Sinuhun, lingira, Singgih pukulun hyang Sinuhun, risampunya sanghyang catur dasa pitara pada polih lungguh, mangke nugrahakna ican pukulun ring pari tusning sêntananira kabeh, mangda mangguh kawrêdyaning mahurip, kadirgayusaning mahurip, pêngpêng ring catur boga. Poma (3x).

Ong ayu wrêdi yasa wrêdi, wrêdi pradnya suka sriya, darma santana wrêdisca, santute sapta wrêdaya.

#kapupulaning@saking//pustakakidalangtangsubrangdilangitteguhwanabangkasa#
#tubaba@griyangbang//mangayuhkasampurnaningurip#




Kamis, 24 November 2022

PENGUJANAN

Lontar Dharmaning Pangujanan
1b) Om awighnamastu nama sidam. Iti pangujanan, kaputusan sang hyang cintya widhi, nga, macaru syap biying, masampyan andong, masanggar tawang, tancĕbang ring toya, babantĕnya suci halit, maśraṇa syap putih kari urip, gantung ting sanggar tawange, rari pujāhin śraṇane ring toya, wus pinujā clĕbang ring toya, ma, Ong ih sang hyang tan katinghalan, ring dewata nawa sanggā, Mrang Mrang Mrang Mrang śryang, apan sang hyang tanpa sarira, anggawe bwanā kabeh, hapan sang hyang cintya widhi, manylĕg ring śariraning hulun, apan tananā akaşā, tananā pritiwi, apan haku manglencokang bwanā kabeh, mayogā sang hyang cintya widhi, mtu bhāgawan cakra, maprabhāwa ktug linuh gĕntĕr patĕr ikang akaşā, mwah mayoga sang hyang cintya widhi, mtu bhāgawan sewakarmmā, maprabhāwa mega caraking tahun, ucur ucur manylĕg ring ambara,
2a) mayoga sang hyang cintya widhi, mtu bhāgawan kasyapa, maprabhāwa ujan hangin, mangecel rahinā wngi, rimbang candra mrĕning, hapan tanpa sūryya tanpa candra ptĕng ikang rāt kabeh, maurahan sang hyang jawuh, mtu bhathara glap manglemat guruning panrang, mati ikang bhathara brahmmā, matmahan wişṇu hagung, maklĕpĕd magjĕran, hangundang babarĕt paptĕng, apan haku śakti lĕwih, mibĕr luhuring akaşā, umibĕr aku ring samudrā, malĕsat dewāne di pasih, manadi balengbong caraking tahun, kumĕbyak kang kuwung kuwung, hendih kang gumi akaşā, mtu papteng air huli klod kawuh, mtu huli kaja kangin, macakup maring tngah, mijil sang hyang nāgā kancanā, saking slaning gunung mahāmeru, anadhah sang hyang sūryya, mtu paptĕng huli klod kangin, matuluhan huli kaja kawuh, cakup maring tngah, wastu hatmah mahurah uraha-
2b) n sang hyang jawuhagung, tkā byar, 3, tan kneng tinrang dening manuşā kabeh, mijil bhathara kāla saking huluning dhanu, atapakan mega paptĕng mega balengbong caraking tawun, mtu rĕp sangolah bwanā kabeh, nyag lodoh kang priṭiwi, lāwan akaşā, matmahan mandadi ujan hagung, mangecel rahinā wngi, tka byor byor sang hyang jawuhagung, 3, tka mĕncur, 3, ang ong mang yang, poma, 3, tumurun sang hyang cintya widhi, saking brahmā loka, mahiringan haku I lĕbur jagat, mwah būta yakşā būta yakşi, tiba kita maring dhanu, malwah kitāna maring dhanu, manadi balengbong hagung, hĕnyug hikang pritiwi, manadi ujan mawor hangin, būtā yakşā būtā yakşi, tiba maring samudrā, malwah ikang samura, dadi ucur ucur caraking tawun, ilĕbur jagat mandi hujan hangin, patlĕbus bhathara glap, magĕntu-
3a) ran ikang akaşā, mapitĕh sang badawang nāla jnar, genjong ikang priṭiwi, hapan lĕwih kaśaktyanne bhagawan cintya widi, aku haningkĕbang gunung mahāmerune, tingkĕb gunung hagunge, tingkĕb gunung batu kahune, tingkĕb dadi blabar hagung, padha nyag padha nyug kabeh, sing tkā padha hĕg mandadi hujan hangin, mawurah wurahan jawuh hagung, ong sang hyang lĕbur jagat, mawastu sidhi pūjaning hulun, ung ang śang , tlas. Pangujanan, śa, payuk hanyar, marajah kilap, 9, malih marajah daitya kāla bwanā, 2, ne abşik mahulu daitya, miwah mahulu jadma, ma, ong daitya pūrwwā bhāka, munggah maring swarggan, mahiringan kilap satus hakutus, tumurun haku ka saptā paṭalā, kapanggih badawang nalā jnar, mangkā ngandikā badawang nāla jnar, munggah aku maring tngah,
3b) pajlĕgjĕg mtu megha caraking tawun, manglĕkasang aku barĕt batā, mtu megha maring utara, ptĕng dĕdĕt riyat riyut, pakebyahbyah ikang thathit, hapan haku ki bagendali, manglĕkasang kśaktyan, Ong sang bagendali, anglĕkasang jawuh agung, Ong ki daitya pūrwwā bhāka, manglĕkasang teja malang teja guling, mtu yanglalah, anglĕkasang paptĕng riyat riyut, Ang Ong Mang Yang, kĕras swaranku, mangĕjĕr ikang priṭiwi, Om hanglencok hikang sagara dhanu, matmahan dadi meghā, ptĕng riyat riyut, tan kneng alah dening manuşā sakti, yen hanā angalang alangin lakuning hulun, sambutākna wong anrang, kasambut dening ki hi pūrwwā bhāka, mtu kilap putih, Ong Ang Mang Nang Ang, ngiwā ki bagendali, mtu meghā ring tungtunging lidahku, ma, Ong hi bagendali, angaji megha ring netranku, matmahan dadi megha paptĕng riyat riyut, jeg rawuh jawuh hagung
4a) huli klod kangin, mtu kilap mawurah wurahan, pakubyakbyak hikang thatit, mtu hujanāngin manglinus hibarĕt būtā, Ong tkā byor, 3, Ong pakacorcor, 3, Ong hapan haku sang hyang bagendali, Ong aku wruh dadi kilap, Ong aku wruh masiluman dadi meng, Mang, aku wruh masiluman dadi godel, Ang, aku wruh masiluman dadi dhangdhang, ikā kaśaktyanne sang hyang bagendali, Ong Ang Mang, ma, Ong manurunang jawuh hagung, Ong māpan haku sang hyang bagendali, mahiringan kilap hasya, kilap putih, kilap habang, kilap kuning, kilap poleng, mtu kilap hamanca warṇna maring tngah, Ong, ma, Ong Eng Ang Ah namaśiwaya, Ong ganggā ya namaśiwaya, Ong idhĕpaku anglĕkasang kawiśesan, Ong mtu hikilap putih, hapan haku hanggawe jawuhagung, tan kneng tinrang dening jadma manuşā, Ong Ang śang Mang Ong, Ong tkā byor, 3, Ong śriyawe nama śiwaya
4b) poma, 3, tlas, payuk hika dagingin toya hanyar, yeh taman, reh amuşthi karo, wus pinujā siratang idhĕr bwanā ring luhur, sisanya lĕbokang ring semer, ca, nasi bulan bulanan, mĕbe pitik slĕm. Pangujanan, śa, jambangan, rajah rwaṇā, kilap hasya, glap suryya bulan, teja yanglalah, kawah pasih, ikā rajahanya, ma, ping, 3, lablab jambangan hikā, disampune gamulak, siratang hidhĕr bwanā, ma, ping, 3, ma, Ong Ung Ang Ong Tang Mang Ang Yang, Ong sang rwaṇā tumdun ring gumi saptā patalā, genjong kang priṭiwi akaşā, Ong Ang Mang, mayoga sang rawaṇā, tumdun ring gunung hagung, maprabhawā haku glap kilap, winangsanĕm, Ong Ang Tang sang rwaṇā, tumurun sira ring gunung hagung, blah ikang gunung hagung, mdhal hi nāgā gombang, maprabhāwa ikang glap, ktug lindu hujan angin, Ong breh Ang sang rwaṇā, tumurun sira ring dhanu, malwab i-
5a) kang sagara dhanu, trus ring akaşā, mdal sang hyang gĕndiyu, maprabhāwa teja malang, mtu teja guling, Ong Ang trong Jāng, sang rawaṇā tumurun sira ring kawah, bubur ikang kawah, geger sang cikrabalā, mangrak mangapak apak, geger sang surātmā, makrik makrakan kabeh, maprabhāwa kilap hasya, kilap putih riris, krug garudug prabhāwanku thathit pasĕler, trus ring akaşā, trus ring saptā paṭalā, ptĕng gumi bali, dening jawuhagung, geger ki jogormaṇik, makrak makrik maprabhāwa hujan angin, ktug liṇdhu magjĕran, geger ptĕng ratan, mnekang hawun awun malilit, ka matan ai, pajlĕgjĕg mtu kaduhur langit, Ong Wang Kang, mtu madhyāning sagara, anungganga wilmaṇā, angagĕm nāgapasah, masĕmbayut hyanglalah, matapakan kilap hasya, mamanca warṇna, mtu kilap, Ong tkā byor, 3, Ong Ong Ang byor, 3, Ong śāng byor, 3, gryong
5b) bryong, tlas. Nyan pangujanan, ma, Ong sang hyang klappā mijil saking wetan, angadakhakĕn prabhāwa kĕtug linuh ujan angin, hanĕkĕping rāt kabeh, sakāsongan dening akaşā, sanglahan dening ibu priṭiwi, bubur ikang priṭiwi, geduh ikang priṭiwi, muncrat hikang sagara, ombak mumbul kagimbal gimbal, mnek hi crakitawun, anyujuh radhitya ulan, lintang tranggaṇā, karapuh dening sariraning hulun, mijil sakā wetan, putih warṇnanne, mijil sakā kidul, abang warṇnanne, mijil sakā kulon, kuning warṇnanne, mijil sakā lor, irĕng warṇnanne, Ang mtu sang rawaṇā, tumurun siraring sagara, malwah ikang sagara, mtu mega awun hawun, mumbul sang hyang pawaṇā riris, pajlĕgjĕg caraking tawun, mĕmbah sang hyang jawuhagung, Ong klĕpug,
6a) byor, 3, mtu bhathara wişṇu, manunggang macan hirĕng, matapakan barĕt paptĕng, riyat riyut, maduluran krug krebek, Ong geger sang hyang sapuh jagat, manunggangin naga blang matĕndas rakşasa, mabulu barong, maikuh kāla rawu, yānggon haku tumpangan, matapakan kāla keyā, sisongsong aku daitya dhanawā, wilmaṇā, hakukus haku megasrawa, akukuwung haku sang nāgā milĕt, mapayung megā matras saking hawun hawun, matatngĕr krĕbyak, klĕpug gĕbyor, Ong Jrông Pang Yang, Ong geger ki lĕbur jagat, geger sang antābogga, kang lor irĕng warṇnanya, mtu mesraweng, mijil saking tngah, amanca warṇna rupanya, nghulun hanglĕbur hyang akaşā, sawarṇnaning aheng, henak saka gisingan, sakayuhan, sakā samparan, sakasandung, yanāna dewa aeng tgal aeng, mamanggahan aeng, pabajangan aeng, paktĕkan aeng,
6b) yanana lĕmah angkĕr, mtu pajlĕgjĕg ucur ucur caraking tahun, balengbong caraking lĕmah, paguyanganing warak, len hilandak, kruking landak, yenana kahĕmban, dening hingulun, yenana akirane, rowange handeşthi, hanluh anaranjaṇā, wişayā masangang papĕndĕman, ring pakarangankune, tankedhĕpa guṇā kaśaktyaning hulun, śakti guṇā pujaninghulun, hapan haku hanaking bhathara guru, tunggal śakti aku haeng, aku tan kahungkulan, dening manuşā śakti, ma, Ong sang hyang klāpa mijil saking wetan, putih rupanira, sira hanurunang sang hyang jawuh maring wetan, uwug hikang kawah, mijil sang hyang iśwarā ring kadewatān, hanurunang sang hyang jawuh agung, maring kadewatān, gĕntĕr patĕr ktug lindu, hujanangin, prabhāwanku, hajur bubur kang akaşā, ma, Ong sang hyang klāpa mijil sakā kidul, abang rupanira, si-
7a) ra anurunang sang hyang jawuh, wug hikang kawah abang ring swarggān kidul, mijil bhathara brahmā, anurunang sang hyang jawuh ring swarggān kidul, Ong tkā byor, 3, ma, Ong sang hyang klāpa mijil sakā kulon, kuning rupanira, sira anurunang sang hyang jawuh ring swarggān kulon, bubur ikang priṭiwi, ptĕng ikang gumi, handadi jawuh agung, Ong prajja māya nama, Ong sang hyang klāpa mijil sakā lor, mtu megā irĕng rupanira, sira hanurunang sang hyang jawuh sakā lor, mijil bhathara wişṇu, anguwugang kawah sakā lor, wug śagarā lor, mandadi caraking tawun, manadi papteng riyat riyut, krug krebek mahilĕh ilĕhan, hĕngkag gumi akaşā, mijil bhathara glap mahurah urahan, mtu kilap karĕbyak kalĕpug, byor, 3. Śa, nyyu marajah sūryya, pĕjangin pipis tatar, pasĕpane madaging, rajah sūryya nyyune jariritang ring karange, yen suba nĕkĕp gu-
7b) mi gulĕme, pjangin pasĕpan, raris pūja, tlas kaputusan sang hyang klāpa. Pangujanan, śa, toyā mumbul, toya putra, samsam pucuk putih, padmā, kayu śakti, kayu pugpug, sasagi gnĕp, jinah gung hartṭā, 1700, malih nasi warṇna haklatkat, mawadah sangku, ma, Ong satabe nama śiwaya, Ong ki balengbong ning dunu, tumurun bhathara wişṇu, mapapas bhathara ganggā, dading ptĕng ktug lindu gĕntĕr patĕr, ikang priṭiwi, lawānakaşā, trus kaśaktiyanira bhatharī umā, mangaji nilap banteng, kilap bagor, kilap wong, kilap bangkā, kilap jaran, kilap gĕl, kilap hapi, mtu kilap toya, manadi warşā hagung, makrĕbyak sakā wetan, gumanti sakā kidul, makrĕbyak sakā kidul, gumanti sakā kulon, makrĕbyak sakā kulon, gumanti sakā lor, mtu krĕbyak ca-
8a) caraking tawun, mtu ucur ucur maring sagara, handadi kitā caraking tawun, trus guṇā kaśaktyane sang sūryyojnyaṇā, mtu kilap śakti, angaji babarĕt paptĕng, ktug lindu hujanangin, manadi caraking tawun, prabhāwa dadi sang hyang nāga lĕmbor, mtu sang hyang nāga rāja, sang hyang bhathari dūrgga, mtu sang hyang bhathara kāla, Ong sang hyang ulu las watu kisula majĕmur, Ong sang hyang kasuhun kidul, angundang kilap banyu, sang hyang wulan manadi barĕt paptĕng, luhuring akaşā, geger prawatĕk dewatā kabeh, uniweh tirtṭā pawitrā, uniweh tirtṭā kamandalu, tumurun widyadhara widyadharī, hapang mayogā anurunang tirtṭa, tirtṭa pawitrā, mtu sakeng kadewatān, Ong Srāng Srāng Srung, tumurun hyang widyadhara widyadharī, prawatĕkĕbang ring harĕpe, tumurun bhathara gaṇā, rumasuk maring manuşā śakti,
8b) bhakti kedhĕp pangucap inghulun, pukulun hi kĕmulan śakti, panugrahan sang hyang jawuh, mtu kilap bagor, prabhāwanira ring hi dewa gde di batur, hidewa di balingkang, hidewa mas kuning, hidewa pusĕh sagara, hidewā luhuring akaşā, anuntun megā ĕndung, caraking tawun, limut paptĕng papdutan, mnek kaduhuring akaşā, 2, Ong sang garudhā putih anadhah ibulan matan ai, ptĕng dĕdĕt riyat riyut, sumretes caraking tawun, mandadi hujan mawor hangin, tkā byor, 3, jĕng, wastu mandi pangucap hi garudhā, Ong nīnī bajang colong, kaki koco koco byor, konkon hangundang sang asedahān smāya sami ya higung, anguwugang yeh udan, wug yeh tamblingan, wug yeh talibĕng, wug yeh sebĕtan, mangutah sang hyang nāga, gumtĕr ktĕr, duhuh duhu-
9a) h mahā baruṇā, makilĕsan kilap thathit, hogah gumi akaşā, tkā kcor kĕbyor, Ong triloka mahā śakti, Ong mtu hi klukuh beser pakabyorbyor tong dadi hĕmpĕtin, tkā syok, 3, Ong cahi hawun hawun, tumurun bhathara ganggā, anunggang nāgā gumarang, sang nāgā gumaringsing, Ong bhathara glap, śākti anyarad gumi bali, handadi bhangawān hagung, Ong sang hyang caraking tawun, mangliduk liduk di bulan matan ai, makĕnyĕdan śwaran bhathara glap, mtu lalapyah tkā krug, 3, byor, 3, Ong sarwwā mandi, sang wanara putih ring nghulun, wong ingsun hangaji caraking tawun, satus kthi dlapan, mtu lalapyah manutupin bulan matan ai, mandadi sang hyang jawuhagung, tkā byor, 2, nīnī rogong kaki rogong, buntulakĕn akaşā, mtu uyah ida
9b) bhathara wişṇu, tkā cokbyor, 3, Ong catur loka phala mahā śakti, Ang Ong Mang rinamenama bhagawān nuwi, bhima matyong deho mahiswarā, jĕng, Ong gumi priṭiwi, bapa akaşā, bubang hatawan tawan tangis, geger prĕwatĕk dewatā kabeh, genjong ikang priṭiwi, tkā ring akaşā, mumbul muncrat hikang sagara dhanu, 3, tkā hajer hajer, jĕng, tlas. Iki pangujanan, kaputusan sungsang śākti, śa, krĕtas kuning, tken tambagā, rajah būtā sungsang dadwa hluh mwani, hanadhah wonganrang, ca, nasi warṇna haklatkat, babantĕn hatanding, dhakşiṇā, 1, jinah gung arṭa, 1700, mreh di gugumuke, ilĕhin sasantunya, dahat pingit, haywa cawuh mangangge iki, yanya wera meh pjah phalanya, hapan dahat paribedanya iki, iki uttāma dahat, iki sasapa-
10a) nya, ma, Ong Wwong śang Ngyang śūng Sang śākti, manglĕkas sira sang hyang śūng sang śākti, mtu bruwang sangkonging prĕṭiwi, Ang Ung Mang Yang, Gwĕr gwĕr gwĕr, gwyer gwyer gwyer, ah ah ah, grung grung grung, mrĕng mrĕng mrĕng, weng mrĕng go mrĕng, ma, Ong Ong aku hangadhĕg, mtu ring tngahing danu, malwab hikang danu, aku hangadhakang hujanangin, mtu blabar hagung,maprĕbhawa paptĕng dĕdĕt, riyat riyut, mtu hujan hangin, balĕs, sagara dhanu, mandadi hujan paptĕng, riyat riyut, genjong ikang bwanā kabeh, angadhĕg haku ring tngahing ambara, geger dewatā nawā sanghā, paran sangkaning geger, sang hyang śūng sang śākti hanibakākĕn sagara dhanu, sang hyang śūng sang śākti hangujanang, wug tikang tukad, wug tikang tlagā, pancoran, wug hikang bulakan, tkā byor, 3, aku I sung sang śākti, aku hangadhakang paptĕng riyat riyut, mtu kilap hamanca warṇna, saking mega hamanca warṇna,
10b) hangulati wong hanrang, paran unggwane siyanu manrang, yen putih wong manrang, wnang katadhah dening ikilap banteng, yening kuning wong manrang, wnang katadhah dening kilap wong, yan habang wong manrang, wnang katadhah dening hikilap habang, yen irĕng wong manrang, wnang katadhah dening kilap bangke, yening amanca warṇna wong manrang, wnang katadhah dening kilap hamanca warṇna, mtu krugrudug, mtu ngrodok, dening hikilap manca warṇna, ikā maka tatadhahan kitā, sami manadhah wong manrang, haywa kitā anadhah wong len, hapan haku ngawtuwang kitā, mtu kilap bangke, aku sang hyang sung sang śākti, gurun kitā leyak putih, mtu ring papusuhankune, hanadhah wong nganrang, nyam nyam nyam, 3, , lah kedhep mandi jāpa mantranku, lah poma, 3. Pangujanan, śa, tawulan nyuh
11a) kaput dening kambĕn putih, rajah wişṇu mūrtṭi ngantĕg kalangite, matapakan hilĕbur jagat, tangane ngagĕm bhathara brahmā, malih marajah gunung sagara, bantĕnya canang dakşiṇā, sasantunya, 1700, lawe satukĕl, ca, sgĕ hirĕng mawadhah klatkat, mreh masuku tunggal magambahan, wusnya mreh pangan caru ikā magahang kolkol, sisan pangan lĕbokna ring toya, ma, Om Ang Mang Uh Ih Ang Ong, tumurun haku bhathara wişṇu, angadhĕg ring bhumi padha, hapan haku anjaya śatru, ngaran bhathara brahmā mawiśeşā, tumurun bhathara brahmā, angadhakākĕn grahing jagat, a ngrĕng ngrĕng bhathara brahmā, ngawtuwang gni salodra, hangbĕkin bidoma, hangrĕbrĕb gni nira bhathara brahmā, ring rāt kabeh, kagyat bhathara wişṇu, tuminghalin kasidenira bhathara brahmā, Ong Ong Ong, Ang Ang Ang, Mang Mang Mang, Ong Sang Bang Tang Nang Mang śing Wang Yang,
11b) Ung kroda tanganira bhathara wişṇu, hamagut jayānira bhathara brahmā, tumurun bhathara wişṇu maring madhyaning samudrā, hangrĕgĕp hangraṇāśika, amijilang kawijayan śakti, Mang Mang Mang, Ngrĕng Ngrĕng Ngrĕng, Ih Ah Uh Eh, Ong Ong, Ong Sang Nang Mang śing Wang Yang, muntab krodanira bhathara wişṇu śakti, jumĕlĕg haku maring sagara, malĕpod haku ngantĕg kalangite, hagĕng aku tan padha, asirah aku kadi gunung sinunggal, asoca aku kadi sūryya kĕmbar, arambut haku kadi mega irĕng, acangkĕm haku kadi mārggāgung, acaling aku wsi malelā, panganku halungid lungid, lidhahakune maledled, ngantĕg kasaptā paṭalā, mabulu aku caraking tawun, pasurambyah angĕbĕkin rāt kabeh, apan haku śākti lwih ring sagara, Ong Ang Mang namaśiwaya, angaji aku wişṇu mūrṭti, mawiśeşā gôngira hangbĕkin samudrā,
12a) maluwab ikang sagarā, ombak agumbul gumbul, hocak ikang dhanu kabeh, mtu patĕng riyat riyut, gentuh agung, gumi pritiwi, ktug lindhu gĕntĕr patĕr rāt kabeh, sindung riyut ikang pawaṇā, krug krebek maputran, goyeng kang gumi kabeh, seng kangin seng kawuh, mapitĕh pancĕring priṭiwi, mĕngkab hilĕbur jagat, angrĕdhĕg ring sagara pitu, katmu sang hyang wişṇu mūrtṭi, ring sagara, hangaturakĕn sĕmbah, ki lĕbur jagat mawiśeşā, hangĕtut kasidenira sang hyang wişṇu mūrtṭi, Ong Ong Ong Ang Hang Hah Ah, Mang Mang Mang, aku śākti lwih ring sagara, hangaji aku ujan balĕs, sindung madrĕs, mtu hangin sarambugan, slawung paptĕng riyat riyut, hujan balĕs mawor hangin, rĕndĕng rĕndĕng gumi kabeh, kapilayu bhathara brahmā, amagut kawijayanira bhathara wişṇu, palajengira salaku laku, mangkatā ring soring priṭiwi, karuruh
12b) dening ki lĕbur jagat, apan hi lĕbur jagat mahiringan hujan balĕs, ktug lindhu ptĕng riyat riyut, katmu kita bhathara brahmā, ring saptā patalā, sinambut kitā dening ki lĕbur jagat, ginawā maring jĕngira sang hyang wişṇu mūrti, kabastā bhathara brahmā, majinmakakĕn dening sang hyang wişṇu mūrtṭi, kabuncangang tiba ring dhanu, maluwab hikang dhanu, dadi blabur hagung, mapitĕh sang hyang wişṇu mūrtṭi, ring sagara, genjong ikang sagara, jumleg haku ring priṭiwi, wug hikang gumi priṭiwi, capuh dadi rawang sagara, geger prawatĕk dewatā nawā sanghā, sami padha matatangisan ring bidoma, hapan tirtṭanira dadi jawuhagung, ptĕng riyat riyut ring ambarā, hujan mawor hangin, mtu makuwus macpug, huh huh huh ah, lindu hagung magenjotan, nyag gumi pritiwi, amuşthi hilĕbur jagat, wişṇu mūrtṭi, kayun hida ngalĕburang jagat kabeh, mahô-
13a) gah ogahan hikang akaşā, giyur gumi priṭiwi, maklĕpod dadi paptĕng hawun hawun, rĕbah ikang gunung rawun, malolos dadi blabar hagung, huwug ikang gunung ranjani, bungkah dadi hujanangin, sendung riyut, wug hikang bukit gunung mnyan, maklĕped dadi thathit, kilap kumarĕbyak sami prĕkoşā nyandĕr sinandĕr, wug bukit manjĕti, rĕbah dadi krug krĕbek maputran, wug bukit sarikonta, angadhakang hujanangin, riyat riyut, wug bukit batu lembang, makukus dadi paptĕng riyat riyut, wug bukit mayang sambulungan, nyag dadi sendung riyyut, hujanangin mawor paptĕng riyut, wug bukit gunung sinunggal, rĕbah dadi sagarā werā, wug bukit gunung kāla ngadhĕg, sondoh dadi krug grudug, huh huh huh huh, wug ikang gunung śākti, kewĕh ikang
13b) watĕk nawā sanghā, widyadhara widyadharī, gandarwwā gandarwwī, watĕk rĕşi sami hatatangisan ring swarggān surāloka, geger gumuruh watĕk dewatā nawā sanghā, ngrik hilĕbur jagat lakar manylĕburang jagat priṭiwi, anguwugang gunung śākti, sami lĕbur lĕbur, Ong Hang Heng Ong Hang Mang, Ong Sang Nang Wang Yang Nang Mang śing Wang Yang, wastu wastu mogana sami lĕbur, wastuna lĕbur, 3, wastunā ya namah, 3, Ong Ong Hang Hang Mang Mang. Nyan pangujanan wişṇu mūrtṭi, śa, payuk hanyar, matatakan pane hanyar, malĕkĕh bnang slĕm, atukĕl, sagi sagi gnĕp, tumpĕng irĕng hayam irĕng, uyahareng, masampyan hendong, masamsam don tĕmĕn, yeh anakan, yeh campuhan, yeh pasih, payuk ikā marajah wong matangan syu, ikā rajahanya, ma, Ong Ang Ngar Hang Ngar, asirah tunggal, sang hyang ekā kāla, nga, ta pi-
14a) naka haranku, hasirah sang hyang dwi kāla, ta pinaka haranku, hasirah tlu, sang hyang tri kāla, ta pinaka haranku, hasirah phat, sang hyang catur warā, ta pinaka haranku, hasirah lima, sang hyang panca sona, ta pinaka haranku, hasirah nĕm sang hyang dwi bwanā, ta pinaka haranku, hasirah pitu sang hyang saptā rĕşi bwanā, ta pinaka haranku, asirahakutus, sang hyang habwanā, ta pinaka haranku, hasirah sanghā, sang hyang nāwa kaṇdha, ta pinaka haranku, hasirah sapulu, sang hyang daśā kāla daśamukā, ta pinaka haranku, hasirah sekĕt sang hyang rĕşi bwanā, ta pinaka haranku, hasirah halakşā, kthi yuta, habilodrā, sang hyang tukuping bwanā, ta pinaka haranku, aku atangan rong lodrā, angagĕm haku sangjataning dewata kabeh, bajrā dupā dipā, danshā mokşalā, triśula
14b) padmā, angkus tuwĕk, sinandhakā, gadhā lokiteng dhanuh, geger prawatĕk dewatā kabeh, catur loka phalā, mwang widhyādhara widhyādharī,tumoning kaśakten inghulun, sudukhakĕn priṭiwi, gubar ikang pritiwi, sudukhakĕn śagarā, hocak hikang sagara, sudukhakĕn danu, kbĕk ikang dhanu, sudukhakĕn gunung, rubuh ikang gunung, sudukhakĕn akaşā, bubur ikang akaşā, bungkah pandusang bhathara brahmā, geger prĕwatĕk dewatā kabeh, anangis bhathara guru, trusakeng manuşā padha, hanonton kaśāktentā, angadhĕg haku ring madhyāpadha, marupā aku amancawarnṇā, aku angadhĕg ring ambarā, angadhakang aku meghā hagung, balengbong ikang caraking tawun, aku angadhakang ktug linuh, gĕntĕr patĕr, angadhakang paptĕng dĕdĕt riyat riyut, a-
15a) ku angadhakang hujanangin, mdhal ikang hawun awun, aku angadhakang glap kilap sayuta, kapalayu daitya danawā, buṭa yakşā buṭa yakşi, dhngĕn yakşi sami pada kapalayu, umung ikang kawah cambra gumukā, Om Om Om Om Om, Ang Ang Ang Ang Ang, Mang Mang Mang Mang Mang, Om samarpayam, Om yanama swahā, tlas. Pangujanan, śa, lĕboknā, rajah cakra, triśulā, lĕbokang ring toya, hamĕpĕt bayu, babantĕnnya, masuci halit, be bĕtutu hayan putih, masampyan busung nyuh gadhing, ma, Om mrajah bherawā, mayoggā sira masalin haran, agĕng sira ring haluhur, asuku siyu, asoca siyu, asirah siyu, hakilat kilatan, atejā murub, ring langit, tuminghālin marāja krĕşṇa, polahira maraja bherawā, krodha ring hatinira, śri marāja
15b) krĕşṇa, amtuwang kaşaktiyan śri marāja krĕşṇa, mijil sang hyang jatu tunggal, asuku catur, asoca ekā, matutuk windhu, atangan patpat nyatur silit, apurus hasuku tunggal, hagĕngira tan padha, tinapak hikang priṭiwi, genjong ikang pritiwi, molah ikang samudrā, mtu bhathara ganggā, anunggang ilĕmborā, hocak hikang sagara, hocak hikang dhanu, angadhĕg tngahing kukus, tumon ring lĕkas hi marāja krĕşṇa, tinĕpak hikang akaşā, pūrwwā kudul, kulon hĕlor, genjong ktug liṇdhu, banyu hangin linus, balengbong caraking tawun, megā caraking lĕmah, ONg, ih wong marāja krĕşṇa, anglĕkasang sang hyang tri puruşā wiśeşā, sang jata triśulā, cakra padmā, mati sira haning madhyā, triśulā katiba ring sor, blah ikang priṭiwi, geger sang antābogā, kaca-
16a) kra katiba ring sūryya, tuhu aku hanyaluk hujan, angadhĕg haku tngahing sagara, mtu ibutā irĕng, sinawuban kna irĕng lawut, hanā tngahing sagarane, minggang minggung hocak kang sagara, mumbul hikang hombak, maguron guronan ikang sagara, makbĕr rūnāgā, atap hikang priṭiwi, lawan hakaşā, ktug liṇdhu banyu anglinus, geger kadewatān, tumon riwarṇnanira śri marāja krĕşṇa, Ong bhathara krĕşṇa angawe saloka, sangkan humung umyanggĕntha horag, tumurun bhathara wişṇu, anunggang wilmaṇā agung, hatapakan megā hagung, ptĕng ktug lindu, ikang dewatā kabeh, balengbong caraking tawun, ucur ucur ring ambara, warşa madrĕs, bubur lĕbur, nyag nyug kang priṭiwi, hnyag kumangkang kumingking, kumatap kumitip, kumdap kumdip, ikaśāktiyan śri marāja krĕşṇa,
16b) hanglurug sang bhairawā, Ong sang bhairawā, umyang kasor, Ong munggah hagông prĕkoşā bhathara wişṇu, Ong hagĕng śakti siddhi pujaning dewā śakti, 3, poma, 3. Pangujanan, kaputusan hi kbo dongol, śa, payuk hanyar marajah kbo, yeh hangĕt, diduhurne dagingin balĕman, kcorin lĕngis, ma, Om mai sang hyang kbo dongol, malinggih di gunung agung, hida bhathara sang hyang kbo dongol, angaji hangin gdhe, sang hyang timur, hangaji I kbo dongol, bhathara sūryya hangaji sahisining pritiwi, akaşā hangaji dhanu, dhanu hangaji caraking tawun, hi kbo irĕng hanglinggihin jampanā hmās, matumpang saptā, hamanah sūryya, matmahan rĕmrĕm sang hyang sūryya, hi kbo irĕng mamanah gunung hagung, lĕbur ikang gunung hagung, sang hyang kbo do-
17a) ngol manah sagara, muncrat hikang sagara, matmahan ktug lindu pancĕring priṭiwi, matmahan ktug lindu mandadi hujan angin, ih klĕpug klĕpug, hocak hikang sagara, meh kawĕs sang hyang sūryya, haeng sang hyang sūryya, meh rĕmrĕm, sang hyang kbo irĕng, bhatara guru, hangundang megā satus kthi dlapan, kalugrahāyang sang hyang kbo dongol, bhathara guru mātur tken sang hyang kbo dongol, kalugrahā mangubar gunung hagunge, rawuh sang hyang jawuh huli kaja kangin, hiringan sang hyang kbo dongol, ptĕng dĕdĕt riyat riyut, hujan mahoran hangin, rawuh bhathara guru, huli gunung agung, mahiringan megā satus kthi dlapan, hiringanaku sang hyang bhathara guru, hamintā cakra ring hida bhathara śiwā, bhathara śiwā hangaji timur, bhathara guru
17b) angaji sang hyang jawuh, hocak hikang sagara dhanu, muncrat hikang caraking tawun, geger prĕwatĕk dewatā kabeh, hapan haku sang hyang kbo dongol, śākti mawiśeşā, hanggĕsĕng sahananing tirtṭa, hocak hikang sagara dhanu, hocak hikang yeh anakan, hocak hikang yeh mumbul, geger sahisining sagara, ptĕng dĕdĕt huli kaja kangin, gĕmpal pacuk gunung hagunge, pablusbus sang hya meggā, yenanā tumanggalang, makĕplĕk mati sapisanan, yanāna wong hanrang papanganan sang hyang kbo dongol, kalayu wong anrang, hapan haku mahiringan sami mrĕmangsā amangan wong anrang, hapan aku sang hyang kbo dongol, hanglinggihin bhathara guru, mangudĕr udĕran di bukit tajun, ptĕng dĕdĕt gumi akaşā, krug krebek mawantun wantun,
18a) rawuh sang hyang jawuh huli kaja kangin, tan kawaşā aku kahungkulan, sang hyang bhathara gu mangujanan, tan kneng pinulah dening dewa kabeh, hapan haku wiśeşā, śākti lĕwih, Ong Mang Heng Heng Eng, caraking tawun, manadi hujanangin, balengbong hagung, grĕh agung, angbĕkin marggā hagung, maluwab ikang sagara danu, hocak hikang sagara, dadi hujan hangin, maklĕpus huli klod kawuh, ngaja kanginang, hanadi hujan angin, yang lalah anginem di tlagane, mangutah dadi hujan angin, bhathara sang hyang kbo dongol, angutah dadi hujan paptĕng, maklĕpug dadi balengbong huli kaja kawuh, munggah ikang sagara, mapapas hikang megā, balengbong ikang megā, manadi hujan angin, riyat riyut ptĕng ribut, mtu hujan makuwung kuwung, hanyujuh hi bulan matan a-
18b) -i matmahan rĕmrĕm sang hyang sūryya, angaji aku kakuwung, anyandĕr matanāi, matmāhan pjah sang hyang sūryya, gumiwang ikang maṇik toya, mulih cahi kilap hundang hujanangine, hangadhakang teja kakuwung, hangadakang teja ngadhĕg, maprĕbhāwa aku blabar agung, mangrudug tkā siyok, 3, Ong tkā byor, 3. Nyan pangujanan kaputusan kokokan putih, śa, sidhi, marajah kokokan putih nangal jadma, rajah holih pamor, sidhi ikā, wus rajah tingkĕbang di panene, pane ikā dagingin toya campuhan, bcing bcing, 3, hukud, ma, Ong sang hyang kokokan putih mamatā wintĕn, krĕşṇa dhānā, mapucuk wiṇdhu dhantā gadhing, mabulu komalā pthak, Ang Ong Mang, idhĕp sang hyang kokokan putih , Yang Yang Yang, tumuru-
19a) -n, ih sang hyang kokokan putih, saking swarggān wişṇu loka, mahiringan kilap hamanca warṇna, kabeh mangagĕm camti hmās, hi kilap kabeh mngayatang maprang ring wong manrang, Ong mkābur sang hyang kokokan putih, mamdhĕk ring bhathara ganggā, kalih ring bhatharī ganggi, nunas tulungan ring hida bhathara, bhathara uluning dhanu, ring uluning sagara, Ong Mang ih sang hyang kokokan putih, Ong makbur ka śwarggān wişṇu loka, mapinunas ring ida bhathara, ring ida bhathara nāwa ruci, kalih ring ida bhathara nāwa, sang hyang cintya widhi, Ong bhathara cintya widhi, tumurun tngahing sagara, mtu megā manglĕkĕd, hocak kang sagara, pajlĕgjĕg caraking tawun, ucur ucur ring sagara, blengbong sadangka dangkā, mtu hujan paptĕng libut, krug krug mangarudug, 3, Ong genjong ikang jagat, gru-
19b) dug, tkā kbĕk kĕbyor, 3, Ang Ong Mang mijil sang hyang bhathara nāwa ruci, anglĕbok tngahing danu, maliyah dadi blabar hagung, uwug hikang dhanu, dadi gentuh hagung, Ung Ngang geger padha bhathara kabeh, Ong geger ikang kilap sahasa, makrug mahidhĕran, genjong ikang jagat, ktug linuh, hujan angin ptĕng dĕdĕt, tkā byor, 3, Ong dĕdĕh ikang akaşā, rĕmrĕm sang hyang sūryya, miwah ulan, matmahan nangis sang hyang ulan, pĕnangise mandadi hujan, jawuh tkā hug makebyor, 3, Ong, Grung, Ong rubuh ikang pusĕring akaşā, geger prĕwatĕk dewatā kabeh, paran sangkaning genjong, iya I kokokan putih mangujanang, manunas bantu ring bhathara nāwa ruci, kalih ring ida bhathara sang hyang cintya widhi, ma, mamāntra Ong sang hyang komara
20a) ghaṇā, sang hyang komara sidhi, Ang Mang sang hyang komara ghaṇā, sang hyang komara sidhi, tumurun hi kokokan putih, saking wayabya, ngalinggihin sidhi, tumune mnga mnga, geger padha bhathara, manonton kaśāktiyanne sang hyang kokokan putih, mahiringan ki jambul kuning, matumpang slikur, pageban huli klod kawuh, mandadi megā manglĕkĕd, mandadi hujan, jawuh sindung riyut, hujanangin, ptĕng dĕdĕt, sindung riyut, Ong palegod caraking tawun, Ung tumurun sang hyang bhathara ghaṇā mangiring, mahiringan hujanangin, tkā makrug, gĕbyor, 3, Ong Mang sidhi pinunas sang hyang kokokan putih, Ang Ong Mang, kedhĕp sidhi maṇdhi, 3. Nyan pangujanan kaputus balibis putih, śa, nasi hakojong, dagingin bungan mandori putih, rehin pjang sa-
20b) -mpinge mamantra, ma, Ang Ong Mang, Yang Yang Yang, Ong sang hyang I blibis putih, tumurun saking swarggan śiwā loka, Ong tumuru ring sagara putih, mapinunas hujan ring sang hyang hyandus smarā, kalugrahā I blibis putih ngujanang, tumurun hi blibis putih, Ong tngahing danu, Ang Ong Mang, manglĕkas I blibis putih, tngahing dhanu, kahicen panugrahā, ring ida bhathara, bhathara śiwā uluning dhanu, Ong mtu hujan angidĕrin bwanā, mtu megāmĕpeking akaşā, Ong rĕmrĕm sang hyang sūryya, ulan lintang tranggaṇā, matmāhan angin sang hyang sūryya ulan, panangise mandadi hujan, mandadi jawuhagung, tkā krug gĕbyor, 3, Ong mumbul hikang dhanu, maliyah mandadi gentuh, balabar agung, tkā grudug gĕbyor, 3, ma, Ong makbur hi balibis putih, masurup ring sagara putih, muncratikang sagara putih,
21a) matmahan dadi paptĕng caraking tawun, tkā tug kĕbyor, 3, Ong tkā krug krebek, kilap grudug, mangegerang hujan jawuh, Ong klĕpĕd gebyor, 3, Ong sidhi sandi pangujanan hingulun, Ong tkā mandhi, 3. Nyan pangujanan kaputusan kokokan putih, śa, pane hanyar, marajah kuntul, mwah sdah porosan, madhaging yeh śuci, bija kuning, wus mangkanā, puja manyatur deşa wnang, ma, Ong Ung Mang idhĕpaku sang kokokan putih, umungguh aku ring meru tumpang slikur, kinmit dening prĕwatĕk dewatā nawa sanghā, ring harĕpku kuṇdhi maṇik, masarira haku tunggal, tunggal haku ring bwanā kabeh, humşat haku ring ambara, geger prĕwatĕk dewatā kabeh, hapan tirttāning hakşinira mandadi jawuh agung, rĕmĕng rĕmĕng kang gumi akaşā, horĕm tan paka-
21b) yangan, sumurup haku ring saptā paṭalā, saptā sagara, geger sang hyang antā boggā, mtu bhathara baruṇā, ring papusuhku, mtu wişṇu putih ring netranku, hogah bhumi priṭiwi, genjong kang bwanā kabeh, mibĕr haku ring saptā manjalā, ngik, 3, swaranku, sabdhanku mandadi krug, Ung Hĕng, kijapanku mandadi tatit, Wwĕr Wwĕr Wwĕr, Mang, idhĕpku mandadi maruta, sinilirān dening japā mantra, kinmiting panca rĕşi, amor aku ring sang hyang tanpa wastu, jĕg sumurup ring śunyantāra, mijil sang hyang wişṇu ring sarira, saptā ongkara, mwang saptā sagarā, hocak sakwehing sagara, akukus handadi mega hanglayang, munggah ring akaşā, mandadi hudan, tanana kna tinrangan, pjah kitā bhathara brahmā, tinut kaburu denira bhathara wişṇu, Ong wişṇu we namah, Ung Ung Ah Ah aku sang kuntul pthāk, haruwah aku
22a) tanpa rupā, mibĕr aku tanpa hlar, tumindak haku tanpa suku, hangadhĕg haku tanpa wayangan, Ong Byur Byur Byur, Ah, Ung, Bryong Ang Ah, Ung, O I I I, ngik, 3, śabdha swaranku, mayoga haku ngamijilang sang hyang jyoti, hanĕlĕng aku wetan, mtu guṇanira bhathara iśwarā, hanlĕng haku kidul, mijil guṇanira bhathara brahmā, hanlĕng aku kulon, mijil guṇanira bhathara mahādewā, hanlĕng haku ring lor, mijil guṇanira bhathara wişṇu, handadi megā putih, mega habang, mega kuning, mega irĕng, cakup maring tngah, udan tanpa tara, krug, 3, mawantun wantun, kilap mangan wong manrang, wastu lupā tanpa tutur wong manrang, pjah kitā ring pangadhĕgan, apan haku rumawak sang kuntul putih, putih saking megā, wastu sing dlĕngku padha rĕp, rĕp tan kawaśā ngucap, cĕp, nging, jĕng, sidhi kedhĕp ma-
22b) ndi swaranku, lah poma, 3, tlas, nyan lĕkas rumuhun, mandhi ring lidhah kedĕp sidhi, hapang prajnya dentā mangidhĕp, lamat lawan patitis, spat siku siku, ngungkahing angĕn angĕn, den langgĕng mūrtṭining idhĕp, haywa weh kodal budhintā, wĕtwang sang hyang mrĕtṭā, ring soca kalih, tmuwang ring kuṇdhi maṇik, idhĕp sang kuntul putih, hanglayang ring rupakna nya. Nyan pangujanan, kaputusan kokokan putih kampide slĕm hakatih, ikā utamā dahat, śa, tbu cmĕng marajah kokokan manangal jadmā, kilap teja yanglalah , wuse mreh, lĕbokna ring toyā, ma, Ong Ong ptĕng dĕdĕt riyat riyut, mtu hujan angin, mdhal hikokokan putih, mangadhakang paptĕng, mtu kilap hamanca warṇnā, hangulati wong manrang, paran hunggwane syanu, yen kuning wong manrang, wnang katada-
23a) h dening kulap hamanca warṇnā, ikā maka tadah angkyanne, haywa kita hanadah wong len, hapan haku ngawĕtwang kitā, Ong kokokan putih, angaji kaśaktyan, twi lwih kaśaktyane, angadhakang prabhawā glap kilap, krug krebek mahilĕh ilĕhan, genjong genjong linuh magjĕran, hocak kang sagara dhanu, matmahān caraking tawun, huli klod kawuh, huli klod kangin, thathit pakĕbyakbyak, geger bhathara bukkĕbis, bhathara brahmā, bhathara mahādewa, bhathara wişṇu, bhathara śiwā maring tngah, sami geger mangaji barĕt paptĕng, hujan maworan angin, mahilĕh ilĕhan, nyag akaşā solas akaşā, Ong Ang lĕbur, 3, ajur gunung solas gunung, Rong ajur, 3, lodoh gumi solas gumi, hnyag, 3, ih sang hyang
23b) sūryya, sang hyang ulan, sang hyang lintang tranggaṇā, mati kaliput, dening paptĕng, matmahana bukkĕbis, manylĕg badĕng, maktug magjĕran hikang kokokan putih, matmahan balabar dhanu, blabar pasih, blabar tukad, blabar sowan, malih kaswarggān, Ong Ngrang Ang Mang, Ang Ong Mang Ong, tkā lĕbur, Ong, ikang gumi ptĕng kabeh, gumi langit padha magĕgĕh, iki śābdhaning langit, Yyung, śabdhaning gumi, Bur, śabdhaning yeh, śriyong h, sidhi śakti, sakwehing suna lĕbur mandadi banyu, apan haku hangajurang gumi, priṭiwi akaşā, aku angadhakang ktug linuh, gĕntĕr patĕr, rubuh ikang gunung, malwah ikang sagara dhanu, tumiba maring akaşā, geger bhathara glap, mtu paptĕng hagu, mangrak hi kokokan putih, hnyug hikang akaşā, lĕbur ikang pritiwi, geger caraking tawun, mtu
24a) ptĕng riyat riyut, guntur lah ikang akaşā, buntul kang saptā patalā, geger sang hyang abukbis, hĕh hĕh hĕh, ghnĕh ghnĕh ghnĕh, Ong Mang Ang, Ong Ang, Ong ngrĕng ngrĕng, nyolong tanah, nyolong langit, mablĕd sang hyang wişṇu pagrudug, Ong Ang Mang, 3, nyug hikang adri, matmahan balabar hagung, mtu saking akaşā, mamata mirah, acucuk mās, tumurun kitā maring sagara dhanu, muncrat sagara dhanu, pajlĕjjĕg caraking tawun, ptĕng libut kang nāgara bali, apan sang hyang kokokan putih, mangujanang, Ong Ang medĕr sang kokokan putih, kampidnyane slĕm hakatih, anyambut atmāne wonge manĕrang, guhguh rumpuh kukul dungkul, pngĕng bungkĕr, mati sapisanan, wonge manĕrang, Ong Ang Mang Ong, krug pakĕdepdep, rauh sang hyang jawuh, makilap kilap, makĕbyakbyakan, sanga kokokana putih, angadhakang jawuh,
24b) agung, Ooong, 3, tkā byor, 3, krug grudug, klĕpug byor, 3. Iki rajahnya tiru. Pangujanan, sasirĕp gĕni, uttama dahat, śa, papah, rajah bhathara wişṇu, ngagĕm cakra, nunggang badawang nalā, ring sagara klĕm, sasantun jangkĕp, harṭanya, 500, ca, nasi warṇnā, pitik sumalulung, mawadah klatkat, ma, Ong, sang hyang kāla cakra wişṇu, candra bairawā, ih pujut digit, hangabĕr toya saduhuring priṭiwi, Ong candra gni srĕsah, matmāhan dadi banyu, Mang, gni jayeng rāt matmahan dadi banyu, Ah, gni mukā-
25a) jati matmāhan dadi banyu, Ong gni raşyā mukā matmāhan dadi banyu, Ung, gni mandala matmahan dadi banyu, Ong gni śewaka matmāhan dadi banyu, Ang gni bajra matmāhan dadi banyu, Ong gni nglayang matmāhan dadi banyu, Yang, gni mĕkah matmāhan dadi banyu, Ung, gni mirah matmāhan dadi banyu, ih gni puşpā jati matmāhan dadi banyu, Ang Ung Mang, mumbul maring akaşā, Ang Ah, mumbul ikang banyu bajra, mumbul ikang banyu mukā, mumbul ikang banyu mrutṭā, mumbul ikang banyu şewakā, mumbul ikang banyu raşyā mukā, mumbul ikang banyu puşpā jati, mumbul ikang banyu nglayang, mumbul ikang banyu srĕsah, mumbul ikang banyu mirah, mumbul ikang banyu mandilā, mumbul ikang banyu jayeng rāt, ring dhasaring priṭiwi, mumbul ikang banyu satingkĕbing rāt, ring pancĕring priṭiwi, Ang Ung Mang, wastu sajagat, mumbul ikang banyu lodra srĕ-
25b) sah, ring dhasaring sagara, Ang Ah, muncrat ikang banyu wiśeşā, ring dhasaring dhanu, ih ih, Ong Ong, mtu wastu matmāhan megā hagung, Ong mtu bhathara wişṇu, Ang Ung Mang, mtu badawang nāla, hangadhakakĕn megāgung, maring sandining priṭiwi, mwang akaşā, mlĕkah maring awang, mega putih, megābang, mega kuning, mega irĕng, mega hamanca warṇnā, Ong Ong, matmahan dadi jawuh, angbĕkin priṭiwi, maduluran ktug linuh, glap kilap kumarebek, thathit pasler, linindih sang hyang megā, mamūrtṭi sang hyang jawuh, meggā tunggal, meggā bagor, megā hunduk unduk, megā rarawe, megā bayu, megā lantang, megā mayung, megā drĕwelā, Ong matmāhan dai jawuhagung, Ong Mang ngkara wastu, aku anglĕkas hangrĕncĕp, wişṇu wişeśā, angu-
26a) rip priṭiwi akaşā, wastu urip deninhg wişṇu, mijilning idhĕp, waluya jati tguh landuh, ikang priṭiwi akaşā, ring sabdha bayu idhĕp, mulih sariranira ring sūkşmā, mulih ring sabdha, mulih ring bayu, Ang Ah, Ang Ung Mang, mulih maring sūkşmā, ring sang hyang wişṇu, puşpā jati, ring mūrtṭining idhĕp, mulih ring swarggāning wişṇu sūrapati, ikang sūkşmāning idhĕp. Pangurip megā, śa, yeh mawadah sibuh simbuhang idhĕr kiwā, ma, idhĕpaku bhathara śiwā, mtu tanpa hari hari, mtu kāma hari hari, kang kabaya wiryya,hangurip mrĕtṭā, hangurip banyu anglayang, pangeran wiryya, hapan haku bişā mangurip megā, tkā urip, 3, jĕng. Iki pangujanan mawişeśā, kaputusan sang hyang asu gaplong,
26b) śa, kahang ring sagara, rajah lombā lombā nadhah sūryya, carunya sarwwa pawitra, skar sataman, haywa kirang, ma, Ong Ang Ung Mang, Ong indahta kita, aku sang hyang asu gaplong anunggang lombā lombā putih, tumurun haku saking śiwā gambur anglayang, matapakan haku sūryya candra, pinayungan haku padmā ong ngkara nglayang, sinongsong haku dening watĕk dewata nāwa sanghā, iśwara, maisora, brahmā, ludra, mahādewa, sangkara, śāmbu, sadhaśiwā, kinĕmban aku dening panca rĕşi, sang korśikā, sang gārgga, sang metri, sang kuruşyā, sang pratanjalā, mwah kinmit haku dening catur lokā phalā, indra, baruṇā, kwera, yamā, kinayapan aku dening apsarā apsarī, widhyadhara widhyadharī, ingidĕra-
27a) naku dening sarwwā sanjaṭa, bajra, dupā, dandā, mokşalā, nagā angkus, cakra, trisulā, padmā, ingapit aku dening sanjaning hyang pancā rĕşi, gadhā lokiteng danuh, tomarā kontā, sangkā, ingiring aku dening sanjataning hyang cātur lokā phalā, curigā, curikundi, sangka kĕmbang, Ong Ang Mang, hipitāku dening nagā takşakā, aku sang hyang asu gaplong, śākti mawiśeşā, hanyaluk rājā bhuşaṇā, mānting hanting aku hmās, maganitri māsāmpĕt masawilo, makutānalā, mawalya makilat bawu, masambayut āku gringsing kuśumāgiri, maglangkanā, hajamimang, hakarah kalung, matingsĕt makĕrtiwandā, matatkĕn haku cakrĕ śudharşaṇā mĕndung, Ong śākti aku sang hyang asu gaplong, anunggang aku lombā lombā putih, angumbang aku tngahing sagarā, hocak mumbul ikang sagarā, geger bhatharā wişṇu, hangundang sang hyang
27b) jawuh, maring gumi priṭiwi, akaşā, Ong Ong, hajur gumi priṭiwi akaşā, dening jawuhagung, Ong 3 klĕpug, byor, 3, Ong Ong kitā bhathara glap, lungha kita amburu guruning panrang, Ong Ong, geger sang hyang linggā toya, geger sang hyang linggā mayā, geger sang hyang lingga putih, hatakon punapa minakā geger, hapan aku sang hyang asu gaplong, angumbang aku tngahing sagarā, makrak hi linggā toya, krug swarānku, wastu tumurun sang hyang jawuh, Ong tkā byor, 3, Ong yen anā ngalang alangin lakuning hulun makaryya warşa, sambutakna sukune syanu, pantingaknā atmāne syanu, ring tngahing sagarā, denirā ki lingga toya, denira ki lingga māya, hi lingga putih, Ong Ong ptĕng dĕdĕt riyat riyut, kang gumi priṭiwi akaşā, Ong krug grudug byor, 3, Ong krĕbyak mahilĕh ilĕh, Ong klĕpĕd magjĕran, Ong tka byor, 3, Ong Ong Ong, Ung Ung Ung, aku sang hyang asu
28a) gaplong, anunggang lombā lombā putih, mayoga aku tngahing sagara, malwab ikang sagara, trus maring akaşā, geger prawatĕk dewata kabeh, tuminghālin kasaktene sang hyang asu gaplong, mayoga ring tngahing sagara, Ong Yang Yang tan katinghālan, umyang gumuruh, Ong Ong ingong sang hyang lĕbur jagat mahā śakti, hangundang pranakan kita kabeh, Ong Ong geger sang hyang antā bhoga, Ong Ong geger sang hyang pasedan, Ong Ong geger sang hyang naradā, Ong Ong geger sang hyang mustika, Ong Ong geger sang hyang kriṭi maṇik, kabeh maprĕbhawā ktug linuh gĕntĕr patĕr, kilap tatit sahasā, krĕbyak magenjotan, magjĕran hikang siti talā, yanglalah mawilĕtan, teja malang teja mĕndung, teja ngadhĕg, teja guling, teja sliwah teja gni, teja toya, lĕbur bubur ikang priṭiwi, medĕran sang hyang badawang nalā jnar, ktug kĕtug sang hyang badawang putih, mĕmbah sang hyang jawuh
28b) satus kĕti dlapan, tumibang maring paṭāla, ptĕng riyĕt sawĕngkuning gumi bali, dening jawuh agung, Ong Ong klĕpug byor, 3, Ong Jrang kita kaki sang hyang mahā meru, glĕh glĕh dewatā, glis bhathara ngawtuwang hujan, Ong kredep magĕnturan, malilit kilap thathit, sahā sagara gĕntĕr dhanu genjong, makaronan kilap thathit, sahasa sang hyang asu gaplong, anggegerang sang hyang lĕbur jagat, Ong gĕntĕr patĕr ktug linuh hujan angin tan pantara, Ong tka pang yang ptĕng nāgara bali, geger i buta laweyan, mtu ring madhyaning sagara, matunggangan macan irĕng, matapakan sarota ptĕng, kinudungan dening teja yanglalah, hiniring dening kilap hamanca warṇnā, Ong Ong klĕpug, byor, byor, 3, Ong jĕgatlas gunung rubuh, rĕbah gunung mahā meru, geger prĕwatĕk dewataning glap, byor, 3, Ong śang Bang Tang, Ong kredep magĕnturan, ktug lindu gĕntĕr patĕr, ikang akaşā, geger sang hyang nāga pangujanan, geger sang
29a) hyang nāga gombang, geger sang hyang nāga biru, makrik hi linggā toya, mtu hi baru linuh ring madhyaning sagarā, maprĕbhawa glap kilap thathit prakaşā, udan tanpa mega, Ong klĕpug huli klod kawuh, mtu bhathara sangkara, matapakan hujan hangin, ptĕng riyut ring akaşā, tumurun aku ring priṭiwi, ptĕng dĕdĕt kang priṭiwi akaşā, mtu tatit mahilĕh ilĕhan, makrĕbyak hi kilap tuwā, ktug linduh ikang priṭiwi, akaşā, genjong genjong ikang akaşā, gĕntĕr patĕr kang gumi kabeh, hapan aku sang hyang asu gaplong, hanglĕbok ikang sagara, ktug linduh ptĕng riyat riyut kang sagara, mtu muncrat banyuning sagara, tumiba maring swarggan, geger ikang prĕwatĕk dewata kabeh, tuminghālin kaśaktenku, hapan aku angaji paptĕng agung, alah bhathara sūryya den aku, Ong Ong wastu tumurun sang hyang jawuh, mtu huli klod kawuh, Ong tka klĕpĕd, byor, 3, Ong grĕh hug byor,
29b) 3, Ong hajur hajur gumi langit, Ong klĕpug byor, 3, tlas. Nihan panurun jawuh, śa, antiganing sawung hanyar, rajah sang hyang harṭa heto, winadahan sibuh slaka, madhaging lĕngawangi, buratwangi, tlĕng putih, sempol, iti rajahnya ring sor mwah mantranya ne ring untat, niki
       
30a) iki mantranya, ma, Ong kara puruşā śakti wiśeşā, bhathara guru, tumurun saking swarggan kahyanganira, masampĕt mas maganitri, hanurunakna tirtṭaning hulun, mijil saking agranira sang hyang sumeru, hning suci nirmmala, tumiba sira ring dasaring sagara dhanu, mumbul muncrat hikang sagara dhanu, lĕbur mandadi paptĕng, ucur ucur caraking tawun, padhā lĕdeh bhathara glap, satus kthi dlapan, geger sang hyang antā bhoga, mapitĕh sang hyang badawang putih, ring praṭiwi jati, genjong ikang gumi priṭiwi akaşā, Ong gĕntĕr patĕr ktug linuh, magenjotan ikang jagat bumi wana kabeh, krĕbyak mahilĕh ilĕh, pakadepdep sang hyang jawuh, satus kthi dlapan, ririsumambur hanibeng patalā, Ong krug grudug, byor, 3, Ong tumurun sang hyang harṭa heto, saking swarggan kahyanira, sinarĕngan ajinira, sang hyang nira waṇa, padha matri wikramma, ngeka padha macatur buja matriyanā, Ong tuminghal
30b) nghulun ring pūrwwā, mijil bhatharā iśwarā, bajra sanjatanira, padha angundang sang hyang jawuh, malĕjĕg caraking tawun, makukus mnek kalangit, rĕmrĕm sang hyang sūryya, ptĕng dĕdĕt riyat riyut, riris sumambur makawang kawang, masiyokanibeng paṭalā, Ong tka byor, 3, Ong tuminghāl nghulun ring dhakşinā, mijil bhathara brahmā, daṇdhā ta sanjatānira, padhā ngundang sang hyang jawuh, malĕjĕg caraking tawun, makukus mnekalangit, rĕmrĕm sang hyang sūryya, ptĕng dĕdĕt riyat riyut, riris sumambur makawang kawang, masiyok hanibeng pathalā, Ong tka byor, 3, Ong tuminghāl nghulun ring pacima, mijil bhathara mahā dewā, nāga pasah sanjatānira, padha angundang sang hyang jawuh, malĕjĕg caraking tawun, makukus mnekalangit, rĕmrĕm sang hyang sūryya candra, ptĕng dĕdĕt riyat riyut, riris sumambur makawang kawang, masiyok manibeng paṭalā, Ong tka byor, 3, Ong tuminghāl nghulun ring uttara, miji-
31a) l bhathara wişṇu, cakra sanjatanira, padha angundang sang hyang jawuh, malĕjĕg caraking tawun, makukus mnekalangit, rĕmrĕm sang hyang sūryya candra, ptĕng dĕdĕt riyat riyut, ririsumambur makawang kawang, masiyok manibeng paṭalā, Ong tka byor, 3, Ong tuminghal nghulun ring priṭiwi, mijil sang hyang antābhoga, cakra sanjatanira, padha angundang sang hyang jawuh, malĕjĕg caraking tawun, makukus mnekalangit, rĕmrĕm sang hyang sūryya candrā, ptĕng dĕdĕt riyat riyut, ririsumāmbur makawang kawang, masiyok hanibeng paṭalā, Ong tka byor, 3, Ong tuminghal nghulun ring akaşā, buntul ikang akaşā, geger prĕwatĕk dewatā nawā sangā kabeh, mwang panca rĕşi, korśikā garggā metri kuruşyā prĕtanjalā, makadi catur lokaphalā, praśukanwāja nakā naradhā, umung pujā slokanira, sahā puşpā warşā, jaya jayastungkara stuti pūjā aji paramārṭa padha angadakakĕn, gĕntĕr patĕr ktug linuh
31b) hujanangin tan sinamasamā, Ong tka byor, 3, Ong śang namaśwahā, sang hyang iśwara dewatanira, anggawā tirtṭā mahā pawitrā, hning suci nirmmalā, sira ta minaka idhĕp, ring pupusuh kahanira, hangurip meggā wetan, urip mandadi hujan hangin, tka hurip, 3, Ung Bhang yanama swahā, sang hyang brahmā dewatanira, hanggawtirtṭa mahā pawitrā, hning suci nirmmalā, sira minakā manah, ring hati kahananira, hangurip meggā kidul, hurip mandadi hujanangin, tka hurip, 3, Ong Tang yanama swahā, sang hyang mahādewā dewatanira, hanggawa tirtṭa mahā pawitra, hning suci nirmmalā, sira ta minakā sabdha, ring ungsilan kahananira, angurip mega kulon, hurip mandadi hujanangin, tka hurip, 3, Ong Ang yanama swahā, sang hyang wişṇu dewatanira, hanggawe tirtṭa mahā pawitra, hning suci nirmmala, sira ta minaka ambĕk, ring ampru kahananira
32a) hangurip megā ring lor, hurip mandadi paptĕng hujanangin, tka hurip, 3, Ong Ing yanama swahā, sang hyang pramma śiwa dewatanira, hanggawa tirtṭa mahā pawitra, hning suci nirmmalā, sita minaka śabdha, ring ajnyānā kahananira, hangurip mega ring tngah, urip mandadi paptĕng hujanangin, tka urip, 3, Ong Nang yanama swahā, sang hyang maisorā dewatanira, hanggawa tirtṭa mahā pawitra, hning suci nirmmala, sira ta minaka ciptā, ring paparu kahananira, angurip mega ring gneyan, urip mandadi hujanangin, tka hurip, 3, Ong Mang yanama swahā, sang hyang ludra dewatanira, anggawa tirtṭa mahā pawitra, hning suci nirmmala, sira ta minaka tutur, ring usus kahananira, hangurip mega ring nairiṭi, urip mandadi hujanangin, tka hurip, 3, Ong śang yanama swahā, sang hyang sangkara dewatanira, anggawa tirtṭa mahā pawitra, hning suci nirmmala, sira ta minakā buddhi, ring limpā
32b) kahananira, hangurip mega ring wayabya, urip mandadi hujanangin, tka hurip, 3, Ong Wang yanama swahā, sang hyang sambu dewatanira, anggawa tirtṭa mahā pawitra, hning suci nirmmala, sira ta minakā bayu prĕmanā, ring inĕban kahananira, angurip mega ring airsanya, hurip mandadi paptĕng hujanangin, tka hurip, 3, Ong Yang yanama swahā, sang hyang śiwa dewatanira, hanggawa tirtṭa mahā pawitra, hning suci nirmmala, sira ta mina tutur mengĕt, ring tutud gawang kahananira, sira tāngurip mega ring akaşā, urip mandadi paptĕng hujanangin, Ong tkā byor, 3, Ong nirakşā yanama swahā, sang hyang prameşthi adhi guru, sira munggah ring tlĕnging kulung kulung witing hati, ring ampru, mwang ring pupusuh, ring brahmmā padha kahananira, sira anirātmā hning rupa warṇna, sira minakā uriping dewatā kabeh, sira ta hangurip sahananing mega kabeh, urip sira handadi paptĕng hujanangi-
33a) n, sahā glap kilap tejā yanglalah, krug krebek mahilĕh ilĕhān, lindu hikang buwanā, ptĕng dĕdĕt hikang gumi kabeh, Ong mtu hudan kidul kulon lor wetan, mahurahan sang hyang jawuh, Ong klĕpug, byor, 3. Nyan panurun jawuh, śa, urus urus, rajah calonarang, ma, kaki calonarang, tumurun ring swarggan, lunghā sira maring bali, atyan hanadhah sang hyang sūryya, tumurun maring sagara agung, maluwab ikang sagara, mandadi caraking tawun, satus kthi dlapan, matmāhan ptĕng riyat riyut, hanungkap panyangcangan gumi akaşā, Ong Ang Mang ya ta icalonarang, lumkas ring gunung mahāmeru, malembod caraking tawun, dadi sang hyang jawuh, angbĕkin buwanāgung, tkā siyok, 3, tan kna tinrang, apan hi calonarang śakti mawiśeşā, Ong ki calonarang manglemat guruning panĕrangan, yen ana gni rāşyā tkā rĕp sirĕp, 3, ye-
33b) nana gni panyarang tka rĕp sirĕp, 3, Ong yanama swahā, Ong ki calonarang lunghā maring swarggan, matmāhan bhathara guru, anangis tngahing toya, mtu krĕbyak hangĕbekin bwanā agung, tka klĕpug byor, 3, Ong Ong sang hyang iswarā, tumurun saking swarggan, hangadhakang mega hawun awun, tumurun maring dhanu, rubuh rug hikang gunung, mtu kilap bang, kilap putih, kilap kuning, kilap irĕng, mtu krĕbyak klĕpug byor, 3, Ong ratuning bhathara glap, manglemat guruning panĕrang, sang hyang pasedan, nynĕng caraking tawun, mandadi hujan, kalĕpug byor, 3.
       Iki parihindikan makāryya hujan. Maka pustakeng Ki Dalang Tangsub maring Rangdilangit, puput tinular duk rahinā, Sa, pa, warā, menail, pang, ping, 9, śaśih, ka, 6, 1884, yuşaning lokā.

Senin, 21 November 2022

BAYUH TAMPEL BOLONG

TUJUAN BAYUH TAMPEL BOLONG PANGRUWATAN MELIK
1. Ingin memperbaiki diri menuju kesempurnaan agar roh dapat mencapai Moksa. 
2. KELAHIRAN DALAM MEMPERBAIKI KARMA
3. BAYUH TAMPEL BOLONG itu wajib dilaksanakan karena jiwa harus menanggung hasil perbuatan pada kehidupannya yang terdahulu. Pada saat manusia hidup, mereka banyak melakukan perbuatan dan selalu membuahkan hasil yang setimpal.
4. Menurut ajaran agama Hindu, manusia berasal dari Tuhan karena dalam manusia itu terdapat adanya hakekat Tuhan, hidupnya, nafasnya, dan segala  anggota badanya merupakan tempat kekuatan Tuhan. Oleh sebab karenanya manusia dengan Tuhan bisa dapat bersatu melalui 
upacara bayuh tampel bolong syg nantinya hukum deraan itu dapat di entaskan.

Bebayuhan Tampel Bolong

Bebayuhan Tampel Bolong adalah prosesi ruwatan yang biasanya disebutkan bertujuan untuk menghilangkan atau menutup semua sifat boros serta mengentaskan hukum deraan kelahiran. 

“Tampel Bolong artinya menutup semua lubang, dalam hal ini kekurangan atau keburukan di dalam diri. 
Baik dari kehidupan terdahulu, maupun kehidupan sekarang.

Sarana upacaranya dalam Ritual Bebayuhan Tampel Bolong hilangkan sifat keraksasaan anak disebutkan diantaranya yaitu berupa :
Banten Tebasan Pegat Sot. 
Banten Pegat Sot seperti yang biasanya dihaturkan kepada Sang Atma saat proses Nyekah. 
Namun diharapkan, dengan diadakan semasa yang bersangkutan hidup, ia merasakan manfaat ritual. 
Sebab, Pegat Sot berguna salah satunya memutus efek perkataan buruk yang terlontar, sengaja maupun tak sengaja saat kita hidup.

Saat prosesi, kepala yang bersangkutan akan ditutup dengan kasa rurub dengan gambar rerajahan dan aksara khusus. 

Demikian pula di beberapa bagian tubuh, seperti bahu akan ditulisi rarajahan. “Di- rurub, aksaranya dkombinasi, Dewa Ganesha dipakai. 
Karena Dewa Ganesha adalah dewa pengetahuan yang maskulin. Setelah itu ada rarajahan dan aksara pangurip. 
Ada juga sarana khusus, berupa minyak Tampel Bolong.

Setelah itu, barulah dilakukan pangruwatan. 
Pertama, mabeyakaon, prayascita, durmanggala, dan pangulapan guna pembersihan lahir batin. Dilanjutkan dengan padudusan agung. “Yang bersangkutan berputar di margi agung di-dudus dengan api padudusan. 
Sembari yang diruwat berjalan mengitari api, sang sulinggih melantunkan mantra puja oleh sulinggih. Di antaranya setra gamana, marga gamana, dan banyak yang lainnya. 
Pada saat yang sama disiratkan juga tirta dari sejumlah mata air.
Dilanjutkan Panglukatan Panca Wara, kemudian Sapta Wara. Lalu Panglukatan Brahma dan Wisnu. 
“Setelah itu, baru dilanjutkan Panglukatan Tampel Bolong. Isinya lengkap, seperti 
Pabayuhan Sanan Empeg, Telaga Apit Pancoran, Pancoran Apit Telaga, Salah Wedi, kelahiran Sukerta, terakhir baru pajaya-jayan, natab. 
Total, ada tujuh tahapan dalam ruwatan ini. 
Waktunya sekitar empat jam.
Ruwatan ini juga bersifat universal. Siapapun boleh mengikuti, tanpa memandang latar belakang agama, suku, dan lain sebagainya. Yang dibatasi adalah paling muda umur tujuh tahun dan bagi orang tua, semasih yang bersangkutan bisa berjalan. 
Mengapa ada batasan seperti itu? 
Sebab prosesinya cukup panjang, sehingga memerlukan daya tahan tubuh yang prima. Apalagi dilaksanakan secara massal.


Bebaktan masing2 peserta:

1. Pejati suang-suang keluarga siki
2. Daon dapdap 9 lembar
3. Kuwangen berisi pipil (nama dan oton), 
4. Dupa 5 
5. Segehan kepel putih kuning 1 perorang
6. Peniti/kancing 5

Sehari sebelum upacara matur piuning saja mabhakti ring merajan suang-suang majalaran antuk pejati jejerang sampai selesai upacara. 

Kuwangen yg berisi pipil dan dupa atur piuningin dukun sepisan nunas tirta pundut tirta ida bhatara siwaguru ke griya Agung bangkasa antuk pejati sukla. 

Kontak;
Ibu aan 0851-0286-6744
Mk Yani 081237112022
Mk Surya Bindu 081238312943 

Dudonan 

1. Madudus ring lebuh, 
2. Panglukatan panca wara, 
3. Penglukatan sapta wara, 
4. Panglukatan ring brahma, 
5. Panglukatan ring Wisnu, 
6. Puja sang Hyang agni, 
7. Ngemargiang pengresikan riin,
8. Penglukatan malaning wuku, 
9. Panglukatan TAMPEL bolong (melik, sanan empeg, telaga apit pancoran, pancoran apit telaga, kelahiran ontang anting, sukerta dll) 

10. Puja pajayan jaya, ngaturang sembah bakti,
11. Ngelungsur tilak minyak TAMPEL bolong, 
12. Natab upakara, 
13. Nunas tirtha, 
14. Mabija lan 
15. Nglungsur prasadam, puput.

MELIK YANG SANGAT BERBAHAYA KETIKA LAMBAT MELAKSANAKAN PABAYUHAN.

Pertama, MELIK ADNYANA/WIDHI, orang ini akan bisa merasakan, atau bisa melihat Roh Halus, dan bahkan bisa berkominikasi dengannya. Orang melik adnyana, biasanya diawali dengan mimpi mimpi ke Pura, Ketemu orang Pakain Putih, Ketemu Petapakan Bhatara ( Rangda atau Barong ), Mimpi bersenggama dengan orang tak dikenal/keluarga, Mimpi Mesiat dengan Leak. Celakanya kalau dia ( orang melik ) kalah dalam mesiat lawan LIak, besok ia akan sakit dan bahkan meninggal saat tidur. Orang melik adnyana biasanya berpotensi jadi Balian atau mangku kalau dia punya keturuan/waris mangku/balian dan senang belajar spiritual.


Kedua, MELIK APIT WANGKE, yaitu ada kadengan di kelamin manusia, baik lelaki atau perempuan. Efek negatif melik ini biasanya, rejeki sret, kisruh dalam rumah tangga, emosi tidak terkendali, sulit jodoh, dan kalau buruk sekali karma masa lalunya, biasanya ia kan mandul, bercerai atau pasangan hidupnya meninggal muda. Kalau misalnya 1 pasangan itu keduanya berisi kadengan, biasanya akan kalah salah satu yang kurang spritualnya, misalnya belum ditebusin melik. Melukat dan sembahyang.

Ketiga, MELIK DURGA, yaitu ada bercak hitam pada lidah seseorang, lidah masepak, sering mimpi ke pura mrajapati, ke Pura Dalem dan Kuburan. Efek melik ini tidak main main, biasanya orang melik durga akan kedalih bisa ngeliak, menjanda, anak meninggal satu, difitnah dan dikucilkan oleh keluarga dekatnya bahkan masyarakat. Salah satu saja cirri yang dialami diatas, sebaiknya segera melaksanakan penebusan melik.


SELAIN ITU ADA JUGA MELIK LAINNYA, YANG PATUT UNTUK DILAKSANAKAN PABAYUHAN MELIK.

TANDA TANDA MELIK CECIREN
1.Bulu Alis Panjang dan melingkar
2. MELIK CAKRA, Artinya Ada berupa salah satu sanjata dewata nawa sanga dalam tubuhnya, kadang hanya bisa dilihat tokoh spiritual atau kelihatan nyata di kulit.
3. Kadengan Celedung Nginyah ada di tengah tengah alis.
4.Sujenan Di Bokong, 
5. Rambut Putih Hanya Beberapa Helai Tak Bisa Hilang, 
6. Rambut Gimbal, 
7. Jari Tangan/Kaki Lebih, 
8. Lidah Poleng, 
9. Isuan Lebih dari satu dll.                                                     
MELIK KELAHIRAN, melik ini disebabkan oleh kelahiran manusia itu sendiri.
Diantaranya :
1. Kedukan ( Bersaudara 3, Ketiganya perempuan ).
2. Orang yang lahir di Wuku Wayang,
3. Anak Tunggal ( tak bersaudara ),
4. Tiba sampir ( anak yang lahir berkalungfkan tali pusar ),
5. Tiba Angker ( anak yang lahir berbelit tali pusar/tidak menangis ),
6. Jempina ( anak lahir premature ),
7. Margana ( anak lahir ditengah perjalanan ),
8. Wahana ( anak lahir ditengah keramaian ),
9. Julungwangi ( anak lahir tatkala matahari terbit ),
10. Julungsungsang ( anak lahir tatkala tepat tengah matahari ),
11. Julung sarab / julung macan / julung caplok ( anak lahir menjelang matahari terbenam ),
12. Walika ( orang kerdil ),
13. Wujil ( orang cebol ),
14. Kembar ( dua anak lahir bersamaan dalam sehari ),
15. Buncing / Dampit ( dua anak beda jenis kelamin lahir bersamaan dalm sehari ),
16. Tawang Gantungan ( anak kembar selisih satu hari ),
17. Pancoran Apit Telaga ( tiga bersaurdara – perempuan – laki – perempuan ),
18. Telaga Apit Pancoran ( laki – perempuan – laki ),
19. Sanan Empeg ( anak lahir diapit saudaranya meninggal ),
20. Pipilan ( Lima bersaurdara empat perempuan satu laki ),
21. Padangon ( Lima bersaudara empat laki satu perempuan),
22.Lulang ( Bersaudara 2, Keduanya Perempuan ),
23. Luluta ( Bersaudara 3, Ketiganya Lelaki ),

Selain kelahiran melik ada juga beberapa kelahiran yang sangat memerlukan ruwatan khusus, untuk menetralisir efek negative kelahiran yang sangat lebih dominan mempengaruhi kelahiran seseorang.
KELAHIRAN MENURUT WUKU : Diantaranya Wuku Sinta, Ukir, Kulantir, Gumbreg, Wariga, Warigadian, Sungsang, Dunggulan, Kuningan, Langkir, Medangsia, Pujut, Pahang, Merakih, Tambir, Medangkungan, Uye, Perangbakat, Bala, Wayang, Dukut, dan Watugunung.
                                        


KELAHIRAN MENURUT SAPTAWARA PANCAWARA, Diantaranya : Redite Umanis, Redite Pon, Redite Kliwon, Coma Paing, Coma Pon, Anggara Umanis, Anggara Wage, Anggara Kliwon, Buda Umanis, Buda Wage, Buda Kliwon, Wraspati Umanis, Wraspati Pahing, Wraspati Pon, Wraspati Kliwon, Sukra Umanis, Sukra Umanis, Sukra Paing, Sukra Pon, Sukra Kliwon, Saniscara Umanis, Sanicara Wage, Sanicara Kliwon,


Selain itu ada juga kelahiran yang memerlukan ruwatan, yang bisa dilaksanakan Oleh semua kelahiran :

PENEBUSAN SAPUH LARA PATI PEMANUMADIAN.

1.Natan Nemu Urip, penebusan/pebayuhan bagi yang tidak pernah meotonan, tidak tau otonan.

2, Nemu Baya, penebusan bagi yang sering Kesakitan Sering Kena Tipu, Sering di Fitnah, Selalu gagal dalam mencapai keiinginannya.

3.Senggama Kaon, Penebusan Mala Bagi Sering Berhubungan Badan Sebelum Menikah, Berhubungan Badan Dengan dalam Status Selingkuh, Berhubungan Badan Sesama Jenis

4. Semara Dudu, Sulit Mendapatkan Jodoh, atau Kawin cerai berkali kali dan Mandul

5.Lumbung Ketiup Angin, Sulit Rejeki, Mengalami Kebangkrutan, dan Rejeki tak Pernah Mesari ( Gali Lobang Tutup Lobang )

6.Mala Kauripan, Penebusan Mala, Karena menikah Saat Hamil dan Potong Gigi Saat Hamil , serta lelaki tidak bisa panjangan rambut saat istri hamil, karena tugas kerja dan keperluan dinas.

7. Satru Aturu, Sering mimpi buruk, Mimpi Mesiat, Sering mendengarkan Suara Aneh, Sering Mimpi dapat Paica, Mimpi Ada Blabar Agung/Sunama dll

8. Rare Ngambek Detya, Penebusan untuk anak yang membandel, sulit dinasehati, tidak mau belajar/sekolah, Ngelawan orang, dll

9. Mangku Putung, Penebusan bagi yang keturan mangku, balian dan sejenisnya , yang tidak bisa mewariskan tugas leluhurnya.

10 . Rare Kepingit, Penebusan untuk anak hasil “ NUNAS”

11. Lare Salah oton,dan Salah Aran, Penebusan bagi yang salah menentukan oton dan nama terlalu berat/mendatangkan masalah.



Surat Sosialisasi Hidup Sehat


Kepada Yth.
Bapak/ibu/semeton sareng sami

Perihal: Sosialisasi Cara Hidup Sehat Sejati

Dengan Hormat,

Bapak Yang Baik Hati...
Di minggu pertama bulan Desember ini, kami mengundang DR. KAZ YOKOYA, Perwakilan Enagic, Perusahan Jepang yang mempopulerkan *perubahan pola hidup sehat sejati* ke seluruh dunia selama lebih dari 48 tahun.

Kami  melakukan sosialisasi Edukasi Cara Hidup Sehat Sejati Secara Alami pada :

Hari/tgl : Selasa, 6, 12 -2022.
Tempat : Griya Agung Bangkasa,no 4,Br.Pangembangan,desa bongkasa,kec. Abinaseamal ,Badung ,Bali.
Waktu : 13.30 wita sdh lokasi.
Pakean : Bebas rapi.

mengingat begitu besarnya tantangan untuk bisa *hidup sehat* setelah masa covid ini. Juga mengingat begitu besarnya tantangan untuk *membangun kesehatan ekonomi keluarga*...

Demikian kami sampaikan, kami mohon konfirmasi hari dan ketersediaan waktu dari Bapak dan masyarakat desa yang Bapak pimpin.

Atas konfirmasi dan dukungan Bapak, kami sampaikan banyak terimakasih.

Hormat kami,

Ttd

Komang suardita

Senin, 14 November 2022

Acara Agama Hindu

JAWABAN

Tes Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah : Acara Agama Hindu
Jurusan        : Teologi Hindu
Semester     : III
Kampus       : Denpasar/Sore
Pengampu   : Acyutananda Wayan Gaduh, S.Pd.H,M.Ag

Nama Mahasiswa : Ni Nyoman Gandu Ningsih
NIM : 2112101045

1. Pentinya Acara dalam kehidupan beragama masyarakat Hindu karena acara agama Hindu adalah salah satu bagian integral yang tak dapat dipisahkan dari ajaran agama Hindu secara keseluruhan yang meliputi: Tattwa,
Susila dan Acara Agama. Ketiga aspek tersebut tidak dapat dipisakan antara yang
satu dengan yang lainnya. Dari ketiga aspek tersebut maka acara agama termasuk
ke dalam aspek ke tiga. Acara agama menyangkut suatu yang sangat kompleks
dan merupakan refleksi daripada ajaran agama Hindu itu sendiri yang dapat dilaksanakan secara riil dalam kehidupan sehari-hari. Karena acara merupakan refleksi dan praktek dari ajaran agma Hindu sehingga wajarlah nampak bahwa yang mendominasi agama Hindu adalah upacara agama dan dilaksanakan penuh semarak. Namun ingat bahwa kesemarakan bukanlah merupakan jaminan bagi orang untuk dapat dipandang sebagai orang yang beragama jika belum disertai
dengan pendalaman akan arti. Tetapi bukan berarti kesemarakan itu tidak perlu. 
Acara/Upacara tidak hanya bermakna persembahan atau ritual saja. Namun. yang terpenting adalah proses mempersiapkan ritual, baik sarana dan prasarana yang tentunya akan melibatkan banyak orang yang berbeda dalam keyakinan. Sehingga, umat Hindu harus mempunyai dasar bagaimana bertingkah laku yang baik yang akan membuat hidup damai dan sejahtera bagi umat hindu dan umat yang lain.

2. Sebagai akademisi Hindu yang harus dilakukan kedepanya dalam menyikapi tentang adanya oknum sulinggih yang menyimpang yaitu 

Apabila ada oknum sulinggih memalukan peristiwa yang mencoreng dunia keagamaan di Bali, hendaknya para nabe dari oknum sulinggih tersebut segera memanggil dan mencari kebenaran tentang peristiwa yang terjadi, apabila benar oknum sulinggih berbuat salah dan mencoreng citra kesulinghihan, hendakna nabe tapak segera mempanten oknum sulinggih tersebut. Serta PHDI Bali wajib segera merespon dengan menggelar rapat yang dihadiri PHDI Kabupaten/Kota se Bali di Kantor PHDI Bali sehingga dapat mengantisipasi supaya tindakan oknum tersebut tidak mencemarkan nama baik sulinggih lainnya. PHDI seharusnya bertindak lebih keras.

3. Struktur pura baik secara vertikal maupun horizontal sangat dipengsruhi oleh pemahaman tentang alam juga mempengaruuhi struktur Pura yang dilihat dari denahnya juga mengacu pada pemahaman masyarakat Hindu Bali mengenai pembagian alam. Pada umumnya struktur atau denah pura di Bali dibagi atas tiga bagian, yaitu: Jabapura atau jaba pisan (halaman luar), jaba tengah (halaman tengah) dan jeroan (halaman dalam).

Di samping itu ada juga pura yang terdiri dari dua halaman, yaitu: jaba pisan (halaman luar) dan jeroan (halaman dalam) dan ada juga yang terdiri dari tujuh halaman (tingkatan). Pembagian halaman pura ini, didasarkan atas konsepsi makrokosmos (bhuwana agung), yakni : pembagian pura atas 3 (tiga) bagian (halaman) itu adalah lambang dari “triloka”, yaitu: bhurloka (bumi), bhuvaaloka (langit) dan svaaloka (sorga). Pembagian pura atas 2 (dua) halaman (tingkat) melambangkan alam atas (urdhaa) dan alam bawah (adhaa), yaitu akauadan pativi.

Sedang pembagian pura atas 7 bagian (halaman) atau tingkatan melambangkan “Saptaloka” yaitu tujuh lapisan/tingkatan alam atas, yang terdiri dari: bhurloka, bhuvaaloka, svaaloka, mahaoka, janaloka, tapaloka dan satyaloka. Dan pura yang terdiri dari satu halaman adalah simbolis dari “ekabhuvana”, yaitu penunggalan antara alam bawah dengan alam atas. Pembagian halaman pura yang pada umumnya menjadi tiga bagian itu adalah pembagian horizontal sedang pembagian (loka) pada pelinggih-pelinggih adalah pembagian yang vertikal. Pembagian horizontal itu melambangkan prakati (unsur materi alam semesta) sedangkan pembagian yang vertikal adalah simbolis puruua (unsur kejiwaan/spiritual alam semesta). Penunggalan konsepsi prakati dengan puruua dalam struktur pura adalah merupakan simbolis dari pada “Super natural power“.

Sehingga maknanya dengan pemahaman masyarakat Hindu terhadap keyakinannya jelas tercermin ke dalam konsep bangunan Pura. Dilihat dari struktur pembagian denah Pura maupun bangunan yang ada di dalamnya merupakan cerminan dari pengertian alam yang di pahami masyarakat Hindu Bali. Hal tersebut dilakukan karena masyarakat Hindu Bali menginginkan suatu keseimbangan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan Sang Hyang Widi Wasa agar kebahagiaan dapat tercapai bagi seluruh manusia.

4. Kata sakralisasi berasal dari kata sacral yang berarti keramat, dalam bahasa latin yaitu sacrare yang artinya mengkramatkan. Dalam bahasa Belanda sakraal, sedangkan dalam bahasa inggris sacred yang juga berarti dikeramatkan
Kata sakralisasi mengandung konotasi arti suatu tindakan atau uapaya untuk mengkramatkan dengan menjaga nilaiu-nilai kesuciannya sehingga selama proses selalu mengacu pada aturan yang ada tanpa ada yang berani melanggar. Upacara sakralisasi tempat suci dimaksanakan melalui Upacara Mecaru Melaspas, Mendem Pedagingan, Mendak Nuntun lan Pujawali

Adapun rangkaian upacara sakralisasi tempat suci beserta maknanya sebagai berikut:
a. Mecaru adalah upacara yang dilaksanakan untuk menjaga keharmonisan antara manusia denga alam oleh umat Hindu di Bali, Indonesia. Upacara mecaru juga disebut dengan Butha Yadnya. Butha Yadnya pada hakikatnya merawat lima unsur alam, yakni tanah, air, udara, api, dan ether. Upacara mecaru ini berfungsi untuk menanamkan nilai-nilai luhur dan spiritual kepada umat manusia agar selalu menjaga keharmonisan alam, lingkungan beserta isinya (wawasan semesta alam). Sementara makna upacara mecaru sendiri adalah kewajiban manusia merawat alam yang diumpamakan badan raga Tuhan dalam perwujudan alam semesta beserta isinya.

b. Melaspas terdiri dari dua suku kata, yaitu Melas dan Pas. Melas berarti pisah dan Pas artinya cocok. Jadi, penjabaran arti Melaspas yaitu sebuah bangunan dibuat terdiri dari unsur yang berbeda, ada kayu ada pula tanah (bata) dan batu, kemudian disatukan terbentuklah bangunan yang layak (cocok) untuk ditempati. “Baik untuk manusia yang kita kenal sebagai rumah, maupun untuk para Dewa yang dinamai pslinggih,” Upacara ini digelar agar orang atau para dewa yang akan tinggal di bangunan/pelinggih tersebut merasa aman dan tentram serta betah dan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

c. Mendem Pedagingan adalah upacara yadnya untuk memfungsikan dan menghidupkan bangunan atau pelinggih-pelinggih suci pada sebuah pura yang merupakan upacara inti dari Ngenteg Linggih. 

d. Mendak Nuntun upacara ini bertujuan untuk menjemput para dewa yang sudah disucikan dan "dilinggihkan" di pura bersangkutan.

e. Pujawali dengan kata lain, piodalan/petoyan merupakan peringatan hari lahirnya sebuah tempat suci umat Hindu. Dengan adanya upacara keagamaan ini, maka setiap pura yang tersebar di Bali memiliki hari yang ditetapkan sebagai hari suci untuk piodalan ataupun pujawali.